Disini saya hanya meresume tulisan dari Dosen FDIKOM yaitu Bapak Drs. Study Rizal LK, MA.
Lagu Tabola Bale dibuka dengan ungkapan sederhana dari bahasa Daerah Nusa Tenggara Timur. Lirik itu kemudian dilanjutkan dengan gaya jenaka, bercampur kosakata bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Minang, sehingga memberi Kesan cair, segar, dan bersahaja.
Ketika lagu ini dinyanyikan di Istana Merdeka pada peringatan HUT RI ke-80, makna yang terkandung dalam liriknya menjelma jauh melampaui pengalaman personal. Presiden, pejabat negara, apparat, hingga tamuu undangan tak kuasa menahan diri untuk berjoget.Â
Fenomen ini tidak berhenti di halaman istana, melainkan segera bergulir viral di media sosial, di mana jutaan orang menontonnya, membaggikannya, bahkan menirukan gerakannyya.
Kekuuatan Tabola Bale justru terletak pada kemampuannya menghadirkan identitas local ke dalam percakapan nasional. Anak-anak Timur yang selama ini sering dipandang dari pinggiran kini tampil sebagai pusat perhatian. Mereka membuktikan bahwa kreativitas dari daerah bisa menggetarkan istana sekaligus menguasai algoritma media sosial.
Tabola Bale adalah bukti  bahwa budaya populer tidak pernah netral. Ia bisa mmenjadi jembatan kebersamaan, bisa pula alat legitimasi. Ia bisa menghadirkan tawa, tetapi juga menyimpan kritik. Dan justru di situlah kekuatannya: mengingatkan bahwa kebahagiaan Indonesia tidak boleh berhenti pada simbol istana, melainkan harus hadir nyata dalam kehidupan rakyat, terutama mereka yang selama ini bersuara dari pinggiran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI