Galau lah. Selama bertahun-tahun hanya aku wanita dalam hidup anakku. Tapi aku juga seneng dengan berbagai alasan, salah satu alasan ekstrimku seneng adalah "anakku normal."Â
Iya lah saat ini lumayan serem juga liat pergaulan anak muda. Aku yakin, My Readers ngerti apa yang aku maksud deh.
Eits, tapi ga serta merta anakku pacaran dengan sang gadis loh. Anakku baru mengutarakan perasaannya setelah setahun sama-sama lulus SMA dan si gadis persiapan kuliah ke Mesir.
Berbagai rasa beneran aku rasa, tapi masih di dominasi rasa seneng, bahagia dan terus berdamai dengan diri kalau emang sudah masanya anakku mengenal wanita dan punya perasaan spesial. Yang memberatkan aku, adalah kenyataan aku udah tua (hahaha). Dan pastinya harus menerima wanita lain tempat berbagi anakku.Â
Berkaca dari diri aku sendiri, setiap anak pasti memiliki keinginan terlihat baik dan baik-baik saja didepan orang tuanya, sehingga cendrung menutupi kesulitan atau masalah yang dia hadapi, di titik itu lah dia butuh teman berbagi. Butuh pendamping. Dengan teori inilah aku berdamai dengan diriku, dan menerima pilihan anakku.
Ga. Aku tidak melarang. Aku terbiasa dan membiasakan anakku mengambil keputusan sendiri. Aku hanya mengawasi dan mengingatkan agar tidak salah jalan. Aku yakin, anakku tau apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
Readers,
Kalo ga salah hanya hitungan bulan, si gadis pun berangkat ke Mesir untuk kebutuhan kuliah. Aku dan anakku sempat menghampiri si Gadis bersama ibunya malam sebelum Si Gadis berangkat ke Mesir. Aku ingat, saat itu aku bilang ke mereka "bilang saja kapan pun kalian siap menikah."
Aku lupa tepatnya berapa bulan setelah Si Gadis berangkat ke Mesir, yang aku ingat sih hitungan bulan saja saat anakku minta izin menikahi si Gadis.
Kaget?