Di tengah situasi muram tersebut, ternyata masih begitu banyak para petani lain yang tidak kehabisan akal.
Bahwasanya, peluang untuk bangkit dari keterpurukan sangat terbuka lebar, asalkan saja memiliki unsur kepekaan yang tinggi terhadap keadaan. Salah satunya adalah melalui produksi 'Gola Malang' (Indonesia: gula merah atau gula batang).Â
Profesi ini dalam bahasa Manggarainya disebut 'pante raping' (iris pohon aren) atau 'kokor gola' (memasak air nira jadi gula).Â
Sebab salah satu pohon yang mampu menghasilkan gula merah adalah aren atau enau. Saya yakin sekali di daerah lainnya memiliki istilah yang serupa.
Produksi gula aren sejatinya sudah menjadi pekerjaan yang digeluti oleh para petani di kampung sejak zaman dulu. Bahwa, petani tidak hanya mendulang hasil dari komoditas pertanian lainnya melainkan juga dari hasil pengolahan air nira hingga menjadi sebatang gula merah.
Tentunya pekerjaan ini dilakukan oleh beberapa petani tersebab pohon aren merupakan salah satu jenis pohon yang paling banyak tumbuh di hampir setiap perkebunan warga dan juga di pinggiran hutan. Pohon ini tumbuh secara liar tanpa harus melalui pembudidayaan.Â
Sedangkan untuk proses pengolahannya pun masih serupa sejak zaman dahulu yakni secara alami dan tradisional. Seperti mengiris pangkal dari tandan bunganya hingga mampu meneteskan nira, lalu menampungnya pada wadah berupa tabung dari ruas bambu lalu memasaknya hingga menjadi gula batu atau batang.
Secara ekonomi, harga per-batang gula kini dimulai dari 10.000 rupiah. Tentu harga di pasaran agak berbeda lagi dari sumbernya. Petani pun biasanya menjual dengan sistem eceran dan juga dengan menampungnya hingga menghasilkan satu ikat (Manggarai: satu puteng) dengan isi di dalamnya ada 25 batang gula dan dijual dengan harga 250. 000 rupiah per ikat.Â
Produktivitas gula merah sejatinya sangat meningkat di musim hujan. Hal ini terjadi karena selama musim ini, hampir semua pohon aren mengeluarkan tandan bunga yang banyak. Dan tentunya semakin menguntungkan para petani gula itu sendiri.
Sehingga, sekalipun situasi ketakmenentuan hasil panen tengah melanda, namun petani masih memiliki alternatif yang menjanjikan untuk bertahan hidup.