Yang lebih mengkhawatirkan, selisih antara tinggi muka air tertinggi (HHWL) dengan muka air laut rata-rata (MSL) mencapai 62,22 cm. Angka ini menunjukkan potensi genangan yang cukup tinggi ketika terjadi pasang tertinggi (Ulfani et al., 2024).
Dampak Multidimensi Banjir Rob
Menurut penelitian Herbanu et al. (2024), dampak banjir rob tidak hanya bersifat fisik tetapi juga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dampak yang paling nyata dirasakan meliputi:
Kerusakan Infrastruktur: Korosi pada komponen bangunan, terutama struktur beton dan baja, menjadi masalah serius yang memerlukan perbaikan berkelanjutan dan biaya maintenance yang tinggi.
Krisis Air Bersih: Intrusi air laut menyebabkan kontaminasi sumber air minum dan mempersulit akses masyarakat terhadap air bersih. Kondisi ini memaksa warga untuk mencari alternatif sumber air yang seringkali lebih mahal.
Penurunan Kualitas Hidup: Banjir rob yang terjadi secara rutin mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat, mulai dari kesulitan transportasi hingga kerusakan barang-barang rumah tangga.
Pencemaran Lingkungan: Genangan air laut yang bercampur dengan limbah perkotaan meningkatkan tingkat polusi di wilayah terdampak.
Metodologi Penelitian Komprehensif
Penelitian ini menggunakan pendekatan multidisiplin dengan mengintegrasikan berbagai sumber data. Ulfani et al. (2024) menggunakan data pasang surut dari IOC Sea Level Monitoring Facility (UNESCO), data kenaikan muka air laut dari AVISO, citra radar Sentinel-1 untuk analisis penurunan tanah, serta DEMNAS (Digital Elevation Model Nasional) dari BIG untuk data topografi.
Selain itu, penelitian juga menggabungkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis skenario potensi banjir rob dengan kedalaman antara 40 cm hingga 150 cm.
Validasi Model Genesis