Mohon tunggu...
Nurhawati
Nurhawati Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Panggilan untuk Refleksi dan Tindakan Menuju Masyarakat yang Lebih Inklusif dan Adil

23 Maret 2024   21:35 Diperbarui: 23 Maret 2024   21:40 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini


Pada masyarakat di seluruh dunia saat ini sering kali perempuan mengalami penindasan dan keterbatasan karena adanya patriarki yang kuat. Sudah sejak zaman dahulu adanya struktur patriarki telah mengatur kehidupan perempuan. Adanya hal tersebut membuat kehidupan perempuan mengalami batasan dalam segala aspek. Dampaknya banyak sekali perempuan yang merasa terkekang dan tidak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan potensi dan keinginan secara maksimal. Dibeberapa kesempatan bahkan perempuan sering kali terpinggirkan dalam hal-hal pengambilan keputusan yang memengaruhi hidup mereka sendiri.

Pemikiran patriarki juga memunculkan berbagai dampak kurang baik bagi kehidupan perempuan baik secara individu maupun sosial. Secara individu membuat banyak perempuan mengalami penindasan emosional, fisik, dan bahkan seksual yang dianggap sebagai bagian dari norma yang ada. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak aman dan menimbulkan dampak psikologis yang serius bagi kesejahteraan mentalnya. Sedangkan jika ditinjau secara sosial akan munculnya ketidaksetaraan gender yang menyebabkan terciptanya kesenjangan dalam hal akses terhadap sumber daya, peluang, dan kekuasaan pada perempuan i.

Namun di tengah tantangan kehidupan perempuan ada banyak sekali tokoh inspiratif yang mampu mengubah pemikiran dan paradigma patriarki. Tokoh tersebut berdiri sebagai simbol perlawanan dan perubahan dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan membangun ruang bagi perempuan untuk berkembang secara bebas. Dimana salah satu contoh tokoh tersebut adalah R.A Kartini yang merupakan seorang pejuang emansipasi wanita dari Jawa, Indonesia.


Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan kesempatan untuk berkembang secara maksimal. Dengan gagasannya yang progresif telah berhasil membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk terlibat dalam pendidikan dan berkontribusi dalam masyarakat secara lebih luas. Dedikasinya terhadap kesetaraan gender telah menginspirasi generasi perempuan selanjutnya untuk mengejar impian perempuan tanpa terhalang oleh norma-norma patriarki yang membatasi.

Salah satu kontribusi paling berjasa dari R.A Kartini bagi perempuan Indonesia adalah warisan intelektual berupa buku yang dikenal sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini menjadi pegangan bagi banyak perempuan Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan memperjuangkan hak-hak mereka. Buku ini tidak hanya memberikan inspirasi tetapi juga menjadi sumber pengetahuan dan kebijaksanaan bagi perempuan Indonesia. Sehingga para perempuan dapat memahami hak-hak dan menempatkan diri dalam perjuangan untuk kesetaraan gender. Perjuangan yang dilakukan oleh R.A Kartini tersebut telah menginsipirasi untuk dijadikan sebuah film berjudul Kartini tahun 2017.

Film Kartini menggambarkan perjalanan Kartini (Dian Sastrowardoyo) dibesarkan dalam lingkungan di mana ibunya bernama Ngasirah (Christine Hakim) yang terkekang. Dikarenakan ibunya tidak memiliki darah ningrat menjadikan ia seperti orang terbuang walaupun di rumahnya sendiri. Padahal sang ayah yang bernama Raden Sosroningrat (Deddy Sutomo) sangat mencintai Kartini tetapi tidak berdaya melawan tradisi yang sudah melekat sejak lama. Kondisi tersebut melahirkan Kartini yang penuh semangat keadilan serta menegakan kesetaraan khususnya bagi perempuan. Maka bersama saudarinya bernama Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita) mendirikan sekolah untuk kaum miskin dan menciptakan lapangan kerja untuk semua lapisan masyarakat di Jepara.


Keadilan gender dalam masyarakat patriarki menjadi tema sentral dalam film Kartini yang menggambarkan dengan jelas ketidaksetaraan yang dialami oleh perempuan pada masa itu. Kartini sebagai tokoh utama berdiri sebagai simbol perlawanan terhadap struktur patriarki yang menghambat kemajuan perempuan. Film ini menggambarkan bagaimana perempuan sering kali dipandang rendah dan dianggap tidak setara dengan laki-laki dalam hal hak-hak dan kesempatan. Ketidakadilan ini tercermin dalam akses terbatas perempuan terhadap pendidikan dan peluang untuk berkembang. Relevansi tema ini dengan isu-isu kontemporer sangatlah besar karena telah terjadi kemajuan dalam perjuangan kesetaraan gender namun masih banyak tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam masyarakat modern yang juga terpengaruh oleh struktur patriarki. Dengan menyoroti ketidaksetaraan gender dalam masyarakat patriarki membuat film Kartini memberikan inspirasi dan motivasi bagi perempuan saat ini untuk terus berjuang demi kesetaraan hak dan perlakuan yang adil.

Pemikiran dan ideologi Kartini yang progresif menjadi landasan kuat dalam perjuangannya untuk mencapai kesetaraan gender dan keadilan sosial. Gagasan-gagasan revolusioner Kartini tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan sebagai sarana pembebasan. Selain itu masih perlunya memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelaminnya. Kartini menginspirasi dengan keyakinannya bahwa perubahan sosial yang positif hanya dapat terjadi melalui pendidikan yang merata dan pemahaman yang mendalam akan hak-hak setiap individu. Dalam konteks modern mengenai pemikiran Kartini memicu diskusi penting tentang pendidikan inklusif, partisipasi perempuan dalam berbagai bidang, dan perlunya terus berjuang untuk mengatasi ketidaksetaraan gender yang masih ada dalam masyarakat. Dengan memahami dan menerapkan gagasan-gagasan Kartini membuat perempuan hari ini diharapkan dapat melanjutkan perjuangan untuk mencapai kesetaraan hak dan kesempatan yang sepenuhnya.

Karya-karya Kartini lainnya terutama surat-suratnya yang terkenal tidak hanya menjadi warisan budaya saja. Tetapi karya tersebut telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang termasuk ibu-ibu dalam menjalani peran mereka dalam keluarga dan masyarakat. Dalam surat-suratnya tersebut Kartini dengan jujur mengungkapkan pemikiran-pemikirannya tentang pentingnya pendidikan, kemandirian perempuan, dan hak-hak setiap individu. Pesan-pesan ini tidak hanya relevan bagi perempuan pada masanya tetapi juga menembus zaman untuk saling mengingatkan tentang pentingnya terus berjuang untuk kesetaraan gender dan keadilan sosial. Karya-karya Kartini membuka mata kaum perempuan tentang kompleksitas perjuangan dalam mencari identitas dan kebebasan dalam masyarakat yang masih dipengaruhi oleh norma-norma patriarki. Dengan memahami dan mengapresiasi karya-karya Kartini kini para ibu-ibu dapat menemukan inspirasi dan kekuatan untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan memberikan contoh yang positif bagi generasi mendatang.

Hubungan Kartini dengan keluarga dan lingkungan sosialnya memainkan peran krusial dalam membentuk karakter dan perjuangannya. Meskipun ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan ketidakadilan dan perbedaan kasta nyatanya Kartini tetap mempertahankan semangatnya untuk melawan norma-norma patriarki yang menghambat perempuan. Interaksi dengan ibunya yang menjadi simbol dari penindasan perempuan dalam struktur masyarakat Jawa memberikan Kartini perspektif yang kuat tentang perlunya perubahan. Sementara itu kasih sayang dan dukungan dari sang ayah yang dibatasi oleh tradisi memberikan Kartini kekuatan moral yang dibutuhkannya dalam perjuangannya. Lingkungan sosial yang meliputi keluarga, teman, dan masyarakat Jepara juga memengaruhi Kartini dengan memberikan dukungan atau rintangan dalam upayanya untuk menciptakan perubahan. Dengan memahami dinamika kompleks tersebut maka akan dapat lebih menghargai perjuangan Kartini dan bagaimana ia mampu mengatasi tantangan dalam mengubah masyarakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun