IDENTIFIKASI DAN TEORI MASALAH FLORA DAN FAUNA DI SEKITAR
Indonesia dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah, khususnya keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi dan unik di berbagai wilayahnya. Namun, belakangan ini banyak spesies tumbuhan dan hewan menghadapi ancaman serius sampai pada risiko kepunahan. Faktor utama penyebabnya adalah kerusakan habitat yang masif akibat aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan, deforestasi, perburuan liar, serta eksploitasi sumber daya alam secara tidak terkendali. Perubahan iklim global juga memperburuk kondisi ini. Setiap hari, hilangnya habitat ini menimbulkan dampak besar terhadap kelangsungan hidup spesies tersebut, terutama yang endemik di Indonesia. Melalui artikel ini, akan dibahas berbagai permasalahan yang menyebabkan punahnya flora dan fauna serta upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk melestarikan kekayaan hayati agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
Keanekaragaman hayati, yang juga dikenal sebagai biodiversity, merupakan keragaman kehidupan di bumi yang meliputi tingkat genetik, spesies, dan ekosistem. Indonesia menempati posisi sebagai negara mega-biodiversity dengan jumlah spesies flora dan fauna yang sangat banyak dan unik. Iklim tropis yang lembap dan hangat di Indonesia menciptakan lingkungan yang ideal untuk tumbuh kembang ribuan jenis tumbuhan dan hewan.Tingkatan keanekaragaman hayati terdiri dari keanekaragaman genetik dalam satu spesies yang memungkinkan adaptasi dan ketahanan, keanekaragaman spesies yang mencakup berbagai organisme di suatu wilayah, serta keanekaragaman ekosistem yang mencakup berbagai habitat dan komunitas biologis seperti hutan hujan tropis, padang rumput, dan perairan laut. Keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam dan menyediakan kebutuhan pangan, obat-obatan, serta bahan industri.Namun, keanekaragaman hayati Indonesia terancam oleh berbagai faktor, terutama deforestasi, perburuan liar, dan perubahan iklim. Data tahun 2025 menunjukkan sekitar 150 hingga 200 spesies tumbuhan dan hewan masuk kategori terancam punah, termasuk badak jawa dan orangutan yang mengalami penurunan populasi drastis. Kerusakan habitat dan eksploitasi berlebihan menjadi ancaman utama yang harus segera diatasi.
Untuk mengatasi ancaman terhadap flora dan fauna, pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan/IBSAP) 2025--2045. Rencana ini mencakup kebijakan perlindungan ekosistem penting, konservasi spesies dan keanekaragaman genetik, serta pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Pendekatan modern seperti teknologi Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking diterapkan untuk membantu pelestarian satwa yang jumlahnya sangat terbatas, misalnya badak sumatera.Selain itu, pendekatan konservasi harus menyentuh semua zona, tak hanya di kawasan inti hutan lindung tetapi juga koridor satwa, area penyangga, dan ekosistem di luar kawasan konservasi formal. Rehabilitasi habitat dan praktik pemanfaatan sumber daya secara ramah lingkungan menjadi hal penting agar manfaat konservasi dapat dirasakan secara berkelanjutan oleh masyarakat sekitar.Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat sipil, dan komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan konservasi. Pengembangan skema pendanaan inovatif seperti green bonds, insentif bagi pelaku usaha yang ramah lingkungan, serta pembagian manfaat dari pemanfaatan genetika sumber daya alam juga sangat diperlukan.
Keanekaragaman hayati Indonesia adalah aset berharga yang harus dijaga kelestariannya demi keseimbangan ekosistem dan keberlangsungan hidup manusia serta makhluk lain di bumi. Ancaman serius dari eksploitasi berlebihan, perburuan liar, dan perubahan iklim membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi. Implementasi strategi terukur seperti IBSAP 2025--2045 yang mengedepankan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, serta keterlibatan masyarakat adalah jalan utama pelestarian flora dan fauna.Kesadaran kolektif dan kerja sama multipihak akan memperkuat upaya konservasi agar keberlanjutan alam Indonesia dapat terjamin, sehingga generasi masa depan masih dapat menikmati kekayaan hayati yang luar biasa ini.
Puluhan Ribu Flora dan Fauna Terancam Punah
Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2015 08:31 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah riset yang diluncurkan oleh berbagai negara menunjukkan bahwa jumlah flora dan fauna yang terancam punah meningkat pada 2015, dengan berbagai variasi spesies mulai dari singa di Afrika Barat hingga bunga anggrek di Asia. Â
Riset bernama Daftar Merah Spesies yang Terancam Punah ini didukung oleh berbagai negara, ilmuwan dan pemerhati lingkungan. Riset ini menunjukkan bahwa pada 2015 ini, daftar spesies yang terancam punah terus meningkat mencapai 22.784 spesies. Angka ini merupakan sepertiga dari jumlah seluruh hewan dan tumbuhan yang diteliti.
Angka tersebut merupakan peningkatan signifikan dari jumlah spesies flora dan fauna yang terancam punah pada tahun lalu, yaitu sebanyak 22.413 spesies.
Menurut daftar yang disusun oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, atau IUCN, hilangnya habitat untuk hewan dan tumbuhan, melalui pembukaan hutan untuk lahan pertanian, kota atau jalan, disinyalir menjadi penyebab utama meningkatnya spesies yang terancam punah. Â
Singa Afrika kini termasuk dalam daftar yang "rentan" punah dalam riset ini, terbantu oleh upaya konservasi singa di Afrika bagian selatan.
Namun, singa di Afrika Barat yang terdaftar dalam kategori yang lebih parah, yaitu "kritis terancam punah", karena hilangnya habitat dan penurunan dalam siklus pemangsaan, yang disebabkan oleh perburuan manusia.
"Berkurangnya habitat singa dengan cepat di Afrika Timur, yang sebelumnya menjadi habitat besar untuk singa, terutama karena konflik manusia-singa dan penurunan dalam siklus pemangsaan," bunyi riset tersebut, dikutip dari Reuters, Selasa (23/6).
Selain itu, perdagangan tulang dan bagian tubuh singa lainnya untuk obat-obatan tradisional disinyalir menjadi sebuah ancaman yang membahayakan hewan ini.
Pada 2011, hampir 200 negara sepakat untuk berupaya mencegah kepunahan spesies yang diketahui, yang diprediksi akan terjadi pada 2020. Hingga 2015, belum ada spesies yang dinyatakan punah, meskipun kondisi mereka semakin mengkhawatirkan.
"Keadaan saat tidak sejalan dengan tujuan kita pada 2020 mendatang," kata Craig Hilton-Taylor, kepala satuan Daftar Merah IUCN.
Meski demikian, beberapa upaya konservasi menunjukkan keberhasilan, seperti konservasi lynx Iberia, yang jumlahnya meningkat menjadi 156 spesies dewasa pada 2012. Angka ini meningkat dari 52 spesies pada dekade sebelumnya.
Hilton-Taylor menyatakan beberapa spesies yang bernilai ekonomis kini terancam punah.
Daftar mengatakan bahwa hampir 84 spesies anggrek tropis Asia, bunga hias yang bernilai tinggi, kini dalam keadaan terancam punah, terutama karena perburuan dan hilangnya habitat.
Sembilan dari 17 spesies dari keluarga tanaman teh juga terancam karena mereka digunakan untuk membuat teh dan obat-obatan, atau sebagai tanaman hias dan kayu bakar.
"Hilangnya tanaman ini akan mengurangi keragaman genetik teh," kata Hilton-Taylor. Tanaman ini berpotensi sebagai spesies pengganti untuk spesies yang digunakan dalam produksi teh saat ini, jika kondisi lingkungan berubah di masa depan. (stu)
*Flora dan Fauna dalam Ancaman: Konsekuensi Aktivitas Manusia* https://www.kompasiana.com/putipuspitasari/6756b8a0c925c4212b42dc73/flora-dan-fauna-dalam-ancaman-konsekuensi-aktivitas-manusia?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_MobileÂ
https://www.scribd.com/presentation/389763939/Faktor-Penyebab-Punahnya-Flora-Dan-Fauna-Di-IndonesiaÂ
https://m.kumparan.com/sejarah-dan-sosial
1. Isu dan Upaya Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia Tahun 2025
Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dengan keanekaragaman flora dan fauna yang sangat kaya dan beragam. Namun, tantangan besar terus menghantui keberlanjutan kekayaan alam ini. Berdasarkan data tahun 2025, lebih dari 60% dari 133 mamalia endemik di Indonesia masuk dalam status terancam punah. Selain itu, sekitar 31% spesies tumbuhan endemik menghadapi risiko kehilangan habitat yang semakin parah, sementara hampir 50% ekosistem gambut yang sangat penting sudah mengalami kerusakan serius.Masalah utama yang dihadapi adalah degradasi habitat akibat deforestasi, perburuan liar, eksploitasi yang tidak terkendali, dan perubahan iklim. Spesies invasif seperti ikan sapu-sapu dan gulma eceng gondok semakin memperburuk tekanan terhadap ekosistem asli Indonesia. Kebakaran hutan dan kekeringan yang makin sering terjadi akibat perubahan cuaca juga mempengaruhi habitat satwa dan tumbuhan, sehingga mempercepat penurunan populasi.Menanggapi situasi tersebut, pemerintah Indonesia meluncurkan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025--2045 sebagai panduan strategis pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan. Dokumen ini dirancang untuk memastikan kelestarian ekosistem, spesies, dan keanekaragaman genetik, serta mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara bijak dan berkeadilan.IBSAP juga menekankan pentingnya pendekatan holistik yang melibatkan pengelolaan ekosistem darat dan perairan secara terpadu. Penerapan teknologi modern seperti Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobanking menjadi bagian dari strategi pelestarian spesies langka seperti badak sumatera. Selain itu, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat adat, dan komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan konservasi.Tantangan konservasi tidak hanya bersifat ekologis tetapi juga ekonomi dan sosial, sehingga dibutuhkan pembiayaan inovatif dan kebijakan yang mendukung. Skema seperti green bonds dan insentif pelaku usaha yang berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan mulai diterapkan. Keberlanjutan konservasi akan bergantung pada bagaimana semua pihak dapat berperan aktif dalam menjaga kekayaan hayati agar tetap lestari.Kesadaran dan tindakan kolektif dalam menjaga keanekaragaman hayati tidak hanya melindungi alam, tetapi juga menjamin keberlangsungan kehidupan manusia di masa depan. Melalui implementasi IBSAP dan partisipasi masyarakat luas, Indonesia dapat mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang berlandaskan pada keberlanjutan ekologis dan kesejahteraan bersama.
untuk mengetahui lebih lanjut kunjungi website di bawah ini
[https://fwi.or.id/analisis-kebijakan-ibsap-2025-2045/]
Sebagai akhir dari pembahasan ini, penting untuk diingat bahwa menjaga keanekaragaman hayati Indonesia bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab kita semua. Kekayaan alam yang kita miliki adalah warisan berharga yang harus dijaga untuk keberlangsungan hidup anak cucu kita. Seperti kata bijak, "Bumi bukan warisan nenek moyang kita, melainkan titipan dari anak cucu yang harus kita pelihara." Dengan kesadaran dan tindakan kecil yang konsisten dari setiap individu, kita dapat melindungi flora dan fauna Indonesia agar tetap lestari dan memberi manfaat bagi kehidupan manusia di masa depan. Mari bersama-sama bergandeng tangan menjaga bumi agar tetap hijau dan lestari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI