Realitas ini mencerminkan ketimpangan yang nyata antara pemasukan dan pengeluaran dalam kehidupan sehari-hari. Bagi banyak keluarga, penghasilan bulanan sering kali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, bahkan tak jarang masih kurang dari itu. Dalam kondisi seperti ini, membesarkan anak secara layak mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga masa depan yang terjamin menjadi tantangan besar yang tidak semua orang siap untuk menghadapinya.
PERCERAIAN DAN KETIDAKSIAPAN MENJADI ORANG TUA
Bahkan data dari Badan Peradilan Agama mencatat bahwa pada tahun 2023 terjadi lebih dari 400 ribu kasus perceraian di Indonesia, sebagian besar disebabkan oleh faktor ekonomi dan ketidakharmonisan rumah tangga. Angka ini menunjukkan bahwa tidak semua pasangan siap menjalani peran sebagai orang tua. Kesadaran akan kondisi tersebut membuat sebagian orang memutuskan untuk mengambil langkah childfree sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Mereka tidak ingin menghadirkan anak ke dunia hanya untuk melihatnya tumbuh dalam keterbatasan, kekurangan, atau penderitaan. Mereka percaya bahwa setiap anak berhak atas kehidupan yang layak dan jika mereka tidak mampu memastikan hal itu, maka keputusan untuk tidak memiliki anak justru merupakan wujud kepedulian tertinggi. Childfree bukan sekadar tren atau perlawanan terhadap norma sosial, melainkan bentuk refleksi dan kesadaran penuh terhadap kompleksitas kehidupan. Ini adalah pilihan yang lahir dari empati, kepedulian, dan kematangan berpikir bukan sekadar penolakan terhadap peran sebagai orang tua. Sudah saatnya masyarakat berhenti melihat childfree sebagai lelucon atau keputusan egois. Sebaliknya, mari kita mulai memahami bahwa di balik keputusan tersebut, ada cinta yang besar  cinta yang memilih untuk tidak membawa kehidupan baru ke dunia yang mungkin belum siap menyambutnya dengan baik.
MEMILIKI ANAK ADALAH SUATU TANGGUNG JAWAB BESAR
 Menurut saya, childfree merupakan keputus
an yang diambil melalui pertimbangan yang matang dan berpijak pada berbagai realitas kehidupan, seperti kondisi keluarga yang broken home, kemiskinan yang masih tinggi, rendahnya akses pendidikan, kesiapan mental, hingga stabilitas emosional. Bagi saya, memiliki anak bukanlah sekadar kelanjutan dari sebuah pernikahan atau keinginan pribadi, melainkan keputusan besar yang penuh tanggung jawab dan tidak bisa disepelekan begitu saja. Anak adalah anugerah berharga yang seharusnya dirawat, dijaga, dan dipenuhi seluruh haknya secara layak mulai dari kebutuhan fisik, emosional, pendidikan, hingga masa depan yang terjamin. Mereka berhak merasakan kasih sayang, kenyamanan, dan kehidupan yang stabil tanpa harus menjadi korban dari ketidaksiapan orang tua. Mereka tidak seharusnya menanggung beban atau menggantikan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu, keputusan untuk childfree bagi sebagian orang justru mencerminkan kepedulian yang mendalam dan bentuk tanggung jawab yang lebih besar. Ini adalah wujud cinta yang sadar bahwa menghadirkan kehidupan ke dunia harus disertai dengan kesiapan penuh bukan sekadar keinginan sesaat atau tuntutan sosial.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI