Belakangan minat saya untuk menonton tv mulai memudar. Kalau dulu sekitar tahun 2005 keatas tiada hari tanpa menonton televisi, kini menonton tv hanya pelengkap saja untuk menemani makan atau meramaikan biar rumah tidak sepi.Â
Bukan tanpa alasan memgingat hampir sebagian konten yang disajikan di tv bisa diakses kapanpun dan dimanapun dalam genggaman.
Persaingan acara televisi kian hari kian ketat. Yang dikejar bukan hanya masalah rating real time, namun bagaimana acara itu bisa viral sehingga dicari-cari semua orang. Komedi adalah komponen penting dalam acara tv. Beberapa segmen seperti variety show menyuguhkan konsep komedi dalam acaranya.Â
Kalau mau buat acara itu menghibur tentunya harus ada unsur komedinya, begitu konsepnya. Acara komedi jugalah yang sering trending dan menjadi topik teratas pencarian.
Komedi itu mendatangkan tawa namun tertawa atau tidak bergantung selera dan eksekusinya. Ada yang suka komedi verbal dengan kata-kata lucu, ada yang suka komedi visual melalui meme, komedi satire hingga gimik. Â
Selain masalah taste, komedi juga masalah timing. Bisa jadi sebuah komedi yang sebenarnya lucu tapi ketika disampaikan jadi garing akibat salah tempat dan waktu.
Sebagai pecinta nonton tv, melihat taste of comedy para pelawak sekarang rasanya sudah bergeser dari para pelawak dahulu. Banyak komedian bermunculan namun sense of humor yang ditampilkan itu-itu saja, dilebih-lebihkan kadang tidak lucu malah.Â
Komedi dengan candaan berbau seksis, sarkasme atau mendiskreditkan orang disekitarnya masih menjadi tren. Memang mendatangkan tawa namun nihil pesan dan makna. Kalau mau mundur ke belakang, guyonan seksis sebenarnya sudah digunakan sejak zaman dulu.Â
Lihat saja Srimulat dan komedi Trio Warkop DKI. Bedanya mereka mampu mengemas komedi tersebut dengan fresh, dekat dengan kehidupan sosial dan menghindari konten bernuansa SARA hanya untuk membuat lucu.
Komedi itu lucu, tapi yang lucu itu belum tentu komedi. Komedi merupakan sesuatu yang disukai orang karena menyenangkan. Tetapi bila komedi berbau seksis ditoleransi dan dianggap biasa dengan dalih bercanda maka akan membuat seksisme dan pelecehan verbal menjadi lumrah.Â