Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidya_ Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Superhero Baru Bernama Imunoterapi Kanker

20 Februari 2020   23:44 Diperbarui: 20 Februari 2020   23:43 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sisi lain, Direktur Medik dan Keperawatan RS Kanker Dharmais Dr. Nina Kemalasari memaparkan bahwa kasus kanker baru terbanyak adalah kanker payudara 58.526 dari 350.000 kasus kanker baru di Indonesia pada 2018. Kemudian kanker serviks uteri (32.469), kanker paru (30.028), kanker kolorektal (30.017), kanker hati (18.468), dan kanker lainnya 179.576 kasus.

"Kanker termasuk penyakit tidak menular dan merupakan penyebab kematian kedua dalam kasus penyakit tidak menular," tutur Nina pada acara Imunoterapi Kanker: Kekuatan untuk Masa Kini dan Janji untuk Masa Depan yang digelar PT Roche Indonesia di Jakarta, Kamis (25/7/2019). [3]

Paparan data di atas semoga cukup untuk menyentak kita agar segera membangun "kubu pertahanan" guna melawan serangan kanker. Suka tidak suka, seluruh komponen bangsa harus kompak dalam melawan kanker.

Batalion Sel T
Tubuh kita sebenarnya punya "pasukan tentara" yang bertugas melawan, memerangi, dan menghancurkan kanker. Hanya saja, ada faktor penghambat yang membuat para tentara di tubuh kita tidak dapat berperang dengan maksimal.

Pasukan khusus itu lazim disebut sistem imun atau sistem kekebalan.  Dalam kondisi normal, sistem kekebalan kita pasti mampu mendeteksi dan menghancurkan apa saja yang tidak semestinya berada di dalam tubuh kita, termasuk kanker. Ketika sistem kekebalan "mencium perubahan sel dari sel normal menjadi sel asing", Batalion Sel T segera dikerahkan untuk menghancurkan potensi ancaman itu.

Hanya saja, dilansir roche.co.id, kanker adalah penyakit yang cerdik. Kanker punya banyak cara untuk mengelak atau  menghindari deteksi dan perlawanan sistem imun di tubuh kita. Artinya, kanker punya muslihat untuk mengelabui Batalion Sel T. [4]

Dengan cerdik, kanker memproduksi sejumlah protein yang berfungsi seperti "perisai kukuh". Nah, "protein perisai" itulah yang membuat serangan Batalion Sel T terhadap sel kanker macet. Bahkan, terhenti. Salah satu perisai kukuh itu, protein Programmed Death-Ligand 1 atau PD-L1, malahan mampu mengantar sel kanker menghindari Sel T.

Kecerdikan sel kanker memanipulasi sistem kekebalan tubuh itulah yang mendasari para ilmuwan untuk mencari cara baru di luar metode yang telah digunakan untuk mengobati kanker. Hasilnya menggembirakan.

Dikutip dari laman cancer.org, imunoterapi kanker mulai dikembangkan pada 1970-an. Para ilmuwan dapat memproduksi secara massal antibodi monoklonal yang secara khusus ditargetkan untuk komponen kimia sel kanker. [5]

Harapan Baru Itu adalah Imunoterapi Kanker
Apakah yang membedakan imunoterapi kanker dengan pengobatan kanker lainnya? Baiklah kita ambil pengobatan kemoterapi sebagai pembanding, karena kemoterapi tindakan pengobatan kanker yang paling santer kita dengar hingga hari ini.

Imunoterapi bekerja dengan cara mendorong sistem kekebalan tubuh, termasuk Batalion Sel T, agar lebih kuat dalam melawan, mengendalikan, dan menghancurkan sel kanker. Dengan kata lain, perlawanan itu berasal dari dalam tubuh kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun