Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saatnya Ganjar Bilang

12 Mei 2022   20:09 Diperbarui: 13 Mei 2022   07:27 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah suatu ketika, ada pemain sepakbola di Liga Inggris. Mario Balotelli namanya. Saat bermain di Manchester City, ia kerap dicaci. Tidak bisa membuat gol, dia yang disalahkan. Timnya kalah, dia juga yang jadi sasaran. Pokoknya semua salah dia lah.

Saat melawan Manchester United, Super Mario berhasil melesakkan gol dan membuat timnya menang. Selebrasinya cukup unik. Ia menunjukkan tulisan di kaos dalam yang dikenakan. Why always me?

Kalimat itu langsung viral. Banyak pengamat sepakbola menilai, itu bentuk sindiran Mario pada semua orang yang mencibirnya. Bahwa sepakbola itu permainan tim. Tak adil jika semua kesalahan hanya ditujukan padanya.

Kisah Mario Balotelli ini mungkin sama dengan yang dialami Ganjar Pranowo saat ini. Setiap hal yang buruk terjadi di Jawa Tengah, selalu saja Ganjar yang disalahkan.

Terbaru soal angka kemiskinan. Saat BPS merilis bahwa angka kemiskinan Jateng naik, semua orang menyalahkan Ganjar. Seolah hanya dia yang paling bertanggungjawab pada soal itu.

Orang lupa, bahwa Jawa Tengah ibarat tim sepakbola. Ada 35 pemain di dalamnya. Bupati/wali kota yang semuanya punya tanggungjawab yang sama. Membawa Jawa Tengah memenangkan pertandingan melawan kemiskinan.

Lucunya, salah satu pihak yang nyinyirin Ganjar soal kemiskinan ini adalah Puan Maharani. Ketua DPP PDIP itu heran, kenapa di Jateng angka kemiskinan tinggi. Bahkan saking miskinnya, Puan bilang banyak wong Jateng sampai nggak bisa mandi.

Pernyataan Puan ini jelas sindiran keras untuk Ganjar. Secara tak langsung, Puan ingin mengatakan bahwa Ganjar tak becus urus Jawa Tengah. Ia ingin menyampaikan ke publik, kalau Ganjar tak pantas jadi capres.

Tengok saja bagaimana publik menanggapi pernyataan Puan ini. Seperti mendapat umpan lambung, mereka begitu semangat melesakkan 'tendangan-tendangan' ke arah Ganjar.

Rocky Gerung dan Rizal Ramli misalnya. Dua tokoh yang langganan menyerang Ganjar ini ikut angkat bersuara. Seperti kompor meleduk, Rocky dan Rizal menyambar pernyataan Puan untuk menyerang Ganjar.

Dalam narasinya, duo 'R' yang selalu bikin heboh ini menyebut ada yang kebelet nyopras-nyapres, ancang-ancang jadi boneka baru oligarki modal polling berbayar dan media berbayar, sementara Jawa Tengah termasuk provinsi termiskin di pulau Jawa sejak dipimpin Ganjar Pranowo.

Kasihan sekali Ganjar Pranowo. Ia dianggap orang yang paling bertanggungjawab atas persoalan ini. Parahnya lagi, isu ini digunakan untuk mematikan Ganjar dengan pembandingan capres lain yang tak kalah tenar. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Perbandingan antara Ganjar dan Anies bagi orang awam memang ada benarnya. Kalau dari data, kemiskinan antara Jakarta dan Jawa Tengah memang njomplang terasa. Tapi mari kita kuliti isu ini dengan sudut pandang berbeda.

Pertama dari sejarah. Sejak masa penjajahan Belanda, Jakarta yang dulu Batavia sudah menjadi pusat pemerintahan. Infrastruktur dan pembangunan di sana gila-gilaan. Daerah itu sudah menjadi daerah kaya sejak nenek moyang kita.

Sementara Jawa Tengah, praktis kurang tersentuh. Meski Belanda juga menjadikan beberapa daerah di Jateng sebagai markas, namun tak seserius Batavia. Di Jawa Tengah praktis hanya Kota Semarang yang diperhatikan. Sisanya, ya dibiarkan.

Sejak saat itu Jakarta terus berkembang pesat. Usai merdeka, Jakarta menjadi ibu kota negara. Pembangunan digencarkan. Sarana prasarana semua dimudahkan. Sementara Jateng, hanya menjadi daerah biasa saja.

Dulu saat orang Jakarta sudah pakai mobil, orang Jawa Tengah masih jalan kaki. Paling banter naik andong atau becak. Sekarang pun kondisinya tak jauh beda. Jakarta menjadi kota metropolitan, sementara Jawa Tengah masih ketinggalan.

Perputaran ekonomi terbesar di Indonesia ada di Jakarta. Kalau daerah itu lebih miskin dari Jawa Tengah, lha berarti ada yang salah. Makanya sudah benar kalau kemiskinan di Jakarta lebih rendah.

Kedua soal kewenangan. DKI Jakarta adalah daerah khusus. Meski diperintah oleh gubernur pilihan rakyat, namun tidak ada pemilihan kepala daerah tingkat dua di sana. Tidak ada bupati/wali kota. Camat sampai lurah ditunjuk langsung oleh gubernur.

Jadi semua pasti manut sama Anies Baswedan. Apapun program kerja darinya, pasti bawahan melaksanakan. Nggak ada yang berani bantah, karena jabatan dipertaruhkan.

Beda dengan Jawa Tengah. Provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo ini punya 35 kabupaten/kota. Semua ada kepala daerahnya sendiri-sendiri, yang dipilih langsung oleh rakyat lewat skema demokrasi. Setiap kepala daerah di Jateng punya hak spesial sendiri. Otonomi daerah yang tak boleh diganggu gugat.

Dampaknya, tidak semua ide cemerlang Ganjar Pranowo bisa diaplikasikan di daerah. Sehebat apapun program kerja Ganjar, kalau daerah tak mendukung ya tidak akan jalan.

Contoh kongkret. Ganjar membuat program pengentasan kemiskinan lewat Satu OPD Satu Desa Binaan. Jadi masing-masing dinas di lingkungan pemprov Jateng, wajib mendampingi desa miskin bangkit dari kemiskinan. Program itu jalan bagus, tapi sayang tidak didukung oleh OPD di masing-masing kabupaten/kota.

Ganjar memberikan beasiswa pada anak miskin untuk sekolah. Ia menggratiskan seluruh SPP untuk anak SMA sederajat. Bahkan, Ganjar juga membuat sekolah SMK gratis khusus anak-anak miskin bernama SMK Jateng. Ganjar berharap, lewat pendidikan kemiskinan bisa diselesaikan.

Lagi-lagi program itu berjalan sangat baik bahkan diapresiasi nasional. Tapi sayang, bupati/wali kota di Jateng belum ada yang melakukan itu. Ganjar tak bisa apa-apa, karena otonomi daerah menjadi penghalangnya.

Banyak lagi program pengentasan kemiskinan Ganjar yang dilakukan di Jateng. Program rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH), jambanisasi, pemasangan listrik gratis dan program-program lain seperti pencegahan stunting dengan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng) dan lainnya. Belum lagi program Ganjar membuka lapangan kerja dengan membuka lebar pintu investasi.

Tapi sayang program itu tak bisa optimal karena lemahnya dukungan kabupaten/kota. Bahkan tak jarang, investor batal hadir karena problem di daerah yang njlimet dan memuakkan.

Bayangkan kalau Jawa Tengah seperti Jakarta, tentu hasilnya akan beda. Apapun program dari Ganjar, akan dilaksanakan di semua daerah dengan lancar. Tapi inilah Jawa Tengah, yang sangat beda dengan Jakarta. Mungkin Anies juga nggak akan bisa apa-apa kalau jadi gubernur di Jateng.

Makanya kalau soal kemiskinan ini hanya Ganjar yang disalahkan. Ganjar layak berkata. Why always me?

Saya jawab, karena anda selalu ada di puncak survey tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun