3) Latihan Stoik: Sadari bahwa sensasi adalah alami dan akan berlalu, sedangkan emosi muncul karena penilaian kita. Ubah penilaian: "Mungkin dia sedang terburu-buru." Emosi mereda, pikiran kembali tenang.
2. Epictetus (50-135 M) Filsuf Stoik Yunani: Kebebasan Batin dari Penguasaan Emosi
Epictetus memiliki kisah hidup yang luar biasa. Lahir sebagai budak di Hierapolis, Frigia, ia mengalami penderitaan fisik dan ketidakadilan sosial yang ekstrem. Namun melalui filsafattnya, ia berhasil menemukan kebebasan batin yang sejati. Ia tidak meninggalkan tulisan sendiri; ajarannya dihimpun oleh muridnya, Arrian, dalam dua buku penting: The Discourses dan The Enchiridion (Buku Pegangan).Â
Pemikiran Utama: Dikotomi Kendali
Epictetus mengajarkan bahwa penderitaan dan kebahagiaan manusia tidak bergantung pada keadaan luar, tetapi pada cara kita memandang dan menilai keadaan tersebut. Menurutnya, segala sesuatu terbagi menjadi dua jenis, hal yang berada dalam kendali kita (things within our control); Pikiran, penilaian, dan tindakan kita sendiri; Keinginan, kehendak, pilihan moral; dan cara kita merespons situasi, hal yang tidak berada dalam kendali kita (things outside our control); Tubuh, kesehatan, reputasi, dan kekayaan; Cuaca, opini orang lain, dan keputusan orang lain.
Kebahagiaan sejati tercapai bila kita fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan menerima dengan tenang hal-hal yang tidak bisa kita ubah. "It's not what happens to you, but how you react to it that matters." Kutipan ini menggambarkan inti Stoikisme, kendali diri dan kebebasan batin. Peristiwa eksternal tidak memiliki kekuatan untuk membuat kita menderita kecuali jika kita sendiri mengizinkannya melalui penilaian negatif. Kutipan lainnya yang sama pentingnya, "No man is free who is not master of himself." Kebebasan sejati bukanlah kemampuan untuk melakukan apa pun yang kita inginkan, melainkan kemampuan untuk menguasai diri sendiri dan tidak dikuasai oleh emosi atau keadaan eksternal.
Relevansi Ajaran Epictetus dalam Kehidupan Modern
Ajaran Epictetus sangat relevan dengan kehidupan modern yang penuh tekanan, kompetisi, dan ketidakpastian. Ia mengajarkan:
- Untuk berpikir positif dengan fokus pada apa yang bisa dikontrol
- Tidak bereaksi berlebihan terhadap masalah yang datang
- Menjaga kebebasan batin di tengah situasi apa pun
Dalam era digital saat ini di mana kita dibombardir dengan berita buruk, kritik online, dan ketidakpastian ekonomi, prinsip Epictetus menjadi semakin penting. Kita tidak bisa mengontrol apa yang terjadi di dunia, tetapi kita bisa mengontrol cara kita meresponsnya.