Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Dosen FEB, Peneliti, Penulis, Senang belajar https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Happy Ramadhan 127: "Lebaran Ekonomi"

8 April 2024   15:02 Diperbarui: 8 April 2024   15:23 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di Indonesia, bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga menjadi momen penting dalam dunia ekonomi. Fenomena yang dikenal sebagai "Lebaran Ekonomi" telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Namun, apa yang sebenarnya mendorong fenomena ini? Mengapa bulan Ramadhan dan Idul Fitri memiliki dampak yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi?

Salah satu faktor utama yang mendorong fenomena 'Lebaran Ekonomi' adalah kebiasaan konsumtif yang berkembang pesat selama bulan puasa dan perayaan Idul Fitri. 

Selama bulan Ramadhan, terjadi peningkatan konsumsi makanan dan minuman karena terjadinya berbuka puasa dan sahur. Data menunjukkan bahwa penjualan makanan dan minuman meningkat secara signifikan selama bulan puasa, mencapai puncaknya menjelang Idul Fitri. Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), penjualan makanan dan minuman meningkat sekitar 30-40% selama bulan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.

Selain itu, fenomena 'Lebaran Ekonomi' juga didorong oleh tradisi mudik atau pulang kampung selama perayaan Idul Fitri. Jutaan orang Indonesia melakukan perjalanan dari kota tempat tinggal mereka kembali ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kerabat. Hal ini menciptakan momentum besar bagi sektor transportasi, baik darat, laut, maupun udara. 

Peningkatan permintaan tiket transportasi dan layanan akomodasi menjadi fenomena yang khas selama periode ini. Data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa jumlah penumpang angkutan umum dan penerbangan meningkat secara signifikan selama periode mudik, mencapai puncaknya beberapa hari sebelum Idul Fitri.

Namun, tidak hanya sektor makanan dan transportasi yang merasakan dampak 'Lebaran Ekonomi'. Sejumlah sektor lain juga ikut merasakan lonjakan aktivitas ekonomi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Misalnya, sektor ritel melihat peningkatan yang signifikan dalam penjualan pakaian, perhiasan, dan barang-barang konsumsi lainnya sebagai persiapan untuk merayakan Idul Fitri. Penjualan pakaian tradisional seperti baju kurung, koko, dan sarung juga meningkat pesat selama periode ini.

Di samping itu, fenomena 'Lebaran Ekonomi' juga didorong oleh adanya tradisi memberikan atau memberikan hadiah selama perayaan Idul Fitri. Praktik memberikan uang atau barang-barang kepada kerabat, tetangga, dan staf menjadi hal yang umum dilakukan. Ini menciptakan gelombang belanja tambahan yang signifikan menjelang Idul Fitri. 

Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa volume transaksi perbankan meningkat secara dramatis selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, terutama dalam bentuk transfer antarbank dan penarikan tunai dari ATM.

Dari perspektif ekonomi, fenomena 'Lebaran Ekonomi' juga dapat dipahami melalui konsep konsumsi ritel dan pengeluaran agregat. Konsumsi ritel, yang merupakan bagian besar dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, mengalami lonjakan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. 

Peningkatan ini pada gilirannya memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Pengeluaran agregat, yang mencakup total belanja rumah tangga, pemerintah, dan investasi swasta, juga mengalami peningkatan yang signifikan selama periode ini, yang menciptakan efek multiplier dalam perekonomian.

Namun, meskipun 'Lebaran Ekonomi' memberikan dorongan positif bagi aktivitas ekonomi, fenomena ini juga menimbulkan beberapa tantangan. Salah satunya adalah masalah inflasi yang mungkin terjadi akibat peningkatan permintaan barang dan jasa selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Lonjakan permintaan dapat menyebabkan kenaikan harga, terutama untuk barang-barang yang permintaannya meningkat secara tajam. Untuk mengatasi potensi masalah inflasi, Bank Indonesia harus mengambil langkah-langkah kebijakan moneter yang tepat, seperti menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun