Penelitian terbaru mengungkap bahwa kombinasi penurunan muka tanah dan kenaikan permukaan laut membuat Kota Semarang semakin rentan terhadap banjir rob dengan luas genangan mencapai 174 hektare (Ulfani et al., 2024).
SEMARANG - Kota Semarang kembali menjadi sorotan publik terkait ancaman banjir rob yang semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan di Kecamatan Genuk, fenomena alam ini telah menggenangi area seluas 174,2784 hektare, meliputi ruas jalan, kawasan industri, pemukiman, perkebunan, tambak, dan area vegetasi.
Penelitian yang dipublikasikan oleh Ulfani et al. (2024) dalam Indonesian Journal of Oceanography mengungkap fakta mengejutkan tentang kondisi geografis Semarang yang membuatnya sangat rentan terhadap banjir rob. Topografi kota yang tergolong landai dengan kemiringan hanya 0-2% dan sebagian besar wilayahnya hampir setinggi permukaan laut menjadi faktor utama kerentanan ini.
Penurunan Tanah Mencapai 15 cm per Tahun
Salah satu temuan paling mengkhawatirkan dari penelitian ini adalah tingkat penurunan muka tanah (land subsidence) di Semarang yang mencapai 8,1 hingga 15 cm per tahun. Angka ini tergolong sangat tinggi dan menjadi salah satu penyebab utama semakin parahnya banjir rob di wilayah pesisir.
"Kondisi ini diperparah dengan kenaikan permukaan air laut yang mencapai 4,7 mm per tahun," ungkap hasil penelitian yang menggunakan data dari AVISO (Archiving, Validation and Interpretation of Satellite Oceanographic data).
Data topografi menunjukkan elevasi tanah di wilayah penelitian berkisar antara 0-19,88 meter di atas permukaan laut, dengan penurunan muka tanah yang bervariasi antara 1-14,4 cm per tahun di berbagai lokasi (Ulfani et al., 2024).
Karakteristik Pasang Surut Semarang
Penelitian yang dilakukan di koordinat 06 56' 15" - 07 00' 00" Lintang Selatan dan 100 26' 24" - 100 30' 09" Bujur Timur ini juga menganalisis karakteristik pasang surut air laut di Semarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa Semarang memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai Formzhal 1,121.
Yang lebih mengkhawatirkan, selisih antara tinggi muka air tertinggi (HHWL) dengan muka air laut rata-rata (MSL) mencapai 62,22 cm. Angka ini menunjukkan potensi genangan yang cukup tinggi ketika terjadi pasang tertinggi (Ulfani et al., 2024).
Dampak Multidimensi Banjir Rob
Menurut penelitian Herbanu et al. (2024), dampak banjir rob tidak hanya bersifat fisik tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dampak yang paling nyata dirasakan meliputi:
Kerusakan Infrastruktur: Korosi pada komponen bangunan, terutama struktur beton dan baja, menjadi masalah serius yang memerlukan perbaikan berkelanjutan dan biaya maintenance yang tinggi.
Krisis Air Bersih: Intrusi air laut menyebabkan kontaminasi sumber air minum dan mempersulit akses masyarakat terhadap air bersih. Kondisi ini memaksa warga untuk mencari alternatif sumber air yang seringkali lebih mahal.
Penurunan Kualitas Hidup: Banjir rob yang terjadi secara rutin mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, mulai dari kesulitan transportasi hingga kerusakan barang-barang rumah tangga.
Pencemaran Lingkungan: Genangan air laut yang bercampur dengan limbah perkotaan meningkatkan tingkat polusi di wilayah terdampak.
Metodologi Penelitian Komprehensif
Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisiplin dengan mengintegrasikan berbagai sumber data. Ulfani et al. (2024) menggunakan data pasang surut dari IOC Sea Level Monitoring Facility (UNESCO), data kenaikan muka air laut dari AVISO, citra radar Sentinel-1 untuk analisis penurunan tanah, serta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) dari BIG untuk data topografi.
Selain itu, penelitian juga menggabungkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis skenario potensi banjir rob dengan kedalaman antara 40 cm hingga 150 cm.
Validasi Model Genesis
Untuk memastikan akurasi prediksi, peneliti menggunakan Model Genesis sebagai alat validasi. Model ini membandingkan hasil simulasi dengan data observasi lapangan, menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi dalam memprediksi skenario banjir rob di wilayah Semarang.
Strategi Penanggulangan
Mengingat tingkat kerentanan yang tinggi, penelitian ini merekomendasikan beberapa strategi penanggulangan yang perlu segera diterapkan:
Pembangunan Infrastruktur Proteksi: Konstruksi dan peninggian tanggul laut menjadi prioritas utama untuk menahan laju air laut masuk ke daratan.
Perbaikan Sistem Drainase: Pembersihan dan pelebaran sungai atau saluran air untuk meningkatkan efektivitas aliran air dan mengurangi genangan.
Penataan Ruang Berkelanjutan: Pengaturan ulang tata ruang kota untuk menghindari pembangunan di zona rawan banjir rob, termasuk relokasi pemukiman yang berada di area berisiko tinggi.
Sistem Peringatan Dini: Pengembangan sistem peringatan dini yang terintegrasi untuk memberikan informasi tepat waktu kepada masyarakat tentang potensi banjir rob.
Urgensi Tindakan Kolektif
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa permasalahan banjir rob di Semarang bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi memerlukan tindakan kolektif dari seluruh stakeholder. Kombinasi antara faktor alam (penurunan muka tanah dan kenaikan permukaan laut) dengan kondisi topografi yang landai membuat Semarang berada dalam kondisi darurat lingkungan yang memerlukan penanganan segera dan komprehensif.
Tanpa tindakan mitigasi yang tepat dan berkelanjutan, diperkirakan luas area yang terdampak banjir rob akan terus bertambah, mengancam keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir Semarang. Penelitian ini menjadi landasan ilmiah yang kuat untuk pengambilan kebijakan dan implementasi program penanggulangan banjir rob yang lebih efektif di masa mendatang.
Sumber:Â
Herbanu, P. S., Nurmaya, A., Nisaa, R. M., & Wardana, R. A. (2024, March). The zoning of flood disasters by combining tidal flood and urban flood in Semarang City, Indonesia. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 1314, No. 1, p. 012028). IOP Publishing.
Ulfani, A., Helmi, M., & Kunarso, K. (2024). Studi area genangan banjir pasang dan dampaknya terhadap penggunaan lahan pesisir berdasarkan pemodelan geospasial di Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah. Indonesian Journal of Oceanography, 6(2), 188-196.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI