Mereka tidak tergerak hati nuraninya untuk membela rakyat. Walaupun kehadiran mereka di Perlemen karena mandat rakyat. Begitulah wajah politisi kita hari ini. Banyak contoh bisa kita petik. Maling teriak maling juga sering dipertontonkan politisi kita di Indonesia.
Artinya, rakyat juga harus mengetahui bahwa penetapan harga BBM dan kebijakan publik yang dikeluarkan tetap atas persetujuan DPR. Bagaimana tidak, penyelenggaraan pemerintah notabenenya adalah eksekutif dan legislatif (DPR). Tidak boleh lagi ada politik cuci tangan disini.
Marak terjadi tradisi buruk di kalangan aktivis pemuda, yaitu praktek saling menjatuhkan. Pembunuhan karakter "character assassination" terus dilakukan demi merebut kuasa. Semangat memberi diri, berkontribusi untuk negeri ditafsir hanya pada soal struktur semata.
Menyedihkan, semua fokus dikerahkan untuk pertarungan merebut jabatan. Setelahnya, mereka menjadi tidak produktif. Tidak inovatif, tidak kreatif, tidak mau berkolaborasi. Yang ada hanya saling sikut. Mendzalimi antara sesama, sungguh-sunggu memiriskan. Fenomena ini harus diakhiri.
Dari sekarang. Juga dari kita sendiri, jika merindukan kemajuan besar terlahir di Indonesia. Ketika masih dibiasakan praktek saling menjatuhkan, merendahkan, teror antar sesama aktivis pemuda, maka karma akan terus mengintai. Legacy kebaikan tidak dilestarikan. Yang ada hanya dendam dan saling sikat.
Berhentilah. Kita kaum muda Indonesia harus bersatu. Saling memaafkan, saling ikhlas, bila ada salah. Tidak perlu memelihara dendam, karena itu membuat hina diri kita sendiri. Memulailah untuk saling support, mengoreksi untuk kebaikan. Bukan menebar fitnah, mencari salah, dan menyerang privasi masing-masing.
Berkolaborasi, kemudian berfikir inklusif dan integral melalui kebiasaan itu agenda pembangunan dalam skala besar akan terwujud. Jika tidak, perpecahan hanya akan mendatangkan petaka. Membawa musibah bagi pemuda, rakyat, bahkan negara kesatuan republik Indonesia.
Konflik dan pertentangan kepentingan yang kontinu hanya akan membuat rapuh persatuan. Konflik sudah pasti melahirkan keretakan, meninggalkan luka. Itu membahayakan. Memberi akibat buruk pada konsolidasi massal, dan konsolidasi akbar yang kita lakukan untuk memajukan Indonesia. Berhentilah menebar sentimen dan dendam, hal itu hanya membuat perpecahan bangsa ini makin meluas.