Mohon tunggu...
amelia_ 19
amelia_ 19 Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka sekali mendengar kan musik, memasak, berenang dan bersosialisasi dengan banyak orang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Menelusuri jejak pemikiran:seni menggali makna lewat perspektif filosofis"

24 September 2025   22:04 Diperbarui: 24 September 2025   22:04 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


Pendahuluan: Mengapa Kita Butuh Lensa Filosofis?
Di tengah arus informasi instan, teknologi, dan pragmatisme yang menggebu, manusia kerap kehilangan napas dalam konteks eksistensi mereka sendiri. Kita mengejar efisiensi, target, dan hasil, tapi seringkali lupa bertanya: apa makna di balik apa yang kita kerjakan? Di sinilah peran pendekatan filosofis menjadi sangat relevan --- bukan untuk menolak tindakan konkret, tetapi untuk memberi kedalaman, kerangka reflektif, dan kesadaran kritis terhadap apa yang tampak sebagai "normal."

Pendekatan filosofis bukanlah sekadar merangkai kata-kata tinggi atau jargon abstrak. Ia adalah cara berpikir yang menelisik asumsi-asumsi dasar---ontologis (apa ada), epistemologis (bagaimana kita tahu), dan aksiologis (apa nilai, apa baik-buruk)---yang seringkali tersembunyi dalam cara kita melihat dunia, membuat kebijakan, atau bertindak sehari-hari.

Dalam tulisan ini, saya akan membedah dimensi-dimensi pendekatan filosofis, menunjukkan bagaimana ia bisa diaplikasikan pada berbagai ranah (riset, pendidikan, etika), serta tantangan dan peluangnya. Setelah itu, disajikan versi parafrase agar Anda mendapat sudut lain dalam menangkap gagasan-gagasan ini.

Dimensi-Dimensi Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis pada dasarnya bisa dipecah menjadi beberapa lapisan penting:

1. Ontologi: Realitas dan Eksistensi
Pertanyaan ontologis adalah: apa yang ada? Dalam konteks penelitian atau tindakan manusia, pertanyaan ini bisa muncul sebagai: apakah realitas itu objektif, atau apakah yang kita sebut "dunia" hanyalah konstruksi pikiran kita?

Misalnya, dalam sains sosial, sebagian peneliti memandang bahwa fenomena sosial itu "ada di luar" peneliti (realitas objektif), sementara sebagian lain bertolak dari pandangan konstruktivis yang melihat bahwa realitas sosial dibentuk oleh interpretasi manusia. Pandangan mana pun yang dipilih akan sangat memengaruhi desain penelitian, metodologi, dan cara interpretasi hasil.

2. Epistemologi: Cara Kita Mengetahui
Epistemologi membahas: bagaimana kita bisa tahu sesuatu? Tradisi positivistik menekankan observasi, pengukuran, dan verifikasi empiris, sedangkan pendekatan lain seperti fenomenologi atau interpretivisme lebih mementingkan pengalaman subyektif, makna, dan narasi.

Contoh menarik dapat dilihat dalam riset kualitatif. Ada kritik bahwa banyak penelitian kualitatif cenderung mengandalkan induksi (dari data ke teori) tanpa refleksi filosofis yang memadai. Namun, pendekatan critical rationalism menyodorkan bahwa teori tidak semata muncul dari data, melainkan diuji, direfleksikan, dan direvisi berdasarkan falsifikasi.
SpringerLink
+1

3. Aksiologi: Nilai dan Etika
Aksiologi menaruh perhatian pada nilai---apa yang dianggap baik, adil, atau bermakna. Dalam penelitian, itu berarti bahwa proses penelitian, pilihan topik, interpretasi data, dan implikasi tindakan tidak netral secara nilai. Sebagai contoh, dalam penelitian hukum, pendekatan filosofis dapat membuka ruang untuk memeriksa dimensi nilai hukum---keadilan, moral, dan kemanusiaan---bukan sekadar norma dan aturan positif.
psppjournals.org

Pendekatan Filosofis di Dunia Nyata
Bagaimana pendekatan filosofis ini bisa diaplikasikan dalam konteks praktis? Berikut beberapa ilustrasi:

A. Dalam Riset (Ilmu Sosial, Pendidikan, Hukum, dll.)
Menentukan paradigma riset
Saat memulai penelitian, seorang peneliti idealnya memilih paradigma (misalnya positivisme, interpretivisme, kritis) berdasarkan konsistensi ontologi dan epistemologi. Dalam artikel Choosing a Methodology: Philosophical Underpinning, dibahas bahwa memahami kohesi antara ontologi, epistemologi, dan metode sangat penting agar penelitian tidak retak di pertengahan.^[ Jackson, E. (2013). Choosing a Methodology: Philosophical Underpinning ]
insight.cumbria.ac.uk

Mengeksplorasi aspek nilai
Dalam penelitian hukum, misalnya, peneliti bisa menerapkan pendekatan filosofis seperti metafisika, etika, hermeneutik, dan kritis untuk meninjau apa makna "keadilan" dan implikasi nilainya dalam praktik hukum kontemporer.
psppjournals.org

Mengkritik asumsi bawaan
Banyak penelitian hanya menggunakan metode karena "umum dipakai" tanpa mengecek asumsi dasar di baliknya. Pendekatan filosofis mendorong peneliti untuk mengangkat "hipotesis dasar"---apa asumsi tentang manusia, masyarakat, pengetahuan---dan meneliti apakah asumsi tersebut masih relevan.

Menyelaraskan tindakan dan konsekuensi
Hasil penelitian bukan sekadar data laporan; jika penelitian menyasar kebijakan atau intervensi, nilai-nilai etis harus menjadi pemandu agar dampak yang muncul bermartabat dan adil.

B. Dalam Pendidikan dan Pembelajaran
Dalam pendidikan, penggunaan pendekatan filosofis bisa memaknai proses pembelajaran sebagai dialog reflektif, bukan sekadar transfer pengetahuan. Dalam artikel tentang pendekatan filosofis dalam pendidikan Islam, dikemukakan bahwa dengan dialog dan refleksi, kualitas pendidikan dapat ditingkatkan.
inovanpublisher.org

Misalnya, guru tidak hanya menyampaikan materi, tetapi mengajak siswa berpikir kritis: "Mengapa kita belajar ini? Apa nilai dari materi ini untuk kehidupan kita?" Dengan demikian, pendidikan menjadi makna dan pembentukan karakter, bukan sekadar mekanisme akademik.

C. Dalam Administrasi Publik dan Tata Kelola
Sebagai contoh, dalam bidang administrasi publik, ada studi yang mengusulkan penggunaan pendekatan Critical Realism untuk memahami nilai publik dan pemerintahan. Pendekatan ini menekankan bahwa realitas sosial memiliki struktur yang mendasari yang tidak langsung tampak, dan tindakan manusia dipengaruhi oleh struktur tersebut.
SAGE Journals

Pendekatan filosofis memungkinkan kita mempertanyakan: apa tujuan publik (public value)? Bagaimana nilai-nilai anggota masyarakat membentuk tata kelola yang sah? Bagaimana struktur kekuasaan tersembunyi mempengaruhi proses kebijakan?

Manfaat dan Tantangan
Kelebihan:
Kedalaman refleksi
Pendekatan filosofis mampu membuka cakrawala makna dan menghindarkan kita dari tindakan yang "kosong makna."

Keterhubungan teori dan nilai
Ia menjembatani antara aspek teoretis dan nilai, sehingga penelitian atau kebijakan lebih manusiawi.

Kritis terhadap asumsi
Memaksa kita menguji asumsi dasar yang sering tidak disadari.

Fleksibilitas instrumen
Karena tidak terpaku hanya pada metode kuantitatif atau kualitatif, filosofi bisa berjalan sebagai fondasi independen atau sebagai kerangka integratif.

Tantangan:
Abstraksi dan generalitas
Gagasan filosofis seringkali sangat abstrak, sehingga sulit diterjemahkan ke langkah praktis konkret.

Resistensi di dunia terapan
Banyak pihak (akademik, profesional) yang lebih menghargai hasil "terukur" dan cenderung skeptis terhadap refleksi filosofis.

Keahlian filosofis
Tidak semua peneliti atau praktisi memiliki latar filosofis yang kuat---membutuhkan pembelajaran mendalam.

Potensi relativisme atau subjektivisme ekstrem
Jika terlalu menekankan interpretasi subyektif tanpa landasan filosofis yang kokoh, risiko "segala pendapat benar" menjadi nyata.

Menyusun Langkah Praktis Berbasis Filosofi
Berikut langkah-langkah sederhana agar pendekatan filosofis tidak sekadar teori tetapi bisa digunakan secara nyata:

Refleksi tema dan tujuan
Sebelum memulai proyek apa pun (riset, kebijakan, pembelajaran), refleksikan: "apa makna", "apa tujuan idealnya", "nilai apa yang ingin saya bawa?"

Mengetahui peta filosofi
Pelajari dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pilih posisi filosofis yang paling cocok untuk konteksmu.

Menuliskan asumsi dasar
Di proposal atau rancangan, jelaskan asumsi filosofismu --- agar pembaca/mitra kerja memahami kerangka berpikirmu (dan mengapresiasi konsistensimu).

Memilih metode yang mendukung
Setelah filosofi jelas, pilih metode riset, instrumen, atau strategi intervensi yang sesuai, bukan sebaliknya.

Evaluasi nilai dan dampak
Setiap tahap tindakan atau penelitian disertai refleksi nilai: "Apakah hal ini adil? Siapa yang diuntungkan/dirugikan? Konsistensi dengan nilai yang diusung?"

Penutup
Pendekatan filosofis menantang kita untuk tidak berhenti pada apa yang tampak, tetapi terus menggali struktur pemikiran yang mendasari tindakan, kebijakan, dan penelitian. Ia membantu menjadikan ilmu dan tindakan manusia lebih sadar nilai, lebih kritis, dan lebih bermakna.

Jika kita menggabungkan lensa filosofis ke dalam kegiatan sehari-hari --- baik dalam riset, pendidikan, kebijakan, atau kehidupan personal --- kita tidak hanya menjadi "pelaku" yang terukur, tetapi juga "peziarah pemikiran" yang menuntun diri menuju makna lebih dalam.

Parafrase: Menelusuri Jalan Pemikiran Filosofis dalam Kehidupan Praktis
Judul Parafrase: "Menggali Jalan Pemikiran: Memaknai Kehidupan Lewat Lensa Filosofis"
Hari ini, ketika dunia bergerak cepat dan dominasi pragmatisme begitu kuat, kita seringkali lupa bertanya: apa yang sesungguhnya kita cari? Apakah sekadar hasil atau juga makna? Sebuah pendekatan filosofis hadir sebagai alat untuk memperlambat langkah kita --- bukan untuk menghentikan tindakan, melainkan untuk memberikan kerangka makna dan refleksi yang mendalam.

Pendekatan filosofis bukanlah sekadar wacana tinggi atau jargon intelektual. Ia menuntut kita melihat kembali fondasi pikiran kita: apa yang nyata, bagaimana kita mengenal realitas, dan apa yang bernilai. Ketiga dimensi itu sering tersembunyi dalam tindakan atau penelitian kita sehari-hari, namun sangat menentukan arah dan kualitasnya.

Pertama, pada ranah ontologi, kita bertanya: apa yang benar-benar ada? Apakah dunia sosial itu semata fakta independen, ataukah ia tercipta dari konstruksi manusia? Pilihan kita di sini mengubah cara membangun studi, memilih desain, dan memberi interpretasi.

Kedua, melalui epistemologi, kita menyelidiki bagaimana kita sampai tahu sesuatu: apakah melalui pengukuran objektif atau melalui pengalaman subyektif? Beberapa tradisi ilmiah menekankan observasi dan verifikasi; yang lain menekankan makna dari pengalaman individu. Di ranah penelitian kualitatif, misalnya, kritik muncul bahwa banyak penelitian terlalu bergantung pada induksi saja. Pendekatan critical rationalism mengusulkan agar teori juga diuji dan bisa dipalsukan --- bukan tumbuh bebas dari data tanpa kontrol.
SpringerLink
+1

Ketiga, aspek aksiologi membawa kita ke ranah nilai. Nilai apa yang kita junjung dalam penelitian, kebijakan, atau tindakan? Di bidang hukum, misalnya, kita bisa menyelami bukan sekadar norma, tetapi nilai keadilan, moralitas, dan kemanusiaan.
psppjournals.org

Dalam praktiknya, pendekatan filosofis bisa diaplikasikan di berbagai bidang:

Dalam riset: menentukan paradigma riset yang konsisten antara asumsi dasar dan metode; mengangkat nilai-nilai yang tersembunyi dalam penelitian; mengkritik asumsi yang terbiasa digunakan. Jackson (2013) menekankan bahwa keterpaduan antara ontologi, epistemologi, dan metode membuat penelitian menjadi lebih kokoh.
insight.cumbria.ac.uk

Dalam pendidikan: bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi membangun dialog reflektif agar siswa berpikir tentang mengapa dan apa nilai dari pengetahuan yang dipelajari. Dalam studi pendidikan Islam, pendekatan dialog dan refleksi menjadi jalan memperkaya kualitas pendidikan.
inovanpublisher.org

Dalam administrasi publik: misalnya, pendekatan Critical Realism membantu melihat struktur tersembunyi masyarakat dan nilai-nilai publik sebagai landasan kebijakan.
SAGE Journals

Keunggulan pendekatan ini adalah kemampuan memberikan kedalaman refleksi, mengintegrasikan teori dan nilai, serta menantang asumsi dasar kita. Namun, ia juga menghadapi tantangan: gagasan filosofis terkadang terlalu abstrak untuk diterapkan langsung; praktik profesional cenderung menolak refleksi dalam bentuk "indah-indah" tanpa angka; dan tak semua orang punya bekal filosofis memadai.

Untuk menjembatani teori dan tindakan, beberapa langkah praktis bisa diupayakan: pertama, awalilah dengan refleksi makna dan tujuan; kedua, pahami peta filosofi (ontologi, epistemologi, aksiologi); ketiga, tuliskan asumsi dasar kita agar transparan; keempat, pilih metode yang sesuai dengan filosofi; kelima, selalu evaluasi dari perspektif nilai---apakah tindakan kita konsisten dengan nilai yang kita pegang.

Dengan demikian, pendekatan filosofis bisa menyatu dengan tindakan nyata dan tidak tinggal sebagai wacana belaka. Ia mengajak kita menjadi pelaku berpikir, bukan sekadar pelaku mekanis, agar kehidupan, penelitian, kebijakan, dan pendidikan membawa resonansi makna yang lebih mendalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun