Mohon tunggu...
Alya Sekar Kinasih
Alya Sekar Kinasih Mohon Tunggu... Human Resources - rumput tetangga lebih hijau

succeed

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Long Distance Relationship, Can We Have a Happy Ending?

23 Desember 2021   22:32 Diperbarui: 24 Desember 2021   12:10 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Long Distance Relationship (pexels.com/rodnaeproduction)

Kamu pasti sudah tidak asing dengan istilah long distance relationship (LDR). Ya, belakangan ini memang semakin banyak pasangan yang menjalani LDR sebagai akibat dari tuntutan hidup yang bertambah kompleks. 

Walaupun banyak pasangan memilih untuk menjalani LDR daripada memutuskan hubungan, tetapi prosesnya tentu tidak mudah karena terdapat beberapa hal negatif pada individu yang dapat mempengaruhi stabilitas hubungan jarak jauh, yaitu (1) emosi negatif seperti depresi dan kecemasan, (2) pesimisme disposisional tentang masa depan, dan (3) kepercayaan diri yang rendah. 

Hubungan jarak jauh juga dianggap sulit untuk dipertahankan karena kurang memuaskannya kualitas dari hubungan dan kurangnya dukungan sosial karena kendala kepentingan, jarak, ataupun waktu. Oleh karena itu, tak jarang kita mendengar cerita 'putus' dari orang-orang yang menjalani LDR.

Banyaknya potensi  konflik dan masalah dalam LDR pasti membuat kamu cemas dan berpikir "Apakah hubungan saya dan pasangan bisa berakhir bahagia?"

Tenang saja, kamu tetap bisa memiliki hubungan yang bahagia, meskipun kamu dan pasangan terpisah jarak dan waktu. Sebenarnya, kunci utama dari long distance relationship terletak pada komunikasi serta tekad antara kamu dan pasangan. 

Nah, berikut ini ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan saaat menjalani long distance relationship, simak baik-baik, ya!

1. Komunikasi dan Intensitas Komunikasi 

Komunikasi memiliki peran yang sangat penting untuk memberikan pemahanan tentang makna hubungan asmara yang tidak terbatas pada kedekatan fisik, tetapi lebih dalam secara emosional. Komunikasi membantu kamu dan pasangan tetap 'bersama'tanpa memandang adanya jarak. 

Intensitas komunikasi juga penting dalam hubungan jarak jauh. Kamu tidak dapat sering bertemu dengan pasanganmu, maka dari itu kamu harus menanamkan, bahwa komunikasi merupakan cara kalian mengganti pertemuan itu. Berbincang melalui panggilan atau panggilan video yang rutin dapat mempererat kedekatan pasangan secara emosional. Pasangan yang punya intensitas dan iklim komunikasi yang baik memiliki banyak peluang untuk bertahan dalam hubungan jarak jauh. Sebaliknya, pasangan yang jarang berkomunikasi dalam hubungan jarak jauh dapat memunculkan prasangka buruk terhadap pasangannya dan memperbesar kemungkinan berpisah. 

Komunikasi adalah kunci dalam hubungan, tanpa komunikasi hubungan akan mati. Komunikasi harus diiringi dengan kemauan untuk mendengar pasanganmu, minimal sebanyak kamu ingin didengarkan. Dengan begitu, komunikasi dapat terjadi dengan efektif. 

The biggest communication problem is we do not listen to understand, but we listen to reply -Stephen R Covey

In many  ways, effective communication begins with mutual respect, communication that inspires, encourages others to do their best -Zig Ziglar

2. Emotional Intelegence

Emotional intelegence atau kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan menilai, memahami, serta mengkomunikasikan perasaan dengan efektif. Kecerdasan emosional turut menentukan keberhasilan long distance relationship. 

Bagaimana kamu dan pasangan  saling memahami serta mengkomunikasikan perasaan satu sama lain dapat menjaga keharmonisan dan keintiman hubungan. 

Kecerdasan emosional termasuk pada bagaimana cara kamu merespon pasanganmu saat berkomunikasi. Anggaplah pasanganmu berkata "aku sangat lelah dan hari ini aku dimarahi boss karena laporanku salah", maka respon yang harus kamu berikan adalah mem-validasi perasaan pasanganmu dan membuatnya merasa lebih baik. 

Emotional intelligence is the “something” in each of us that is a bit intangible. It affects how we manage behavior, navigate social complexities, and make personal decisions that achieve positive results -Travis Bradberry & Jean Greaves, 2009, p. 17

3. Trust

Kepercayaan bahwa pasangan dapat diandalkan dan kepercayaan bahwa pasangan memiliki kepedulian tentang hubungan bersama  dapat meningkatkan self esteem dan self disclosure pasanganmu. 

Kamu harus memberikan kepercayaan kepada pasangan dan harus menjaga kepercayaan yang diberikan kepadamu. Dengan begitu, hubungan menjadi harmonis dan tidak dipenuhi oleh kecurigaan. 

4. Komitmen 

Komitmen adalah niat untuk tetap terlibat atau bertahan dalam suatu hubungan. Hubungan yang baik dapat dicapai dengan lima komitmen, yaitu be nice (menghindari konflik, sopan, dan mau memaafkan), be open (terbuka untuk diskusi dan komunikasi dua arah), be communicative (berkomunikasi dengan pasangan sampai ke hal-hal kecil yang bisa membuat makna), be positive (tidak berprasangka, mau mendengarkan), and give assurance (meyakinkan pasangan bahwa dirinya penting dalam hubungan). 

Perlu diingat, komitmen disini diartikan sebagai kemauan untuk terus membangun hubungan yang baik dengan pasangan, bukan hanya 'bertahan untuk tidak putus'. Komitmen harus melibatkan suatu tujuan yang berakhir pada hubungan yang kuat dan bahagia. 

Love is commitment: Love is a relationship that never gives up -Jerry Falwell 

5. Manajemen Konflik

Tidak dapat dipungkiri bila hubungan jarak jauh pasti memiliki banyak hambatan dalam prosesnya. Hubungan datang bersama cost and reward, begitu juga dengan keputusan untuk menjalani hubungan jarak jauh. 

Tanggung jawab yang dimiliki setiap individu untuk mempertahankan hubungan sangatlah besar di tengah banyaknya aktivitas yang harus mereka jalani. Seringkali rasa lelah setelah beraktivitas seharian sampai mengontrol emosi seseorang hingga mempengaruhi kestabilan hubungan.

 Oleh karena itu, pasangan harus bisa berkompromi dan memberikan pengertian bahwa hari-hari tidak selalu berjalan baik. Dengan berkompromi, setidaknya kamu dan pasangan dapat lebih mengerti satu sama lain dan tidak merasa dirugikan sendiri. Selain itu, ada kalanya kamu atau pasangan mungkin harus menyingkirkan ego masing-masing atau mengalah untuk menyelesaikan konflik. 

Itulah kelima hal yang harus kamu perhatikan dalam menjalani long distance relationship, semoga dapat membantu kamu mewujudkan akhir bahagia pada hubunganmu. Pahamilah bahwa setiap hubungan pasti memiliki pasang surut, tinggal kamu yang memutuskan untuk menepi dan turun dari kapal atau terus berlayar maju untuk sampai ke tujuan. 

Referensi:

Oktariani, M. (2018). Pola komunikasi pasangan. 1993, 193–200.

Kelmer, G., Rhoades, G. K., Stanley, S., & Markman, H. J. (2013). Relationship quality, commitment, and stability in long-distance relationships. Family Process, 52(2), 257–270. https://doi.org/10.1111/j.1545-5300.2012.01418.x

Wood, J. (2016). Interpersonal Communication: Everyday Encounters (8th ed.). Cengage Learning.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun