Mohon tunggu...
Amelia Nur Qholid
Amelia Nur Qholid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman di Kereta

11 Februari 2024   20:25 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:35 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedatangan kereta. Dokumentasi oleh : Amelia Nur Qholid

Namaku Meta, aku adalah seorang mahasiswa semester 3 di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Barat. Hari ini aku merasa sangat bahagia karena project yang aku kerjakan bersama teman kelompokku selesai. Ya, walaupun masih ada beberapa kekurangan. Malam ini aku sedikit tenang dan juga bosan. Ketika aku membuka aplikasi Whatsaap, teman-temanku bilang bahwa besok tidak ada jadwal ujian.

            Aku bingung, jika besok tidak ada jadwal ujian apa yang akan aku lakukan di kamar kos ini. Tidak mungkin aku hanya merebahkan tubuhku sambil membuka semua jenis sosial media ataupun menonton drama Korea yang menurutku sangat membosankan. Tiba-tiba aku ingin sekali pergi naik kereta ke Pariaman, menurutku itu lebih menyenangkan daripada tidur di kos sepanjang hari.

            Awalnya aku ingin pergi sendiri berniat untuk menghabiskan waktu sendiri atau generasi sekarang menyebutnya quality time. Dengan perasaan bingung, aku bertanya ke beberapa orang temanku dan rata-rata mereka mengatakan bahwa "Pasti itu sangat membosankan dan kamu akan menyesal pergi kesana sendiri"

            Malam itu aku menghubungi beberapa orang temanku yang tidak ada kegiatan besok. Dan ternyata tidak ada yang bisa menemaniku untuk pergi besok. Dengan percaya diri aku memesan tiket kereta dengan ragu-ragu. Beberapa saat kemudian, Nadhira yang merupakan temanku saat tes masuk perguruan tinggi mengatakan bahwa dia akan ikut. Kemudian aku memesan satu tiket lagi untuk berngkat besok. Namun, sayang sekali Nadhira tidak mendapatkan tempat duduk.

            Keesokan harinya, aku sudah bersiap-siap untuk pergi dengan menaiki TransPadang. Di stasiun, aku menunggu Nadhira. Aku melihat ruang tunggu kereta sangat padat oleh penumpang yang rata-rata adalah anak-anak PAUD dan Sekolah dasar. Pada awalnya kami duduk di kursi yang kosong, aku mengira bahwa tempat dudukku nomor 12C, ternyata aku salah. Saat sedang duduk seorang ibu-ibu menghampiri kami.

            "Permisi, boleh saya lihat tiketnya, Dek? Di tiket saya tertulis bahwa tempat duduk saya dikursi nomor 12ABC"

            Dengan cepat aku segera melihat tiketku dan disana tertulis bahwa tempat dudukku ada di kursi nomor 21C. Dengan perasaan malu, aku dan Nadhira segera pergi ke kursi yang tertera pada tiketku. Disana ternyata sudah diduduki oleh seorang nenek yang berumur 68 tahun. Sedangkan Nadhira terpaksa berdiri hingga ada penumpang yang turun. Perjalanan menuju Pariaman lumayan menyenangkan karena ditemani oleh pemandangan alam sekitar dan juga obrolan ringan dengan orang  yang duduk dekat denganku.

            Sesampainya di Pariaman, aku dan Nadhira mampir ke rumah makan karena kami belum sarapan tadi pagi. Setelah menghabiskan nasi bungkus di tepi pantai, hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Awalnya kami kira ini hanya sebentar, ternyata malah makin deras. Aku dan Nadhira pun berlari mencari tempat untuk berteduh. Pukul 13.15 kami memilih untuk menerobos hujan dan mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan di hari ini.

            Dari pantai menuju stasiun, aku dan Nadhira berlari menerobos hujan yang agak deras karena takut ditinggal kereta. Suasana stasiun hampir sama seperti tadi, sangat ramai oleh anak-anak. Di kereta tempat dudukku dan Nadhira juga terpisah beberapa kursi tapi tetap pada gerbong yang sama. Pada awalnya aku sangat kesal karena suasana gerbong yang sangat bising oleh suara ibu-ibu dan juga anak TK. Aku hanya duduk diam sambil mengambil beberapa foto selfie dan juga pemandangan saat kereta ini melaju. Saat aku sedang berselfie ada seorang anak TK yang muncul dari kursi belakang ku. Dia tersenyum sambil mengucapkan "Halo Kakak!" lalu pergi dengan senyum malu.

            Akupun tertarik untuk mengajaknya bermain, sampai pada saat dia menghampiri kursiku dan mengajak temannya untuk bermain denganku. Suasana ini sangat aku rindukan, dulu aku hampir setiap hari berinteraksi dengan anak-anak karena pekerjaanku. Namun, sekarang aku jarang sekali melihat anak-anak. Karena itu, aku mengajak mereka untuk bermain dan bernyanyi bersama. Aku mengabadikan momen ini dengan membuat beberapa video dan foto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun