Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Presiden dan Wakil Presiden yang Dikehendaki Pebisnis Berlatar Belakang Ekonomi Saja, Sebenarnya Tidak Cukup!

4 Februari 2024   15:12 Diperbarui: 4 Februari 2024   15:20 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Menurut saya,  selain presiden dan wakil presiden atau salah satunya berlatar belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi, ada yang lebih penting lagi yakni keberanian, komitmen, kemauan yang kuat, dan tingkat kesalehan sosial yang tinggi mereka dalam menyikapi persoalan ekonomi yang timbul dalam kancah dan dinamika persoalan ekonomi di negeri ini.

Betapa tidak, misalnya yang terpilih nanti, presiden dan wakil presiden atau salah satunya adalah berlatar  belakang ekonomi dan atau memahami persoalan ekonomi, tetapi begitu ada masalah ekonomi yang timbul, mereka tidak berani bersikap, tidak muncul komitmen-nya, tidak ada kemauan yang kuat untuk menyelesaikan persoalan ekonomi tersebut secara tuntas, tidak mau menyelesaikan persoalan ekonomi tersebut dengan memihak kepentingan anak negeri ini selaku anak bangsa  atau kepentingan negeri ini, maka tidak banyak memberi arti dan tidak akan memuaskan anak negeri ini selaku anak bangsa yang tercinta ini.

Jika ini yang terjadi, maka yang ada  hanyalah kekecwaan, yang ada hanya pihak tertentu yang diuntungkan, yang ada  yang "bisa tertawa" hanya orang dekat kekuasaan saja dan seterusnya.

Contoh, dalam mengatasi permasalahan Sumberdaya Alam (SDA) yang dimiliki negeri ini saja, jika presiden dan wakil presiden atau salah satunya hanya berlatar belakang ekonomi dan atau mamahami persoalan ekonomi, namun tidak berani dan tidak mau mengambil kebijkan yang memihak kepada negeri ini atau anak negeri ini selaku anak bangsa, maka tetap saja pemanfaatan SDA tersebut tidak bisa maksimal atau optimal.

Lagi pula presiden dan wakil presdien dapat memberikan kewenangan kepada para pemabntunya untuk menyelsaikan persoalan ekonomi tersebut, ada Menteri Koordinator Bidang Ekonomi,  ada Kementerian Keuangan, ada Kementerian Investasi, ada kementerian  Ketenagkerjaan, ada Kementerian perindustrian dan ada Kementerian Perdagangan.

Ditambah lagi, jika presiden dan wakil presiden, akan melibatkan dan atau memanfaatkan ekonom yang ada di negeri ini, dari pada mereka dimanfaatkan oleh negeri lain. Kita tidak kekurangan ekonom yang cerdas dan mumpuni.

Kesemua-nya dapat dioptimalkan dalam menyelesaikan persoalan ekonomi yang timbul atau yang melanda negeri ini. Apalagi mereka yang duduk atau diberi amanah tersebut adalah orang yang juga mempunyai komitmen, kemauan,  keberanian dan konsisten dalam menjalankan tugas kenegaraan-nya.

Jika tidak,  jangan heran, kalau negeri yang kaya raya ini, lebih banyak membahagiakan anak negeri lain, ketimbang anak negeri ini sendiri. Jangan kaget, jika SDA yang seharusnya dapat meningkatkan harkat dan martabat anak negeri ini melalui peningkatan kesejahteraan-nya, tidak bisa diwujudkan. Jangan berharap, jika idealnya dengan kekayaan dan potensi SDA yang kita miliki tersebut, beban anak negeri ini semakin ringan, yang ada, bisa saja justru sebaliknya, beban anak negeri ini justru bertambah berat.

Bertambahnya beban tersebut, bisa jadi karena beban utang yang terus membengkak, bisa jadi karena terus bertambahnya komponen potongan ini dan itu dalam daftar pendapatan/penghasilan yang diterima-nya, bisa jadi karena tarif pajak  terpaksa kita terus tingkatkan (naikkan) demi mengejar pendapatan yang harus diterima negeri ini untuk menutupi defisit anggaran.

Kita Berdoa, Yang Terpilih Komitmen dan Tepat.

Dengan waktu yang masih tersisa beberapa hari ini,  mari kita merenung sejenak, sebelum menentukan pilihan kita pada hari "H" yakni pada tanggal 14 Pebruari 2024 nanti, (maaf) jangan salah pilih, (maaf) jangan salah pilih, (maaf) jangan salah pilih. Jika salah pilih, bukan saja kita harus menanggung penderitaan selama lima tahun ke depan saja, tetapi kita akan menanggung dosa yang kita produksi sendiri akibat kesalahan dalam menetukan pilihan tersebut dan akan semakin besar saja "opportunity cost" yang timbul

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun