Mohon tunggu...
Amanda Vera Putri Wijayanti
Amanda Vera Putri Wijayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love myself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Ramadhan Terakhirku

1 Desember 2020   21:34 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:37 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di lain tempat aku melihat Nisa, Fahmi,  dan Refangga sedang berusaha membangunkan Vian yang tengah tertidur. Mereka membangunkan Vian dengan cara menyiramkan air, Vianpun langsung terbangun sedangan Nisa, Fahmi, Refangga tertawa melihat Vian. Akupun ikut tertawa melihat kelakuan mereka. Inginku melihat tawa dan senyum mereka lebih lama. Andai aku boleh egois, aku ingin waktuku lebih lama lagi. Sepertinya tidak mungkin, aku merasa waktuku sudah tidak banyak lagi. 

" Hayo kamu melamun yah." Kata Fifi mengejutkanku. " Tidak, aku sedang melihat kelakuan mereka." Jawabku sambil menunjuk ke arah Adit, Zia, Nisa, Fahmi, dan Refangga. " Kamu sudah minum obatmu?" Tanya Fifi. Semua teman--temanku sudah tau kalau aku sakit. " sudah tadi." Jawabku. " Lebih baik kamu istirahat saja, muka kamu pucat sekali." Kata Fifi. " Tidak apa--apa, aku baik--baik saja." Jawabku sambil tersenyum. Sebenarnya tubuhku sangat lemas dan kepalaku juga sakit. Aku berbohong supaya mereka tidak khawatir kepadaku. Sudah cukup aku merepotkan mereka.

Setelah beberapa jam kemudian makanan dan takjil sudah selesai dibuat. Saat ini kami sedang membuatkan teh untuk seluruh penghuni panti dan juga untuk kami sendiri. Setelah selesai mambuat teh, kami berkumpul di ruang keluarga untuk menunggu Adzan Magrib. Di ruang keluarga sudah berkumpul para penghuni panti, kamipun ikut bergabung bersama mereka. Kami menunggu Adzan Magrib dengan membaca Al--Qur'an dan dilanjutkan dengan menghafal suratan pendek. Setelah selesai mengaji kami bernyanyi bersama dengan diiringi gitar yang dimainkan oleh Refangga. Kami beryanyi dengan ceria.

Adzan Magrib berkumandan, kamipun langsung membatalkan puasa dengan meminum teh setelah berdoa bersama. Setelah itu, kami langsung memakan takjil. Setelah memakan takjil kamipun langsung sholat berjamaah dengan Vian sebagai imam. Setelah sholat kami langsung makan bersama. Tidak terasa bulan Ramadhan sudah akan berakhir, terdengar suara takbir berkumandan. Aku pejamkan mataku untuk menikmati indahnya seruan takbir. " Yanti kamu baik--baik saja?" Tanya Eka. " Iya aku baik--baik saja." Jawabku. 

Sebenarnya tubuhku sangat lemas dan kepalaku sakit bertambah parah tidak seperti tadi siang. Kemudian hidungku mengeluarkan cairan berbau amis. Fifi yang melihatku mimisan langsung mengambilkan tisu dan memberikannya kepadaku. Aku menerima tisu dari Fifi untuk membersihkan darah yang keluar dari hidungku. 

" Yanti dimana obatmu biar aku ambilkan?" Tanya Fuad. " Di dalam tasku." Ucapku lirih. Fuad langsung mengambil tasku dan mengeluarkan obatku. " Yanti ini minum obat dulu." Ucap Fuad setelah mngambil obatku dan Eka yang mengambil minum. " Terima Kasih." Kataku sambil menerima obat dan minum dari Fuad dan Eka. Aku langsung meminum obatku. Tetapi sakit kepalaku tidak kunjung sembuh malah semakin menjadi-jadi. Aku merasakan tubuhku ringan dan semuanya menjadi gelap. " Yantiii...." Ucap mereka panik saat melihatku pingsan.  


Aku langsung dilarikan menuju rumah sakit. Sesampainya dirumah sakit, Lia langsung menghubungi kedua orang tuaku. Beberapa waktu kemudian aku tersadar, aku buka mataku secra perlahan untuk menyesuaikan cahaya. Aku melihat sudah ada Mama, Papa, Kak Dimas, Lia, Eka, Dewi, Zia, Fifi, Fuad, Vian, Fahmi, Refangga, Adit, dan Kuworo. " Sayang kamu sudah sadar? Apa ada yang sakit sayang, mau mama panggilkan dokter?" Tanya Mama cemas. " Sudah ma, tidak ada yang sakit ma, aku baik--baik saja, tidak usah mah." Ucapku lemas. " Kamu yakin dek? Muka kamu pucat loh." Tanya kak Dimas. " Iya kak aku baik--baik saja." Jawabku. 

" Mah aku boleh ikut takbiran bersama anak-anak panti?" Lanjutku lagi. " Tidak boleh kamu masih lemas, lebih baik kamu beristirahat terlebih dahulu." Ucap Mamah. " Tapi ma..." Ucapanku langsung dipotong oleh kak Dimas. " Tidak ada tapi--tapian, benar kata mama, kamu istirahat dulu ya." Ucap kak Dimas. Aku menghiraukan kata--kata Mamah dan kak Dimas dan berusaha membujuk papa. " Pah boleh yap pah please...." Kataku. " Baiklah, tapi harus meminta izin terlebih dahulu kepada dokter, kalau misal oleh dokter diperbolehkan kamu boleh pergi, tapi kalau dokter tidak memperbolehkan kamu tidak boleh pergi. Mengerti." Kata Paph. " Mengerti Pah." Ucapku Papapun langsung keluar untuk bertemu dokter dan Mama ikut keluar. Saat di depan ruangan Lia, " Maksud Papa apa mengizinkan yanti untuk ikut takbiran? Yanti masih lemas, bagaimana kalau Yanti tambah drop nantinya pah." Kata Mama khawatir. 

" Biarkanlah Yanti bersenang-senang, Kata dokterkan apapun keinginannya yang membuat dia senang itu juga akan berpengaruh juga untuk kesehatannya, Papapun juga khawatir seperti Mama bagaimana kalau nanti kita juga ikut, takut terjadi sesuatu yang tidak dinginkan dari Yanti." Jawab Papah. " Baiklah Pah asalkan Yanti bahagia." Ucap Mamah.

Tidak lama kemudian dokter masuk ke ruangan dan diikuti oleh Mamah dan Papah. " Yanti dokter periksa dahulu ya." Kata dokter. Dokter tersebut bernama Akbar beliau adalah dokter pribadi keluarga kami. Beliau juga yang selama ini yang telah mengobatiku apabila penyakitku kambuh. " Baiklah dok." Jawabku. Setelah diperiksa, " Bagaimana dok apakah saya bisa pergi takbiran bersama anak-anak panti?" tanyaku kepada dokter Akbar. " Kamu boleh pergi, asalkan kamu menggunakan kursi roda supaya kamu tidak terlalu kelelahan dan juga nanti balik lagi kesini." Jawab dokter Akbar.

" Benarkah dok, baiklah dok saya mau asalkan saya boleh pergi" Ucapku bersemangat setelah dijawab anggukan oleh dokter Akbar. Kak Dimas langsung mengambil kursi roda yang berada di UGD sedangkan dokter Akbar sedang melepas infus yang berada di tangan kiriku. Tidak lama kemudian Kak Dimas muncul dengan mendorong kursi roda. Aku langsung dibantu oleh Mama untuk menuju ke kursi roda. Aku yang berada di kursi roda yang didorong oleh Kak Dimas langsung keluar rumah sakit diikuti dengan teman--temanku dan mama. Sedangkan Papah langsung mengambil mobil lalu menunggu di loby rumah sakit. Setelah sampai di loby kami langsung masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Papa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun