Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dimana Saja Kapan Saja Kita Akan Dihadang Iklan

29 Januari 2023   14:26 Diperbarui: 29 Januari 2023   14:52 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Tidak berlebihan kalau saya katakan " Tiada Hari Tanpa Iklan", sebab dimana saja dan kapan saja kita akan dihadang oleh  iklan. Pada saat kita  keluar rumah, kita terpaksa/dipaksa harus  menyaksikan sajian iklan berupa baliho yang terpambang dimuara jalan atau dimuara gang kita, tidak lama kemudian setelah kita melaju dengan kendaraan, tepatnya pada saat kita berhenti  di traffic light (baca:lampu merah) begitu kita menoleh ke kiri atau ke kenan tersaji iklan.

Terus dimana saja kita berhenti pada saat kita sedang dijalan, akan ada saja  sajian iklan yang terpampang berupa baliho atau spanduk  suatu produk dari suatu perusahaan. Terkadang sajian iklan dilokasi tepian jalan tersebut itu tidak tanggung-tanggung, sampai memenuhi suatu kawasan yang berada ditepin jalan tersebut, karena lokasi tersebut memang sangat strategis.

Begitu juga pada kondisi yang lain, iklan selalu menghadang. Pada saat kita membuka konten di HP,  misalnya kita ingin  membaca artikel  dan atau untuk mengetahui suatu  infromasi melalui google, kita dipaksa menyaksikan iklan terlebih dahulu, sebelum kita membaca artikel atau mengetahui informasi tersebut. Sajian iklan yang demikian di google tersebut biasanya berupa gambar/informasi selebar layar HP kita. Setelah kita klik tanda kali atau silang disudut kanan atas sajian iklan tersebut, baru sajian iklan tersebut hilang.

Tidak hanya itu, terkadang sajian iklan tersebut diselipkan pada suatu konten. Misalnya kita ingin membuka konten suatu tulisan, artikel atau informasi melalui google, maka disela-sela konten tersebut dislipkan iklan untuk menggoda pembaca agar melirik dan tertarik membuka konten/sajian iklan tersebut, baik berupa tulisan maupun berupa gambar-gambar atau video singkat.

Misalnya lagi, kita akan membuka suatu konten melalui youtube, setidaknya kalau kita tidak mau menyaksikan sajian iklan tersebut, kita sudah terlihat atau terbaca atau terdengar lebih dahulu, baru kita bisa menghindar dari iklan tersebut. Ada kotak kecil disudut sajian iklan itu untuk ditekan, "lewati iklan". Setelah kita kilk kata "lewati iklan" tersebut, baru suatu konten tersebut dapat kita baca, kita lihat  atau kita dengar.

Semakin maraknya media sosial saat ini, semakin ramai perusahaan atau unit usaha meng-iklan-kan produknya, tidak hanya bagi perusahaan  besar, tetapi unit Usaha Mikro Kecil Menangah (UMKM)  pun dapat meng-iklan-kan produk dan atau jasa yang ditawarkannya. Di Palembang, saat ini hampir semua unit usaha telah memanfaatkan media sosial untuk dijadikan media iklan mereka.  Tidak hanya produk perusahaan yang dapat di-iklan-kan di media sosial tersebut, tetapi objek wisata, dan termasuk jasa hiburan pun dapat di-iklan-kan pada media sosial tersebut. Misalnya sajian informasi sekaligus merupakan iklan dari Dinas Pariwisata Kota Palembang, yang konten-nya berisi; "Lima Objek Wisata Palembang Yang Harus Anda Kunjungi" .

Kalimat atau pernyataan yang bernuansa iklan tersebut, jelas berkonotasi iklan, sekalipun ia merupakan informasi wisata. Begitu kita membuka konten berita dan informasi, dari  iklan tersebut, selain kita mendapatkan gambaran tentang objek wisata yang menarik di Kota Palembang, sekaligus merupakan iklan untuk membujuk pembaca  berkunjung di beberapa objek wisata di Kota Palembang. Dari sisi marketing, iklan yang demikian sah-sah saja, karena selain hemat juga menarik pembaca untuk mengetahui-nya lebih lanjut.

Pada saat yang lain, kita pun dipaksa untuk menyaksikan, menyimak, dan membaca sajian iklan yang mereka bagikan berupa lembaran brosur, dan  leafle.  Iklan yang demikian biasanya dibagikan pada saat kita berbelanja, dan biasanya pada saat kita membayar pembelanjaan kita di kasir, kasir akan memberikan lembaran brosur, leaflet tersebut, baik lembaran brosur, leaflet dari mereka sendiri maupun lembaran brosur, leaflet titipan rekan usaha-nya.

Sisi Positif Negatif Sajian Iklan Bagi produsen dan Konsumen.

Bila kita cermati, sajian iklan yang ada dimedia sosial, ditempat lain, diruangan lain tersebut, sebenarnya  ada dampak positf-negatifnya, baik bagi perusahaan sendiri maupun bagi konsumen.

Dampak positif bagi perusahaan, jelas bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan , manfaat, benefit dari sajian iklan tersebut, yakni jika konsumen tergoda dan pada akhirnya tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan tersebut, maka akan mendongkrak volume penjualan-nya. Dengan meningkatnya volume penjualan, maka perusahaan akan dapat meningkatkan pendapatannya.

Dampak positif bagi konsumen, sajian iklan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan, media informasi, sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Betapa tidak, dengan banyaknya sajian iklan berupa   informasi  tentang suatu produk tersebut, informasi tentang harga suatu produk, informasi tentang tipe-tipe suatu produk, informasi tentang tempat membeli, dan beberapa informasi lainnya.

Kemudian pada bagian lain, Didy dalam dididasilva1996.blogspot.com, 11 Juni 2016 mensitir dampak positif-negatif iklan. Dampak positif  iklan adalah memberikan alternatif produk, meningkatkan kepercayaan konsumen  terhadap produk  tertentu, berfungsi senagai media perkenalan antara produk atau usaha terhadap konsumennya dan memberikan penjelasan serta manfaat suatu produk.  Sedangkan dampak negatifnya adalah mendorong konsumen  konsumtif, menyebabkan harga suatu produk menjadi lebih mahal, dan memberi kesan semua produk yang diiklankan berkualitas baik.  

Sikapi Iklan Secara Bijak.

Sajian iklan yang  kita baca, yang kita tonton, yang kita dengar tersebut hendaknya jangan langsung disikapi dengan emosional, langusng tergoda dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli. Seharusnya dipertimbnagkan terlebih dahulu, ditelaah terlebih dahulu, dan yang lebih penting harus di dukung dengan kemapuan membeli alias memiliki uang yang cukup untuk membeli suatu produk tersebut, kalu sudah ditelaah dari semua aspek, baru memutuskan untuk membeli suatu produk tersebut.

Apalagi  anak negeri  ini cendrung, "konsumerisme", kalau pun tidak belebihan saya katan "tukang beli", jika sudah begini, maka iklan sangat ampuh untuk membidik mangsanya (baca: konsumen). Sebaiknya sikapi sajian iklan dengan bijak, iklan tersebut hendaknya dijadikan sumber   informasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mebeli suatu produk tersebut. Jika sudah ditelaah dan ternyata memang kondisi kita selaku sudah memungkinkan untuk membeli suatu produk tersebut, baru kita putuskan untuk membeli.  Sebaliknya, jika belum siap untuk membeli, maka sebaiknya ditunda terlebih dahulu. "Membeli Sesuai Kebutuhan Jangan Membeli Berdasarkan Keinginan"

Idealnya, pada diri konsumen tersebut memang sudah ada  kemampuan untuk membeli suatu produk, baru kita mencari produk tersebut melalui sajian suatu iklan. Contoh, penulis sendiri, pada saat mau membeli ikat pinggang, dengan merek  yang berinisial  atau dengan lambang "A" (baca: Aegner) , maka baru saya membuka sajian iklan tentang tipe-tipe tali pinggang dengan lambang "A" tersebut dan sekaligus membandingkan harga-harga yang ditawarkan oleh penjualnya.

Dalam hal ini tidak ada salahnya kalau kita memposisikan diri selaku  konsumen yang cerdas yakni konsumen yang senantiasa mengindahkan suatu peringatan: . "TELITI SEBELUM MEMBELI"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun