Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bagaimana "Menjual" Perguruan Tinggi di Tengah Menurunnya Jumlah Mahasiswa dan Maraknya PTN Ekspansif?

26 September 2023   07:00 Diperbarui: 27 September 2023   07:36 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa perguruan tinggi. Sumber: Dok. Universitas Media Nusantara via kompas.com

Belum lagi, bila kita hubungkan dengan biaya pendidikan yang masih dirasakan relatif  mahal bagi orang tua calon mahasiswa tertentu yang akan melanjutkan pendidikan anaknya ke PT.  Wajar, kalau  masyarakat atau orang tua calon mahasiswa terpaksa mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pendidikan anaknya ke PT.

Kedua, faktor Kejenuhan.

Saat ini dirasakan sudah ada unsur "kejenuhan" dalam pendidikan, terutama di PT. Masyarakat menilai bahwa mahasiswa yang menempuh pendidikan pada PT terlihat "monoton", bak produksi suatu produk yang terjadi secara kontinuitas, input-proses-outpt. 

Masih "enak" di dunia bisnis, begitu hasil produksi sudah menjadi produk, masih bisa dijual, namun terkadang hasil produksi (output) yang dihasilkan PT, maaf, terkadang sulit dijual. Mereka sudah mondar mandir kesana kemari menawarkan produk (menjual jasa tenaga kerja) terkadang belum ada yang membeli (menerima) alias terpksa mereka masuk dalam deretan "pengangguran".

Ketiga, faktor Pengangguran

Pengangguran yang merupakan  produk (output) yang dihasilkan PT dari tahun ke tahun terus bertambah. Apalagi saat ini PT sudah dapat melakukan wisuda beberapa kali se tahun, dengan demikian jumlah mahasiswa tamat dari PT terus bertambah dan apabila mereka belum berhasil memperoleh pekerjaan, maka jelas kondisi ini akan menambah jumlah pengangguran.

Pengangguran ini menghantui calon mahasiswa yang akan masuk ke PT, mereka khawatir pada saatnya nanti setelah mereka menamatkan pendidkan di PT akan menghadapi nasib  yang sama, "menganggur".  Kondisi ini mendorong mereka berpikir praktis, lebih baik ia berusaha mati-matian tamat SLTA mencari pekerjaan atau melakoni suatu bisnis, yang dianggap mereka sudah jelas hasilnya.

Terlepas fenomena memburu pekerjaan dan atau melakoni suatu bisnis tersebut sah-sah saja, namun kalau bisa anak negeri ini kita dorong tetap menempuh pendidikan  ke PT terlebih dahulu, agar harapan kita kualitas  SDM terus meningkat dapat terwujud.

Keempat, faktor Persaingan antar Sesama

Kemudian yang tidak kalah pentingnya kita cermati adalah saat ini semakin ketatnya persaingan, antar PTS, antara PTN dengan PTS, antar PTS (S1) dengan PTS berupa Sekolah   Tinggi (D-3). Pimpinan PTS berlomba-lomba menampilkan diri untuk menjual diriya, untuk mendorong calon mahasiswa masuk ke PTS mereka, baik meningkatkan penampilan  phisik maupun  non phisik (SDM).

Dari sisi phisik, PTS berlomba-lomba membangun gedung yang serba "wah", dan  bertingkat tak ubahnya suatu hotel berbintang, dan peningkatan penampilan dalam bentuk phisik lainnya. Dari sisi non phisisk (SDM) juga sama, PTS kini berlomba-lomba mendorong dosennya untuk melanjutkan  studi lanjut (S-3) dan mendorong  agar cepat meraih  gelar Doktor, Guru Besar dan atau  profesor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun