film komedi (bukan horor) Agak Laen. Pada tanggal 25 Maret 2024, tepat di hari penayangannya yang ke-53, film produksi Imajinari ini berhasil tembus angka 9 juta penonton.
Kabar membahagiakan datang dariDengan raihan ini bolehlah dikatakan kalau Agak Laen berhasil menjadi film Indonesia terlaris kedua 'sepanjang masa' di bawah KKN di Desa Penari. Sengaja klausul 'sepanjang masa' saya berikan tanda petik karena penghitungan jumlah penonton ini belum memasukkan film-film yang tayang di era sebelum reformasi.
Jadi selama para peneliti dan akademisi film serta pihak terkait belum bisa menghimpun jumlah penonton film di masa lalu secara lengkap dan akurat, maka 'sepanjang masa' ini bisa kita maknai sebagai era pascareformasi.
Terlepas dari soal pemaknaan 'sepanjang masa', apakah kamu menjadi bagian dari 9 juta penonton tersebut?
Kalau saya, iya. Walau sebetulnya saya tidak menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap Agak Laen. Jujur saja, saya nggak terlalu sreg dengan film-film komedi yang dibintangi para komika. Apalagi menaruh mereka di jajaran pemeran utama.
Alasannya sederhana. Dari sebagian besar film komedi yang dibintangi para komika yang saya tonton, kebanyakan berakhir dengan lawakan yang cringe. Seringkali membawa materi panggung ke film yang kadang nggak berkorelasi dengan cerita secara keseluruhan.
Ya orang boleh bilang, "ini bukan seleramu!".
Makanya saya baru nonton Agak Laen pada hari ke-10 penayangannya. Sekaligus menjadi film Indonesia terakhir yang saya tonton di bioskop sejauh ini. Padahal biasanya, untuk film Indonesia saya pasti bela-belain nonton di hari pertama, atau seenggaknya di weekend pertama.
Lantas seperti apa kesan saya terhadap film arahan Muhadkly Acho ini?
Sudah banyak yang mengulas film ini dari berbagai aspek. Bahkan diskursus film ini melebar cukup jauh hingga ke persoalan 'pelakor' dan representasi karakter disabilitas. Tentunya semua itu sah-sah saja sebagai sebuah kritik.Â