Mohon tunggu...
Aluzar Azhar
Aluzar Azhar Mohon Tunggu... Freelancer - Penyuluh Agama Honorer

Berbuat baik kok malu, jadi weh ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilgub Jabar Menurut Ki Bodoh

14 Januari 2018   06:51 Diperbarui: 14 Januari 2018   17:55 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Kantor Gubernur Jabar (Gedung Sate, Dok. Pribadi)

Ki Bodoh ialah saya. Karena saya tahu diri bahwa saya tidak tahu perihal Jabar (Jawa Barat), apalagi pilgub (pemilihan gubernur). Tetapi di Alam Demokrasi, suara bodoh pun harus berbunyi dan harus didengar. Konon, pilgub Jabar akan dihelat pada 27 Juni 2018 serentak dengan pilkada (pemilihan kepala daerah) lain se-Indonesia.

Menurut saya, omong politik, omong intrik alias siasat (dari bahasa Arab; kata turunannya seperti strategi, muslihat, atau taktik) untuk meraih simpati (proselytize) dan seterusnya.

Omong politik juga omong contract and money politic,  maka Kada (Kepala Daerah) hingga Kades (Kepala Desa) atau Lurah serta Kadis (Kepala Dinas) hingga bawahannya ikut riweuh,  wara-wiri dari jauh-jauh hari.

Kata riweuh  (Sunda: sibuk) saya terjemahkan demi status quo;  kalau bisa, karirnya ikut naik kalau si Bapak naik. Bapak datang, maka disambut umbul-umbul sepanjang jalan. Ini terpatri dalam memori saya sejak SD. Bapak datang ke kantor, selain red carpet,  sepertinya se-kantor iuran supaya ABS (asal Bapak senang).

Berita viral kemarin, kiranya sudah menjadi rahasia umum bahwa ada mahar dalam politik, yaitu orang di luar parpol (partai politik) ingin jadi Wakil Rakyat (Kada atau Anggota Legislatif), meskipun dilembutkan (eufemisme) dengan kata-kata: untuk biaya operasional atau saksi pun perlu makan.

Kata 'mahar', setahu saya, istilah dari prosesi nikah sebagai maskawin, yakni pemberian lelaki kepada perempuan yang dinikahinya (lihat Qs 4: 4). Di ayat Quran ini dinyatakan bahwa mahar itu atas nama rela atau saling suka. Di banyak Hadis diperjelas bahwa mahar bukan bagian dari rukun nikah; mahar bukan indikator sah/tidaknya kawin; mahar bukan kewajiban yang mengikat; malah ada Hadis yang menyatakan bahwa perempuan baik itu yang paling murah (ringan) maharnya.

Kita ngeri jika mahar menjadi kewajiban yang mengikat. Boleh jadi hoax  'wajib' mahar ini sebagai salah satu penyebab banyak bujang atau jomlo gentayangan; tren LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender), LSL (lelaki suka lelaki), ... hiyy! Relevansinya dengan pilkada, orang luar parpol itu kompak koor:  "Tak ada itu mahar, paling partisipasi saja!" (heuheu).

Omong Jabar, empat paslon (pasangan calon) peserta pilgub Jabar tentu lebih mafhum perihal 'aroma'-nya.

Foto: CNN Indonesia
Foto: CNN Indonesia
Paslon Pilgub Jabar

Di WAG (WA group), viral: CAGUB DAN CAWAGUB JABAR 2018: (1) Tubagus-Anton = Tuan; (2) Dedi-Dedi = Dede; (3) Ridwan-Uu = Rindu; dan (4) Sudrajat-Syaikhu = Susu. Digabung: TUAN DEDE RINDU SUSU.

Di sebuah koran regional, diadakan polling:  "Kalau saja Pilgub Jabar digelar hari ini, siapa pasangan yang akan Anda pilih?" Seminggu digelar, 1.800-an responden menentukan pilihannya. Diperoleh peringkat berdasarkan persentase pilihan. Polling masih berlangsung hingga esai ini ditulis. Tetapi menurut saya, bukan jaminan bakal menang meskipun paslon 'anu' rangking kesatu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun