Mohon tunggu...
Amalia Adhandayani
Amalia Adhandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Akademisi.

Mempelajari psikologi dan kepribadian manusia.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ghosting Masa Kini

30 Agustus 2023   18:30 Diperbarui: 30 Agustus 2023   18:33 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini mencari pasangan tak sesulit dulu. Kemajuan teknologi memudahkan para dewasa muda memilih calon pasangan mereka hanya melalui berbagai aplikasi kencan daring seperti Tinder, Bumble, Tantan dan lainnya. Benarkan kemudahan ini mendorong perilaku ghosting semakin tinggi pada relasi romantis muda masa kini? 

Dewasa Muda dan Pencarian Pasangan 

Secara psikologis, individu dewasa muda berusia delapan belas sampai empat puluh tahun memiliki tugas untuk berkomitmen dalam hubungan romantis. Menurut Santrock (2014), setidaknya manusia harus memenuhi setiap tugasnya di tiap tahap perkembangan untuk dapat memasuki tahapan perkembangan selanjutnya. 

Tugas perkembangan ini juga menjadi penting untuk dilaksanakan agar kesejahteraan psikologis individu dapat tercapai dan terhindar dari konflik psikis. Keberhasilan tugas perkembangan akan menghasilkan hubungan yang sehat, bahagia, langgeng, serta mampu mengembangkan keutamaan cinta. Secara sederhana, individu akan bebas dari perasaan kesepian atau rasa terisolasi (Syed dan McLean, 2018).


Selain itu, ada perbedaan universal pada laki-laki dan perempuan dalam preferensi pasangan. Secara umum, perempuan akan memilih pasangan yang memiliki potensi finansial yang tinggi, sedangkan laki-laki lebih menekankan pada daya tarik fisik pasangan mereka (Masoom, 2022). Tentunya preferensi ini mendorong individu dewasa muda, baik laki-laki dan perempuan lebih selektif dalam memilih calon pasangan mereka.

Cinta dan Ghosting

 Komitmen tak akan terbentuk jika tidak ada cinta. Dalam cinta ada tiga komponen utama, yaitu keintiman, gairah, dan komitmen. Keintiman mengacu pada perasaan kedekatan, keterhubungan, dan ikatan dalam hubungan cinta. 

Gairah mengacu pada dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, dan kesempurnaan seksual. Komitmen dalam jangka pendek mengacu pada keputusan bahwa seseorang mencintai orang lain. Sebaliknya, komitmen dalam jangka panjang bermakna untuk mempertahankan cinta tersebut. 

Kedua aspek dalam komponen komitmen ini tidak serta merta berjalan bersamaan, yaitu seseorang dapat memutuskan untuk mencintai seseorang tanpa berkomitmen pada cinta tersebut dalam jangka panjang, atau seseorang dapat berkomitmen pada suatu hubungan tanpa mengakui perasaan cinta kepada orang lain dalam hubungan tersebut. Cinta yang sempurna dihasilkan dari kombinasi penuh dari ketiga komponen tersebut (Stenberg, 2023).

Kemudahan dalam memilih calon pasangan melalui aplikasi kencan daring tentu akan menghasilkan aspek cinta yang berbeda. Cinta romantis yang berasal dari kombinasi komponen keintiman dan gairah akan terbentuk, namun tidak bertahan lama. Bertukar pujian, rayuan, dan saling goda melalui kolom pesan teks aplikasi tersebut akan merilis zat dopamin dari tubuh yang menghasilkan perasaan nyaman dan bahagia. 

Lama kelamaan, seringnya interaksi yang terjadi akan akan menurunkan jumlah dopamin yang dihasilkan dari tubuh sehingga muncul perasaan bosan atau jenuh dalam hubungan. Akibatnya, pemutusan hubungan secara sepihak pun terjadi. 

Salah satu pihak mulai tidak menanggapi panggilan telepon, pesan teks, tidak lagi mengikuti akun media sosial pasangan mereka, bahkan memblokir pasangan mereka di media sosial. 

Pemutusan hubungan secara sepihak dan tiba-tiba ini disebut sebagai ghosting (Levebre, dkk., 2019). Ghosting adalah strategi yang paling sering digunakan dalam hubungan jangka pendek, dengan ciri utama kurangnya komitmen (Koessler, dkk., 2019).

Ghosting dan Aplikasi Kencan Daring 

Ghosting adalah sebuah strategi untuk menghindari hubungan yang tidak diinginkan tanpa harus putus (LeFebvre, dkk., 2019). 

Pada korban, ghosting dimaknai sebagai tindakan yang salah, tidak dewasa, dan terkadang menyakitkan untuk mereka. Namun, dari sisi pelaku ghosting, mereka sering kali membenarkannya sebagai suatu cara untuk melindungi harga diri mereka setelah mengalami kekerasan, direndahkan, atau bahkan dilecehkan (Manning, Denker dan Johnson, 2019).

Perilaku ghosting terkait dengan penggunaan aplikasi kencan daring dan waktu yang dihabiskan di aplikasi kencan daring (Navarro, dkk., 2019). 

Seringnya menggunakan aplikasi kencan daring sebagai alat untuk menemukan calon pasangan meningkatkan paparan dan risiko dari penggunaannya, seperti agresi dunia maya atau pelecehan seksual (Choi, Wong & Fong, 2018). 

Menghabiskan lebih banyak waktu daring dalam aplikasi kencan juga akan meningkatkan kemungkinan mengetahui profil calon pasangan (Chan, 2016). 

Ghosting juga kemungkinan lebih tinggi terjadi jika harapan salah satu pihak tidak terpenuhi, atau calon pasangan ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi pihak tersebut.

Teknologi dapat memfasilitasi proses putusnya hubungan karena membiarkan hubungan kencan berakhir lebih mudah jika tidak ada ikatan emosional. 

Hal sebaliknya juga mungkin terjadi, mereka yang melakukan atau menerima ghosting mungkin memang memiliki intensi untuk hubungan jangka pendek. Hal ini didukung oleh fakta bahwa aplikasi kencan daring banyak digunakan untuk menemukan hubungan seks romantis dan kasual (Anzani, dkk., 2018). 

Terakhir, anonimitas dalam dunia maya memang mendukung perilaku ghosting ini lebih mudah dilakukan. Profil samaran, akun palsu, dan identitas yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya dalam media sosial meningkatkan kecenderungan untuk individu dewasa muda melakukan ghosting pada pasangan yang mereka temui melalui aplikasi kencan daring.

Referensi:

LeFebvre, L. E., Allen, M., Rasner, R. D., Garstad, S., Wilms, A., & Parrish, C. (2019). Ghosting in emerging adults' romantic relationships: The digital dissolution disappearance strategy. Imagination, Cognition and Personality, 39(2), 125-150.

Chan, L. S. (2016). Predicting the intent to use dating apps to look for romance and sex: using the integrative model of behavioral prediction. In International Communication Association Annual Conference, Fukuoka, Japan, June (pp. 9-13).Santrock, J. W., Mondloch, C. J., & Mackenzie-Thompson, A. (2014). Essentials of life-span development.

Masoom, M. R. (2022). What potential traits do adolescents and early adults look for in mate preferences?. Heliyon, 8(12).

Braaten, Ellen, ed. The SAGE encyclopedia of intellectual and developmental disorders. Sage Publications, 2018.

Koessler, R. B., Kohut, T., & Campbell, L. (2019). When your boo becomes a ghost: The association between breakup strategy and breakup role in experiences of relationship dissolution. Collabra: Psychology, 5(1), 29.

Manning, J., Denker, K.J., & Johnson, R. (2019). Justifications for "ghosting out" of developing or ongoing romantic relationships: anxieties regarding digitally-mediated romantic interaction. In A. Hetsroni, A. & M. Tuncez (Eds.). It happen on tinder. Reflections and studies on Internet-infused dating (pp. 114-132). Institute of Network Cultures: Amsterdam, 2019,

Navarro, R., Larraaga, E., Yubero, S., & Villora, B. (2020). Ghosting and breadcrumbing: Prevalence and association with online dating behavior among young adults. Escritos de Psicologa-Psychological Writings, 13(2), 46-59.

Stenberg, R.J. (2023, Aug 30). Duplex Theory of Love: Triangular Theory of Love and Theory of Love as a Story. Diakses dari https://www.robertjsternberg.com/love#:~:text=Romantic%20love%20derives%20from%20a,absence%20of%20the%20intimacy%20component.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun