Mohon tunggu...
Amini Farida
Amini Farida Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMP Negeri 10 Kota Madiun

Eyang yang suka menulis berniat semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan di Rumah Kuno

31 Juli 2019   21:08 Diperbarui: 31 Juli 2019   21:09 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Setiap kali kulewati jalan sisi kiri  menuju  rumah Juraganku,ada rasa ganjil,hiiii aku merasakan ada sensasi aneh.Ah mungkin karena pikiranku lagi sableng,nggak konsen kalii.Mungkin juga hatiku ada  rasa super susah dan bingung  mencari kebutuhan hidup nasi dan tentu uang,untuk bertahan agar aku bisa tetap bersekolah.Beruntung sekolah gratis telah dicukupi  negara buku dan sarpras sekolah yang nyaman.

Meski begitu untuk makan masih belum rutin,namun kubertahan masih kugunakan akalku uang halal,bukan mencuri,soory bro.
Anak miskin boleh saja, tapi akhlak harus oke,Kuingat selalu ajaran emakku,bahwa harga diri seseorang karena pribadi yang baik.So...sampai kapanpun tak boleh bisikan syetan mampir di pikiran atau perasaan.Iman harus mampu menangkal semua hal yang mengajak kerusakan.
Emakku sudah sepuh,wajar kalo sudah tak kuat lagi bekerja.Na..beruntung aku dikaruniai badan sehat dan otak encer,semuanya dapat berjalan dengan baik-baik saja.Karena itu aku harus mencari makan dengan ikut bekerja ke mbok Min.Akupun tak jelas siapa dia,yang penting beliau baik dan dermawan bagiku serta sedang butuh tenaga pembantu.Dengan senang tentu segera  kutangkap peluang bagus ,siap terima tawaran jasa.
Ehhh...membicarakan rumah tuan Renggo,hiii rumah kuno bertingkat yang tak pernah kutahu tangga ke atas.Bangunan  kuno yang aneh,entah karena apa kesan yang muncul menurutku angker,cat tak lagi jelas.Dilihat dari temboknya  yang supertebal bata dobel terlihat beberapa bagian mengelupas temboknya,pintu-jendelapun dengan ukuran tinggi serta tiang penyangga sebesar tubuhku dari jati.

Kupikir-pikir lha  sudah setahun aku bekerja di Tuan Renggo,namun belum pernah sekalipun aku menemui pemiliknya.
Siapakah tuan Renggo,orang pentingkah?.Kemana dia.Rumah sebesar ini kalo dijual pasti sudah m,m- an harganya.Aset mahal kok dipasrahkan mbok Min?.Ya..mbok Min ini memang lugu,perempuan trengginas yang memegang teguh kejujuran.Tanpa itu tak mungkin ia dipercaya pewaris  harta mahal.
Sang surya pagi ini  masih berselimutkan kabut,remang-remang nampak indah.Tak boleh lama aku menikmati indahnya pagi,mengapa?.Karena aku harus segera beranjak ke istana Tuan Ronggo untuk melaksanakan tugasku.Tugas pagi yang semua orang bisa lakukan,namun tak semua orang mau,cengeng...banyak lho lulusan SLA belum mampu mandiri.

Kata mbok Min sudah beberapa kali ada si Sisca,ada Nadia baru bekerja belum genap seminggu sudah pamit.Eee...padahal pekerjaan  hanya bersih-bersih,dengan lap saja merapikan ruang tamu,ruang keluarga,ruang makan dan dapur.
"Beda banget lho kamu bisa langsung betah disini"

Sssst.....padahal  aku bekerja di rumah ini yang utama dengan beberapa pertimbangan makan gratis,kadang ada sisa makanan pasti dibawakan untuk keluargaku.Aku malah ndak mau bekerja seperti di toko,atau tempat usaha foto copy menurutku pekerjaan yang monoton,itu-itu saja.

Dari keluarga Tuanku ini sudah lumayan nyaman, perutku kenyang bergizi lagi,dan tambah pinter.Buku-buku bacaan lengkap.Aku boleh meminjam sesukaku,artinya tidak terbatas waktu,seperti halnya peminjaman buku di perpustakaan.
Bukan maksudku tidak setuju aturan yang diberlakukan perpustakan tentang batas pinjaman waktu maupun jumlah,ini karena mengingat seusiaku juga harus sudah mampu bekerja.Sudah sangat bersyukur Alloh memberiku badan,indra terutama mata yang sehat.Karena itu sudah menjadi komitmenku aku harus menggunakan mata hanya yang baik.
Setiap pagi ketika remaja seusiaku masih terlelap,aku harus sudah bangun,dengan senang hati kukerjakan semua pekerjaan rumah.Pukul 05.30 pagi  sudah beres,rumah bersih.Pukul 06.30 aku sudah cakep untuk pergi ke sekolah.Meski pembantu aku juga harus pinter ndak boleh kalah dengan anak-anak pejabat.Mereka bergelimang  sarana belajar tapi banyak yang tidak  tertarik memanfaatkan.
'Hai..........Jo,tumben kamu hari ini agak murung,memangnya ada apa?"
"Ndak kok ,saya ini hanya berpikir tentang tugas sekolah yang belum selesai,demikian ini berarti  saya belum bisa disiplin mengatur waktu ya "
"Lho masih banyak yang kamu kerjakan,kayaknya sudah bersih semua,sudahlah kamu boleh pulang"
"Hari ini saya langsung berangkat sekolah dari sini mbok"
"O ........kalo gitu selesaikan PR mu,kalo perlu komputer boleh kok pake saja"
Gimana ndak enak,kalimat mbok Min ramah bikin  adhem di hati Dengan segera kuketik.Kalimat pembuka,isi harus jelas,makna mudah dicerna serta tak lupa kata penutup dengan kesimpulan dan himbauan,begitulah guruku mengajarkan.

Kini selesailah tugas membuat naskah pidato,mantab deh.
Segera aku berlari mandi pake sabun wangi,dan tentu keramas pun menggunakan shampoo yang wangi pula.Mandi di kamar mandi orang kaya,perabot bermerk masih awet.Segera kukenakan seragam sekolahku.Woooo mbok Min yang biasanya membungkuskan aneka makanan yang sudah tidak diperlukan,kali ini menggantinya dengan uang saku.Lumayan 30 ribu rupiah.Angka yang besar untuk ukuran anak SMP.Soalnya jajan saja cukup 5 ribu,berarti sisanya harus kutabung .Waaaaaaaao tabunganku sudah lumayan,akan kuserahkan pada ibuku..
"Hei Jo...........ati-ati ya naik sepeda,pake mata"
"Eiiiiiiiit maaf deh"
"Hari ini ,ada tugas membuat naskah pidato,sudah jadi?"
"Ya ..............begitulah"
"Jo .....tolong aku diajari ya"
Itulah yang membedakan meski anak bos,buku bisa beli kapan saja,tapi jika ndak senang baca,ya payah.Aku mau bilang apa?.Banyak teman untuk tugas mudah begini,ortunya yang ngerjakan.Sayang boleh tapi itu tidak pada tempatnya.

Anak para bos juga sama nggak sadar,memangnya siapa yang sekolah?.Kalo tidak melatih diri bertanggung jawab atas tugasnya sendiri,kapan bisa maju?,ooo pendidikan tantangan bapak ibu guru untuk tegas mendidik siswa.
Ah,yang penting diriku masa depanku harus kuperhitungkan mulai kini.Kan kuwajibkan berusaha mengawali kehidupan pagi ini dengan cinta.Siapa tahu dengan suka membantu ngerjakan tugas sekolah teman-teman,akan menghadirkan berkah.
"Jo...ini ada lomba pidato,bagaimana jika kamu mencoba mengikuti seleksi",kata bu Romi
"iya Bu,siap mencoba".
Peserta seleksi ternyata cukup banyak ada sekitar 25-an siswa.Kami diberi pengarahan terlebih dahulu.Hafal ,suara keras,ekspresi harus baik,dan penampilan tidak boleh grogi,harus tenang.Anak-anak diberi kesempatan menyiapkan teks 2 hari ke depan harus sudah siap seleksi.Siapapun yang terbaik itulah wakil sekolah.
Pulang sekolah kurencanakan akan menghafal teks.Aku harus beristirahat dulu,oo iya aku harus kembali ke rumah kuno,mengingat ada pekerjaan yang belum kukerjakan.Sebenarnya mbok Min ndak pernah menegur,apalagi memarahiku.Namun sebuah kepercayaan harus dijaga.Sekali berkhianat maka kepercayaan pun akan luntur.
"Assalamu Alaikum"
Kok sepi,dimanakan mbok Min...kucoba berkali-kali tak ada jawaban.Aneh rumah tak berkunci,mbok Min tak ada,sementara mataku lelah ingin segera tidur.Ah..mungkin beli bumbu dapur,ya...kutunggu merebahkan badan di sofa yang  empuk.Sofa ini pasti harganya mahal,bungkusnya saja lembut,seperti yang kulihat di filem-filem india.
Kutertidur entah kemana mbok Min,bagaimana hafalan teks,dan bagaimana emak di rumah.Penasaran penghuni rumah  tak pulang-pulang kucoba membuka buku harian dan album di bifet di ujung ruang keluarga.Lhooo...kok ada potoku kecil,ada mbok Min.Penasaran,tak sabar akupun berlari pulang membawa poto itu.
Emak kupanggil-panggil pun hanya diam,tidur.Kutunggu hingga emak bangun.Mak gimana ini?.Eeeeee ternyata Mbok Min memang bersaudara,lama sekali terpisahkan.Emak menangia haru,bersyukur bisa dipertemukan.Hingga akhirnya kami berdua pun pindah menjadi satu,berkumpul di rumah kuno yang kokoh itu.Senang melihat mereka rukun mengerjakan kegiatan bersama.Senyum dan canda setiap saat.
Tentang tuan Renggo aku tau mereka masih berbisik,ada hal yang masih rahasia.Mungkin karena usiaku yang belum cukup untuk mengetahui urusan orang tua.Tugasku memang harus belajar karena aku seorang pelajar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun