Mohon tunggu...
Amilatur Rohma
Amilatur Rohma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Physics Student | Content Writer | Social Media Enthusiast

A Marketer who enthusiasting on writing. Menulis untuk menyampiakan hal yang tak mampu diucapkan oleh lisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jelajah Sulawesi Tenggara Part 2: Arsitektur Unik Benteng Keraton Buton, Benteng Terluas di Dunia

6 November 2022   16:56 Diperbarui: 6 November 2022   17:06 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Keraton Buton (dokumen pribadi)

Dari ketinggian tersebut, tentu kita dapat melihat pemandangan Selat Baubau dan Pulau Muna yang berhadapan langsung dengan Kota Baubau. Mungkin karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal menjadikannya sebagai tempat terbaik pada zamannya untuk mengintai musuh sekaligus tempat pertahanan. Untuk tinggi benteng berkisar 1-8 meter, ketebalannya sekitar 0,5–2 meter.

Benteng Terluas di Dunia

Fakta uniknya, Benteng Keraton Buton ini dinobatkan sebagai benteng pertahanan terluas bukan hanya di Indonesia tetapi di dunia oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama dengan Guinness Book Of World Record pada tahun 2006. 

Bukan tanpa alasan, jika mau menjelajah lebih jauh dari segala sisi, keseluruhan kompleks benteng memiliki luas 23, 375 Ha dengan keliling benteng sepanjang 2.740 meter. Jika dulu dijadikan tempat pertahanan, kini benteng ini menjadi objek wisata yang menampilkan sejarah Kesultanan Buton dengan pemandangan Kota Bau-Bau yang menakjubkan.

Selain dapat menyaksikan pemandangan, di dalam Benteng Keraton Buton juga terdapat beberapa situs sejarah berusia ratusan tahun. Benteng Keraton Buton memiliki empat buah pos pengintai (bastion) di empat penjuru untuk memantau musuh.

Di dalam area benteng terdapat 12 buah lawa atau pintu gerbang dan 16 benteng kecil (baluara). Setiap lawa dan baluara memiliki nama masing-masing dan disesuaikan dengan nama atau gelar orang yang mengawasinya. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, 12 buah lawa mewakili jumlah 12 lubang pada tubuh manusia.

Lawana Kampebuni, salah satu pintu gerbang (Lawa) di Benteng Keraton Buton (dok. pribadi)
Lawana Kampebuni, salah satu pintu gerbang (Lawa) di Benteng Keraton Buton (dok. pribadi)

di tiap bastion, tampak meriam berukuran panjang sekitar 2-3 meter di sana sekilas menggambarkan suasana perlawanan terhadap peninggalan penjajahan Portugis dan Belanda. Sebagian meriam tertera angka tahun 1600-1700 an dengan cap bertuliskan VOC. 

Di dalam Benteng Keraton Buton masih terdapat beberapa bangunan bernuansa Islami seperti Masigi Ogena atau Masjid Agung, istana sultan (kamali), makam-makam sultan lengkap dengan batu nisannya, serta rumah adat yang cukup padat. Sayangnya, kami tidak mengeksplor semua bagian-bagian bangunan dalam kompleks benteng tersebut.

Meriam peninggalan Portugis dan Belanda (sumber: gmaps)
Meriam peninggalan Portugis dan Belanda (sumber: gmaps)

Salah satu makam sultan (dok. pribadi)
Salah satu makam sultan (dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun