Mohon tunggu...
Alya Kania
Alya Kania Mohon Tunggu... Jurnalis - is typing...

typing typing typing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saatnya Ganjar Bilang

12 Mei 2022   20:09 Diperbarui: 13 Mei 2022   07:27 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasihan sekali Ganjar Pranowo. Ia dianggap orang yang paling bertanggungjawab atas persoalan ini. Parahnya lagi, isu ini digunakan untuk mematikan Ganjar dengan pembandingan capres lain yang tak kalah tenar. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Perbandingan antara Ganjar dan Anies bagi orang awam memang ada benarnya. Kalau dari data, kemiskinan antara Jakarta dan Jawa Tengah memang njomplang terasa. Tapi mari kita kuliti isu ini dengan sudut pandang berbeda.

Pertama dari sejarah. Sejak masa penjajahan Belanda, Jakarta yang dulu Batavia sudah menjadi pusat pemerintahan. Infrastruktur dan pembangunan di sana gila-gilaan. Daerah itu sudah menjadi daerah kaya sejak nenek moyang kita.

Sementara Jawa Tengah, praktis kurang tersentuh. Meski Belanda juga menjadikan beberapa daerah di Jateng sebagai markas, namun tak seserius Batavia. Di Jawa Tengah praktis hanya Kota Semarang yang diperhatikan. Sisanya, ya dibiarkan.

Sejak saat itu Jakarta terus berkembang pesat. Usai merdeka, Jakarta menjadi ibu kota negara. Pembangunan digencarkan. Sarana prasarana semua dimudahkan. Sementara Jateng, hanya menjadi daerah biasa saja.

Dulu saat orang Jakarta sudah pakai mobil, orang Jawa Tengah masih jalan kaki. Paling banter naik andong atau becak. Sekarang pun kondisinya tak jauh beda. Jakarta menjadi kota metropolitan, sementara Jawa Tengah masih ketinggalan.

Perputaran ekonomi terbesar di Indonesia ada di Jakarta. Kalau daerah itu lebih miskin dari Jawa Tengah, lha berarti ada yang salah. Makanya sudah benar kalau kemiskinan di Jakarta lebih rendah.

Kedua soal kewenangan. DKI Jakarta adalah daerah khusus. Meski diperintah oleh gubernur pilihan rakyat, namun tidak ada pemilihan kepala daerah tingkat dua di sana. Tidak ada bupati/wali kota. Camat sampai lurah ditunjuk langsung oleh gubernur.

Jadi semua pasti manut sama Anies Baswedan. Apapun program kerja darinya, pasti bawahan melaksanakan. Nggak ada yang berani bantah, karena jabatan dipertaruhkan.

Beda dengan Jawa Tengah. Provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo ini punya 35 kabupaten/kota. Semua ada kepala daerahnya sendiri-sendiri, yang dipilih langsung oleh rakyat lewat skema demokrasi. Setiap kepala daerah di Jateng punya hak spesial sendiri. Otonomi daerah yang tak boleh diganggu gugat.

Dampaknya, tidak semua ide cemerlang Ganjar Pranowo bisa diaplikasikan di daerah. Sehebat apapun program kerja Ganjar, kalau daerah tak mendukung ya tidak akan jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun