Mohon tunggu...
Aminuddin Malewa
Aminuddin Malewa Mohon Tunggu... Freelancer - Penjelajah narası

Penikmat narasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Arung Palakka dan Perannya dalam Konsolidasi Pra Kemerdekaan

23 Agustus 2020   16:05 Diperbarui: 25 September 2020   17:04 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan potret Arung Palakka (Sumber: Screenshoot sampul buku La Side, 2014)

Kenapa Arung Palakka mengangkat senjata melawan Gowa? Kenapa bersekutu dengan Kompeni? Kenapa nama beliau harum di rakyat Bugis khususnya dan Sulawesi Selatan umumnya?

Pendekatan indoktrinasi yang sering menjadi patokan terkadang mengaburkan rangkaian kejadian yang mengiringi sebuah peristiwa sejarah. 

Sebagai contoh kenapa Ken Dedes dengan serta merta mau menerima Ken Arok sebagai suaminya, padahal Ken Arok adalah pembunuh suaminya? Dan kenapa tidak ada cerita tentang penolakan dari para petinggi Tumapel lainnya terhadap Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja? 

Penulisan sejarah resmi sepertinya lebih terfokus pada kemegahan Majapahit dan Ken Arok dankerajaannya hanyalah pembuka kisah. 

Penyajian sejarah sebagai bahan untuk introspeksi dan belajar dari peristiwa masa lalu menjadi tidak cukup bermakna bagi generasi hari ini karena tidak tersajikannya rangkaian logika kejadian di masa lalu tersebut. Sejarah dan mitos atau legenda menjadi kabur batasnya.

Demikian pula dengan peristiwa perang Gowa-Tallo dan Bone.

Penulisan sejarah resmi, khususnya yang diajarkan di bangku-bangku sekolah, tidak tertarik menjelaskan bahwa Arung Palakka sebenarnya dibesarkan di lingkungan istana Gowa dalam asuhan Karaeng Pattingaloang, Mangkubumi yang berkompetensi sebagai intelektual pada masanya. 

Arung Palakka muda belajar dari dekat bagaimana Karaeng Pattingaloang berinteraksi dengan beragam bangsa dan beragam bahasa dengan tamu negara Gowa-Tallo pada masa itu.

Takluknya Bone di tahun 1643 menjadikan para bangsawan Bone dan pengikutnya sebagai tawanan lalu dibawa ke Gowa untuk dijadikan abdi di istana. Episode yang disebut sebagai Betae ri Pasempeq (kekalahan di Pasempeq) itulah yang menjadi bibit tumbuhnya rasa harga diri (Siri') yang ternoda bagi orang Bone terutama bagi La Tenri Tatta, nama lain Arung Palakka. 

Kewajiban bagi orang Bone, termasuk para bangsawannya, untuk kerja paksa membangun benteng pertahanan Gowa dalam perang melawan VOC menjadi pemantik munculnya perlawanan frontal.

Sejarah mencatat bahwa Arung Palakka kemudian bangkit memimpin rakyatnya melawan apa yang mereka anggap sebagai penindasan yang melukai harga diri itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun