Mohon tunggu...
Amabel prasetyo
Amabel prasetyo Mohon Tunggu... UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Mahasiswa sosiologi Fisib UTM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gaya Hidup Hedonis Anak Muda: Demi Gengsi, Masa Depan Terlupa?

23 Juni 2025   13:45 Diperbarui: 23 Juni 2025   20:47 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaya hidup hedon anak muda (sumber: https://images.app.goo.gl/XgjJJvHizVNynGHQ8)

Halo teman-teman pembaca kompasiana, Perkenalkan, saya Amabel Philbertha zora Prasetyo, mahasiswa Sosiologi FISIB Universitas Trunojoyo Madura. di tulisan ini aku ingin mengajak kita sama-sama melihat gaya fenomena,gaya hidup hedonis yang kini banyak melekat dikalangan anak muda. Di era media sosial seperti sekarang,penampilan sering kali jadi ukuran,dan tanpa sadar banyak dari kita terjebak dalam dorongan untuk selalu terlihat keren. Yuk,kita refleksi bersama bagaimana gaya hidup ini berkembang,apa dampaknya,dan apa yang bisa kita lakukan agar tidak terjebak terlalu dalam.

Pernah nggak,saat buka instagram atau tiktok,kamu lihat temen-temen upload liburan ke luar negeri, nongkrong di kafe hits,atau pamer barang-barang branded? rasanya langsung muncul keinginan:"aku juga pingin!."ngga sedikit anak muda sekarang yang akhirnya ikut-ikutan,biar nggak ketinggalan tren atau biar dianggap keren. tanpa sadar,kita masuk ke lingkaran gaya hidup hedonis hidup untuk kesenangan,penampilan,dan gengsi. perubahan sosial ini memang nggak terjadi tiba-tiba.perkembangan teknologi, terutama media sosial, bikin semua hal mudah dipamerkan dan akhirnya mudah juga bikin orang lain merasa harus ikut-ikutan.tapi,apakah gaya hidup ini sehat?dan ke mana akhirnya kita akan dibawa?

FENOMENA GAYA HIDUP HEDONIS DI KALANGAN ANAK MUDA

hedonis artinya fokus pada kesenangan.bukan cuma soal senang-senang,tapi juga soal bagaimana caranya biar kelihatan punya gaya,punya uang,dan diakui lingkungan,Di era sekarang,gaya hidup hedonis makin marak,karena media sosial seolah jadi "panggung" untuk menunjukkan gaya hidup.

COBA KITA LIHAT SEKELILING KITA:

  • nongkrong di kafe atau restoran mahal jadi gaya hidup,padahal kadang yang penting cuma fotonya,bukan makanannya.
  • gadget baru rilis,langsung ramai dibeli,meskipun cicilan sebelumnya belum lunas.
  • fashion branded dipakai bukan kerena nyaman,tapi biar bisa pas difoto terlihat "wow"

akhirnya,standar kebahagiaan banyak anak muda jadi bergeser: bukan lagi soal kenyamanan atau kebutuhan,tapi soal bagaimana orang lain melihat mereka.

Di balik semua kesenangan yang terlihat di luar, gaya hidup hedonis dan konsumtif ini ternyata membawa banyak masalah yang sering luput kita sadari. Banyak anak muda yang akhirnya terjebak masalah keuangan karena dorongan ingin selalu tampil keren. Demi bisa punya barang branded, gadget terbaru, atau nongkrong di tempat mahal, nggak sedikit yang rela berutang, entah lewat kartu kredit, pinjaman online, atau cicilan barang. Gaji yang seharusnya bisa ditabung untuk masa depan justru habis untuk membayar keinginan sesaat yang sebenarnya nggak mendesak. Bukan cuma soal uang, tekanan sosialnya juga berat. Karena selalu ingin terlihat sempurna, banyak anak muda merasa dirinya nggak pernah cukup. Ada rasa cemas kalau nggak punya barang tertentu, takut dianggap nggak gaul kalau nggak ikut nongkrong di tempat hits, atau minder kalau nggak bisa mengikuti tren. Semua itu perlahan bikin stres dan menurunkan rasa percaya diri.

Lama-lama, hidup pun jadi terasa dangkal. Nilai sederhana seperti bersyukur, hidup apa adanya, atau fokus pada kualitas diri jadi makin hilang. Yang dikejar hanya soal penampilan luar, soal berapa banyak "like" dan komentar positif yang didapat di media sosial. Ini menciptakan lingkaran yang nggak ada habisnya. Kita terus merasa harus punya lebih, beli lebih, dan tampil lebih, padahal sejatinya kebahagiaan itu nggak selalu datang dari hal-hal yang sifatnya materi.

Kenapa sih perubahan sosial ini bisa terjadi? Sebenarnya, perubahan gaya hidup hedonis di kalangan anak muda banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Media sosial, misalnya, jadi salah satu pemicu utama. Tanpa kita sadari, media sosial sudah berubah jadi tempat pamer gaya hidup, yang lama-lama jadi standar baru. Apa yang kita lihat setiap hari mulai dari teman pamer gadget baru, nongkrong di kafe hits, sampai liburan mewah membuat kita merasa harus ikut tampil keren juga.Lingkungan pertemanan juga punya andil besar. Kadang kita merasa nggak enakan kalau nggak ikut gaya teman, padahal kemampuan finansial kita mungkin beda. Semua serba ingin terlihat sama, supaya nggak dianggap ketinggalan atau nggak gaul.
Belum lagi tekanan budaya modern yang serba cepat dan instan. Kita jadi terbiasa fokus ke penampilan dulu, isi belakang urusan nanti. Yang penting kelihatan keren di luar, soal kenyataan di baliknya nggak terlalu dipikirkan.

Supaya kita nggak semakin terjebak dalam gaya hidup hedonis ini, sebenarnya banyak hal sederhana yang bisa mulai kita lakukan. Yang paling penting adalah belajar membedakan mana yang benar-benar jadi kebutuhan dan mana yang cuma keinginan sesaat. Nggak semua yang lagi tren harus kita miliki. Boleh aja sesekali membeli barang impian, tapi pastikan memang kita butuh, bukan cuma karena ingin terlihat keren di mata orang lain. Selain itu, kita juga perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Ingat, apa yang kita lihat di sana biasanya hanya bagian luar yang ingin orang tunjukkan. Kita nggak tahu apa yang terjadi di balik layar hidup mereka. Jangan sampai kita merasa hidup kita kurang hanya karena terus membandingkan diri dengan apa yang tampil di layar ponsel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun