Saat sedang rehat sembari menaikturunkan linimasa Twitter, saya melihat satu tweet sang Founder NET, yakni @Wishnutama. Di dalam Tweetnya, Wishnu mengunggah link dengan awalan periscope.tv. “Wah, Link apa ini,” saya berujar sendiri. Karena koneksi yang tak begitu baik, saya hentikan ikhtiar menunggu loading link tersebut. Saya cari saja keyword “Periscope” itu di google playstore.
Benar saja, Periscope jadi salah satu aplikasi penghuni google playstore. Di bawah tulisan Periscope, ada kata Twitter, Inc. yang menunjukkan bahwa pengembang aplikasi ini adalah Twitter. Apakah aplikasi bernama Periscope itu adalah produk media sosial baru turunan twitter?
Setelah mengunduh dan menjelajahi fitur-fitur Periscope via Android, sedikit demi sedikit saya mengerti. Well, Periscope adalah platform Media sosial terbaru dengan video sebagai menu utamanya. Medsos ini memungkinkan para follower/penonton video menonton secara langsung/live/realtime video yang diunggah oleh si pengunggah. Periscope lewat tagline-nya menawarkan sensasi mengeksplorasi dunia secara langsung lewat pandangan mata orang lain. “A picture may be worth a thousand words, but live video can take you someplace and show you around,” begitu kata periscope meyakinkan penggunanya.
Periscope ingin membuat sensasi yang hampir mirip dengan teleportasi. Jadi, dengan mengakses Periscope, sang user akan merasa seperti berada di tempat video itu disiarkan. Dan pengalaman semi teleportasi itu benar-benar saya rasakan. Saya merasakan sedikit hawa romantis Paris ketika mengunjungi Periscope Pevita Pearce yang sedang menghadiri sebuah peresmian butik di sana. Pun ketika secara live saya menonton syuting Tapping talkshow sebelas duabelas di Kompas TV lewat Periscope Andien, gaya jenaka Pandji membawakan acara terasa lebih dekat membuat saya tertawa.
Integrasi Twitter dan Tonggak Penting Periscope
Raisa dan Pevita Pearce juga tengah ikut gandrung bermain Periscope/Dokumentasi Pribadi
Kayvon Beykpour, founder yang juga CEO Periscope, kepada portal berita standard.co.uk menceritakan asal mula Periscope terbentuk. Meskipun baru dirilis pada 27 Maret 2015, Periscope telah diimpi-impikan Kayvon sejak satu tahun sebelumnya. Kayvon bersama Co-Foundernya Joe Bernstein menjadikan garasi sebagai kantor pertamanya. Pada saat itu, Periscope.tv masih berversi beta. Ketika mereka berdua tengah berjibaku merintis Periscopenya, nasib membawa mereka kepada sebuah momen. Pada saat itu, Kayvon sedang ngopi-ngopi bareng dengan temannya sesama lulusan Standford University yang sudah bekerja di Twitter. Ngopi-ngopi itu berlanjut kepada obrolan Periscope buatan Kayvon. Tak disangka, temannya itu terkesan konsep Periscope Kayvon. Temannya malah menjanjikan Kayvon untuk bertemu dengan dua orang yang dapat membantunya mengembangkan periscope, Jack Dorsey dan Dick Castolo. Siapa dia? Nah, mereka adalah Co-Founder Twitter dan CEO nya!
Pertemuan Kayvon dengan dua orang paling penting di Twitter itu membuahkan hasil: Twitter membeli Periscope tanpa menyebut nominal uang yang dikeluarkan. Bandrol Periscope ditaksir sedikit menyentuh angka 100 juta dollar Amerika Serikat. Momen ini menjadi penting dan bersejarah bagi keberlangsungan Periscope. Berkat akuisisi ini, Periscope otomatis terintegrasi via twitter. Jadi, ketika anda membuat akun Periscope dan telah punya akun twitter sebelumnya, maka follower dan following anda di twitter yang telah memiliki Periscope akan langsung terdeteksi.
Seperti biasa juga. Nampaknya, Indonesia akan jadi pasar empuk bagi media sosial baru berbasis video streaming ini. Jadi, kepada kita semua saya ucapkan: Selamat mengisi kuota internet anda! Hehehe
