Dilain waktu anakku bilang, "Bu, aku ajak biar hidup lebih tenang kok ga mau?" Seingat aku ada hadist atau ayatnya, cuma aku ga tau deh tuh ayat ata hadistnya.
Yang luar biasa dimata aku adalah kompaknya anak dua ini menunggu restu dari aku, sekali waktu si Gadis memposting tentang tujuan seorang muslimah menikah yang salah satunya menjaga dan menyayangi ibu mertuanya, dan itu di mantion ke aku.Â
Semua ragu dan cemasku dijawab dengan ayat dan hadist.
Aku mulai luluh, karena memang ga ada alasanku untuk menghalangi anakku bahagia dengan pasangan hidupnya dengan cara yang Allah ridho. Tapi, tetap masih ada yang ganjel. Kali ini dari aku sendiri, bisakah aku jadi mertua yang baik? Dan ini aku butuh waktu berminggu-minggu lagi untuk berdamai dengan diri sendiri.
Akhirnya, dengan bantuan komunikasi dan konsultasi dengan tanteku dan beberapa sepupuku yang memang pakem dengan hukum Islam, Bismillah aku kasih tau anakku kalau aku mengijinkannya menikah.
Demi Allah, liat reaksinya yang ga percaya dan bahagia dia aja aku sudah bahagia. Dan saat itu juga merasa bersalah karena menunda kebahagian anakku.
Readers,
Akhirnya anakku menikahi wanita yang berhasil mencuri hatinya, anakku terkenal dingin kata teman-temannya, dan saling kenal lebih kurang satu tahun pada Juni 2018. Seperti yang dikatakan anakku, menikahnya dia membuat aku jauh lebih tenang. Itulah yang aku rasakan pertamakali setelah berstatus 'mertua.' Sempat sih aku merasa cemburu, alhamdulillah ga berkepanjangan.
Dan saat ini mereka tinggal di Mesir dan benar-benar membuktikan An-Nuur ayat 23, mereka menikah dan Allah ridho. Dan rejeki mereka dicukupkan Allah. Dan telah dikaruniai baby boy yang saat aku tulis ini berusia 1 tahun 8 bulan dengan pertumbuhan yang luar biasa dan Insya Allah cerdas lahir batin. Dan jelang 3tahun pernikahan mereka, aku belom sekali pun dengar mereka ribut. Aku melihatnya mereka kayak main rumah-rumahan tapi beneran. Seru, lucu dan bahagia. Semoga selamanya ya, aamiin.
