Momen-momen kecil menjadi pengobat lelahnya. Seperti saat para alumni yang kini telah sukses dan berkeluarga, datang kembali ke tempatnya berjualan sambil membawa anak-anak mereka. "Mereka nunjukin ke anaknya, 'ini lho jajanan Ayah/Ibu waktu masih kuliah'," tuturnya sambil tersenyum. Sebungkus baksonya telah menjadi bagian dari sejarah hidup seseorang, sebuah kenangan manis yang tak ternilai harganya.
Di tengah aset materi yang terpaksa ia lepaskan, pengakuan tulus inilah yang menjadi kekayaan tak ternilai harganya. Momen-momen ini adalah bukti bahwa usahanya selama ini bukan sekadar tentang mencari nafkah, tetapi juga tentang menenun cerita dan menjadi bagian dari kenangan banyak orang.
Dan di ujung terowongan perjuangan, selalu ada cahaya harapan yang menanti. Impian Bu Tris kini sederhana namun mulia. "Semoga usaha ibu bisa kembali lagi seperti dulu," bisiknya penuh harap. "Biar bisa nabung lagi, biar bisa buat umroh."
Kisah Bu Tris bukanlah cerita tunggal. Ia adalah representasi dari ketahanan luar biasa para pelaku UMKM di Jogja dan seluruh Indonesia. Mereka adalah tulang punggung ekonomi yang paling merasakan hantaman krisis, namun juga yang paling gigih untuk bangkit kembali. Di setiap butir bakso yang ia sajikan, ada cerita tentang kejatuhan, ketabahan, dan sebuah harapan yang tak pernah lekang oleh waktu, bahwa esok akan lebih baik dari hari ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI