Tantangan:
Abstraksi dan generalitas
Gagasan filosofis seringkali sangat abstrak, sehingga sulit diterjemahkan ke langkah praktis konkret.
Resistensi di dunia terapan
Banyak pihak (akademik, profesional) yang lebih menghargai hasil "terukur" dan cenderung skeptis terhadap refleksi filosofis.
Keahlian filosofis
Tidak semua peneliti atau praktisi memiliki latar filosofis yang kuat---membutuhkan pembelajaran mendalam.
Potensi relativisme atau subjektivisme ekstrem
Jika terlalu menekankan interpretasi subyektif tanpa landasan filosofis yang kokoh, risiko "segala pendapat benar" menjadi nyata.
Menyusun Langkah Praktis Berbasis Filosofi
Berikut langkah-langkah sederhana agar pendekatan filosofis tidak sekadar teori tetapi bisa digunakan secara nyata:
Refleksi tema dan tujuan
Sebelum memulai proyek apa pun (riset, kebijakan, pembelajaran), refleksikan: "apa makna", "apa tujuan idealnya", "nilai apa yang ingin saya bawa?"
Mengetahui peta filosofi
Pelajari dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pilih posisi filosofis yang paling cocok untuk konteksmu.
Menuliskan asumsi dasar
Di proposal atau rancangan, jelaskan asumsi filosofismu --- agar pembaca/mitra kerja memahami kerangka berpikirmu (dan mengapresiasi konsistensimu).
Memilih metode yang mendukung
Setelah filosofi jelas, pilih metode riset, instrumen, atau strategi intervensi yang sesuai, bukan sebaliknya.
Evaluasi nilai dan dampak
Setiap tahap tindakan atau penelitian disertai refleksi nilai: "Apakah hal ini adil? Siapa yang diuntungkan/dirugikan? Konsistensi dengan nilai yang diusung?"
Penutup
Pendekatan filosofis menantang kita untuk tidak berhenti pada apa yang tampak, tetapi terus menggali struktur pemikiran yang mendasari tindakan, kebijakan, dan penelitian. Ia membantu menjadikan ilmu dan tindakan manusia lebih sadar nilai, lebih kritis, dan lebih bermakna.