Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidya_ Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berani Jadi Petani Milenial?

22 Mei 2019   19:54 Diperbarui: 22 Mei 2019   20:04 3976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Milenial [Ilustrasi: EasternPeak]

Lahan budi daya jamur [Foto: DetikFinance/Taufik Hidayat]
Lahan budi daya jamur [Foto: DetikFinance/Taufik Hidayat]
Pengalaman Taufik bukan materi bualan demi memotivasi generasi muda. Tidak, itu fakta. Banyak anak muda yang terbujuk kemeja necis, dasi mahal, sepatu mengilap, serta ruang kerja yang harum dan berpendingin. Itu sah-sah saja.

Meski begitu, jangan remehkan petani. Jika petani menguasai teknologi seperti di Singapura, Jepang, atau AS, penampilan mereka sangat keren dan mentereng. Baik saat bekerja maupun waktu bersantai. Mereka petani cerdas yang berkiprah di dunia pertanian cerdas.

Apakah pertanian cerdas itu? Tunggu, kita simak dulu data mencengangkan ini. Dikutip EasternPeak dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), populasi global pada 2050 diperkirakan akan melampaui 9 miliar jiwa. Seluruh jiwa itu butuh makanan. Sungguh peluang besar bagi petani di seantero dunia.

Guna menghasilkan makanan yang cukup bagi populasi tersebut, volume produksi pertanian harus meningkat sebesar 50%. Masalahnya, sumber daya untuk operasi pertanian terbatas. Sebagian besar lahan yang cocok untuk pertanian sudah digunakan. Kalaupun ada lahan kosong, kemungkinan karena diabaikan oleh pemiliknya.

Satu-satunya cara untuk meningkatkan volume produksi adalah dengan meningkatkan efisiensi produksi.

Inilah pertanian cerdas. Kita tahu bahwa teknologi digital berkembang pesat. Revolusi Industri 4.0 bukan sekadar slogan. Hampir seluruh sendi kehidupan sudah dirasuki teknologi digital. 

Jangankan bidang ekonomi dan kesehatan, bidang pertanian pun sudah dirambah.

Bagaimana cara memulai pertanian cerdas? Fondasi pertanian cerdas harus dibangun oleh Pemerintah. Ketersediaan infrastruktur, berupa jaringan internet, sangat dibutuhkan dalam pengembangan Internet of Things (IoT).

Ketika Ahmad berminat mengembangkan kentang, ia berkonsultasi dulu kepada pakar pertanian. Ia tanyakan soal kondisi lahan, pengaruh cuaca, curah hujan dan ketersediaan air, serta prediksi hama dan penanganannya. Taufik juga begitu.

Informasi yang dicari oleh Ahmad dan Taufik akan mudah didapat jika petani memanfaatkan IoT (perangkat berjaringan). 

Jadi, tidak perlu heran apabila suatu saat nanti tiada lagi petani yang menyemprot tanaman. Penyemprotan, penyiraman, pemupukan, bahkan panen dilakukan oleh robot. Pengolahan tanah bukan lagi dengan bajak dan hewan, tetapi traktor virtual yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun