Mohon tunggu...
Alya Nazila Putri
Alya Nazila Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan isu sosial, budaya, dan dinamika masyarakat dalam konteks komunikasi modern. Berfokus pada bagaimana media, pesan, dan perilaku komunikasi dapat memengaruhi perubahan sosial serta membentuk opini publik.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Childfree Saat Tak Punya Anak Jadi Pilihan Bijak

12 Oktober 2025   11:15 Diperbarui: 12 Oktober 2025   12:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Realitas ini mencerminkan ketimpangan yang nyata antara pemasukan dan pengeluaran dalam kehidupan sehari-hari. Bagi banyak keluarga, penghasilan bulanan sering kali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, bahkan tak jarang masih kurang dari itu. Dalam kondisi seperti ini, membesarkan anak secara layak mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga masa depan yang terjamin menjadi tantangan besar yang tidak semua orang siap untuk menghadapinya.

PERCERAIAN DAN KETIDAKSIAPAN MENJADI ORANG TUA

Bahkan data dari Badan Peradilan Agama mencatat bahwa pada tahun 2023 terjadi lebih dari 400 ribu kasus perceraian di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi dan ketidakharmonisan rumah tangga. Angka ini menunjukkan bahwa tidak semua pasangan siap menjalani peran sebagai orang tua. Kesadaran akan kondisi tersebut membuat sebagian orang memutuskan untuk mengambil langkah childfree sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Mereka tidak ingin menghadirkan anak ke dunia hanya untuk melihatnya tumbuh dalam keterbatasan, kekurangan, atau penderitaan. Mereka percaya bahwa setiap anak berhak atas kehidupan yang layak dan jika mereka tidak mampu memastikan hal itu, maka keputusan untuk tidak memiliki anak justru merupakan wujud kepedulian tertinggi. Childfree bukan sekadar tren atau perlawanan terhadap norma sosial, melainkan bentuk refleksi dan kesadaran penuh terhadap kompleksitas kehidupan. Ini adalah pilihan yang lahir dari empati, kepedulian, dan kematangan berpikir bukan sekadar penolakan terhadap peran sebagai orang tua. Sudah saatnya masyarakat berhenti melihat childfree sebagai lelucon atau keputusan egois. Sebaliknya, mari kita mulai memahami bahwa di balik keputusan tersebut, ada cinta yang besar  cinta yang memilih untuk tidak membawa kehidupan baru ke dunia yang mungkin belum siap menyambutnya dengan baik.

MEMILIKI ANAK ADALAH SUATU TANGGUNG JAWAB BESAR

 Menurut saya, childfree merupakan keputus
an yang diambil melalui pertimbangan yang matang dan berpijak pada berbagai realitas kehidupan, seperti kondisi keluarga yang broken home, kemiskinan yang masih tinggi, rendahnya akses pendidikan, kesiapan mental, hingga stabilitas emosional. Bagi saya, memiliki anak bukanlah sekadar kelanjutan dari sebuah pernikahan atau keinginan pribadi, melainkan keputusan besar yang penuh tanggung jawab dan tidak bisa disepelekan begitu saja. Anak adalah anugerah berharga yang seharusnya dirawat, dijaga, dan dipenuhi seluruh haknya secara layak mulai dari kebutuhan fisik, emosional, pendidikan, hingga masa depan yang terjamin. Mereka berhak merasakan kasih sayang, kenyamanan, dan kehidupan yang stabil tanpa harus menjadi korban dari ketidaksiapan orang tua. Mereka tidak seharusnya menanggung beban atau menggantikan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu, keputusan untuk childfree bagi sebagian orang justru mencerminkan kepedulian yang mendalam dan bentuk tanggung jawab yang lebih besar. Ini adalah wujud cinta yang sadar bahwa menghadirkan kehidupan ke dunia harus disertai dengan kesiapan penuh bukan sekadar keinginan sesaat atau tuntutan sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun