Mohon tunggu...
Amanda DiahFabian
Amanda DiahFabian Mohon Tunggu... Lainnya - coretan kata

malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keegoisan yang Membutakan Segalanya

20 November 2020   11:15 Diperbarui: 20 November 2020   11:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari bersinar terang, tetapi tidak dengan suasana hatiku yang penuh dengan petir, guntur, dan gejolak-gejolak api. Pagi ini entah mengapa semua orang membuatku kesal, bagaiman tidak kesal aku bangun kesiangan dan semua orang rumah tidak ada yang membangunkanku. Yang lebih parahnya lagi ayahku sudah berangkat kerja lebih dulu. Jam menunjukkan pukul 07.00 dan sekolahku masuk jam 07.15 sedangkan perjalanan dari rumah ke sekolah butuh waktu 15 menit sudah jelas kalau aku terlambat.

Oh iya aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Aliya Putri Anatasya aku sekarang aku kelas 2 SMA. Sebenarnya kalau sudah terlambat seperti ini aku biasanya lebih memilih untuk tidak masuk sekolah, tetapi berhubung hari ini ada ulangan harian maka mau tidak mau aku harus masuk sekolah. Dengan hati yang penuh kekesalan dan sumpah serapah kepada ayahku yang sudah tega ninggalin aku dan tega membiarkan aku berangkat sekolah sendiri. Aku berjala nuntuk mencari angkutan umum dan sialnya semua angkot penuh, rasannya aku ingin menagis aku tidak tau harus bagaimana lagi aku merasa kesal dengan ibuku yang tidak membangunkanku dan aku juga mersa sangat kesal kepada yahku yang tidak menungguku. Aku merasa ayahku sangat egois dan tidak memikirkan aku, dalam kondisi seperti ini aku memang lebay dan aku tau itu.

Aku hanya pasrah dan terus berjalan menunggu keajaiban. Saat hendak menyebrangi lampu merah aku melihat badut yang sedang mengamen sambil berjoget-joget dari mobil ke mobil, aku tersenyum melihatnya karena teringat masa kecilku yang sangat senang kalau ada badut. Saat lampu berganti hijau ada pengendara motor yang mengebut dan tidak sengaja menyerempet badut tersebut, aku terkejut dan reflek menghampiri badut tersebut dan membawanya ketepi jalan.  Untungnya kondisi badut tersebut tidak apa-apa, ketika kepala kostum badut dibuka ternyata yang menjadi badut adalah bapak-bapak yang sudah tua.

"Terimakasih nak, sudah membantu bapak." dengan peluh yang menetes dan suara lirih bapak tersebut tersenyum.

Aku sangat tidak tega melihatnya, dengan usia yang sudah tua tetapi dia masih bekerja keras. Aku berlari untuk mencari toko terdekat untuk membeli minum. Aku memberikan minum ke bapak tersebut, dia meneguk sampai habis satu botol.

"Pak kalau boleh saya tau mengapa bapak masih bekerja padahal bapak sudah tua" tanyaku kepada bapak tersebut.

" Iya nak bapak memang sudah tua, tetapi bapak masih mempunyai tanggung jawab untuk menyekolahkan anak bapak, bapak ingin anak bapak bisa sekolah sampai tinggi dan bisa menjadi orang yang sukses." kata bapak tersebut sambil tersenyum.

Tanpa aku sadari aku meneteskan air mata, sedih mendengar perjeuangan bapak tersebut demi menyekolahkan anaknya dia rela melakukan pekerjaan apapun. Seketika aku teringat dengan ayahku, aku telah marah-marah kepada ayahku padahal aku tau bahwa itu kesalahnku sendiri. Aku tau bahwa ayahku juga harus berangkat bekerja untuk mencari uang juga untuk aku dan keluargaku.

"Tin..tin..tinnn Al lu ngapain nongkrong disitu, lu gk sekolah?" panggil teman sekelasku.

Aku tersadar dari lamunanku dan langsung teringat dengan SEKOLAH dan sekarang sudah jam 07.15 hauuaaaaa.

" Winnnnnn aku nebennnngggg. " teriakku dan langsung beranjak menghampiri Wina dan langsung naik motornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun