Mohon tunggu...
Alvina Yuliani
Alvina Yuliani Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa ilmu komunikasi

Hanya seorang mahasiswa yang sedang mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berkedok Agama Tetapi Dibalut Politik

9 Desember 2019   15:35 Diperbarui: 9 Desember 2019   15:56 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*Oleh: Alvina Yuliani

Sebagaimana yang kita sudah ketahui, Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan suku, agama, budaya dan ras. Namun meskipun memiliki berbagai perbedaan bangsa Indonesia tetap dipersatukan dalam semboyan " Bhineka Tunggal Ika" yang artinya walaupun berbeda -beda tetapi satu jua. Tidak hanya dengan itu saja bangsa Indonesia juga mempunnyai berbagi sumber kekayaan alam yang banyak hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis.

Selain itu juga, bangsa Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Yang dimana rakyat mempunyai kekuasaan atau kedudukan yang tinggi dan selalu mementingkan kepentingan rakyat. Namun, kenyataannya demokrasi politik pada era zaman ini tidak sesuai dengan kata kata tersebut. Petinggi - petinggi di negara ini seolah oleh tuli akan hal itu, bahkan mereka dengan sengaja memanfaatkan kata -kata "Untuk Kepentingan rakyat". Mereka dengan sengaja mengatas namakan rakyat untuk kepentingannya individunya sendiri namun seolah olah selalu dibuat menjadi untuk kepentingan rakyat.

Selain kaum - kaum kelompok elit memanfaatkan kata "Untuk Kentingan Rakyat" mereka juga memanfaatkan "agama" untuk urusan politik dan individu mereka yakni demi memperoleh dukungan massa dalam mereka berkampanye. Tidak heran memang di era demokrasi politik pada zaman ini jika agama dijadikan sarana oleh mereka para kaum elit untuk membantu mereka memperoleh jabatan ataupun kekuasaan, mereka tidak akan peduli lagi meskipun harus menggunakan agama sebagai sarananya.

Di negara kita ini, banyak dan beragam sekali agama yang diakui. Ada 6 agama yang diakui di negara kita ini yakni: Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghuchu. Islam merupakan salah satu agama mayoritas yang ada di Indonesia karena rata - rata penduduk di Indonesia banyak yang menganut kepercayaan agama islam. Jika dahulu para pahlawan bangsa ini menjadikan banyaknya perbedaan yang ada sebagai sarana untuk menyatukan masyarakat. Berbeda dengan sekarang, pada era ini kita Indonesia mempunyai berbagai macam agama yang diakui namun dengan berbedanya agama yang dianut justru dapat menimbulkan perpecahaan dan peperangan antar saudara karena akibat dari dijadikannya agama dalam berpolitik. Jangankan yang berbeda agama, yang seiman saja di negara ini sudah sering mengalami perpecahan akibat oleh para petinggi yang memperalat agama sebagai sarana untuk berpolitik.

Mempermainkan isu agama merupakan hal yang sangat sensitif dalam dunia demokrasi. Saking sensitifnya, banyak pengikut atau masyarakat yang beralih dukungan dari satu pasangan calon kepada calon yang lainnya meskipun calon tersebut memiliki kinerja yang baik dalam kepemimpinannya. Ceramah - ceramah yang ada dirumah ibadah pun berubah haluan juga, dari yang biasanya membahas dan membicarakan tentang hal yang berbau perilaku yang harus dilakukan manusia sebagai umat beragama yang sepantasnya, menjadi membahas tentang pilihan politik. Mayoritas rumah ibadah jika menjelang ada pemilihan seperti pemilihan presiden ataupun yang lainnya pasti akan mengumandangkan tema yang sama agar jangan memilih seseorang karena perbedaan latar belakang agama, suku, ras, dan tempat tinggal.

Seperti hal nya contoh agenda Reuni 212, Pada awalnya kegiatan atau gerakan Aksi 212 dilakukan oleh mayoritas umat muslim yang ada di Indonesia untuk melakukan protes terhadap Basuki Tjahaj Purnama alias Ahok dengan tudingan penistaan agama pada 2 Desember 2016. Namun , setelah ahok sudah divonis bersalah dan mendapatkan sanksi atau hukuman aksi 212 masih tetap dilakukan namun oleh para kelompok tersebut dengan membuat Persaudaraan Alumni 212 kemudian namanya menjadi Reuni 212. Dan ternyata aksi 212 yang awalnya hanya dilakukan para umat muslim untuk membela agama, tahun berikutnya aksi yang Namanya menjadi Reuni 212 menggunakan kedok agama namun sebenarnya dibumbui oleh politik.

Melihat contoh pada aksi 212 yang pertama kali yaitu pada tahun 2016 dengan kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja tau biasa yang dipanggil ahok pada tahun tahun berikutnya aksi 212 ini mulai digunakan untuk politik yaitu seperti mencari dukungan atau massa menjelang pemilihan presiden (pilpres) seperti yang terjadi pada  Reuni 212 pada tahun 2018, contohnya  pada tahun tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa sangat terlihat dengan jelas sarat akan politiknya , menjelang pemilihan presiden (pilpres) tahun 2019 kelompok Reuni Akbar 212 memperlihatkan dengan jelas kalau mereka berada pada di kubu calon nomor 02 yaitu kubu Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Pada saat reuni akbar 212 tahun 2018 calon presiden dari kubu nomor 02 hadir dan berpidato didepan massa atau kelompok reuni aksi 212 dengan ditemani oleh beberapa tokoh Koalisi Indonesia Makmur.

Terlihat dengan sangat jelas pada saat reuni akbar 212 tentang politik yang berkedok agama. Dan agama yang digunakan adalah agama islam karena islam merupakan agama yang mempunyai mayoritas yang banyak pengikutnya di negara Indonesia. Calon presiden pada saat itupun juga banyak yang  menggunakan pemuka agama seperti para ustad dalam proses pencarian massa atau berkampanyenya agar dapat mendapatkan massa atau pendukung yang banyak dari kaum muslim dan agar bisa memenangkan pilpres tersebut.

Aksi reuni akbar 212 yang terbaru yaitu pada tahun 2019, pada tahun tersebut aksi tersebut tetap digelar meskipun pilpres telah usai dilaksanan, reuni aksi 212 tetap diadakan dan gubernur DKI Jakarta yaitu Anies Baswesdan pun turut hadir dalam Reuni Aksi 212 yang kemarin dan menyampaikan beberapa pidato didepan para massa aksi reuni 212. Aksi Reuni 212 ini sangat rawan disusupi oleh politik dan mudah saja untuk ditunggangi oleh para kepentingan kaum elit di negeri ini.

Situasi saat ini sangat akan dikhwatirkan di negara Indonesia. Jika tidak ada ketidakmampuan membatasi antara aktivitas politik dengan kegiatan keagamaan akan membawa masalah baru yang memicu berbagai permasalahan - permasalahan sosial yang berakibat fatal bagi persatuan negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun