Inovasi Kurikulum Bukan Sekadar Perubahan Dokumen
Inovasi kurikulum yang terjadi masih ditangkap sebagai perubahan pada dokumen yang selama ini digunakan dalam proses pendidikan. Awal dari inovasi ini biasanya disibukan dengan revisi dokumen sebagai bagian dari kebutuhan adminstrasi yang biasa digunakan oleh pelaksana kurikulum, diantaranya oleh guru.
Perubahan pada dokumen memang penting untuk diketahui oleh semua pihak yang terkait dengan inovasi tersebut, namun jangan sampai melupakan esensi dari inovasi kurikulum dalam tataran teknis dan pelaksanaannya.
Apalah arti sebuah dokumen kurikulum yang tersusun secara ideal dengan segala kecanggihannya, jika pada tataran pelaksanaanya masih saja dilakukan dengan model dan metode yang sama-sama saja, atau bahkan dokumen kurikulum itu tidak dilaksanakan sama sekali karena berbagai kendala.
Oleh karenanya, kunci pertama dari sebuah inovasi kurikulum bukan sekedar perubahan pada dokumen, namun yang utama adalah memahami esensi dari inovasi tersebut dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.
Inovasi Kurikulum harus diolah dengan Ide
Kunci keberhasilan inovasi kurikulum yang kedua adalah pengolahan segala bentuk inovasi melalui olah pikir yang akan menghasilkan ide-ide untuk menyempurnakan inovasi yang dicanangkan.
Inovasi kurikulum bukan hanya sekedar copy paste dokumen dan mengubah nama istilah-istilah yang digunakan. Dokumen administrasi yang dibuat harus didasarkan pada ide-ide yang dihasilkan dari olah pikir.
Penyesuaian grand desain inovasi kurikulum yang dibuat oleh para akademisi perlu diterjemahkan pada tataran lapangan oleh para praktisi, dalam hal ini pelaksana kurikulum di Sekolah.
Penerjemahan dan penyesuaian grand desain inovasi kurikulum pada tataran lapangan dapat memberikan berbagai feedback bagi penyusun grand desain kurikulum.
Ide, pendapat, masukan, kritikan dan saran dari pelaksana di lapangan yang merasakan langsung penerapan dari segala bentuk kebijakan, dapat menjadi salah satu acuan kemungkinan terlaksana atau tidaknya inovasi kurikulum yang dicanangkan.
Jika inovasi kurikulum ini tidak diolah melalui pikiran dan hanya sekadar copy paste dokumen, maka bukan tidak mungkin keberjalanan dari inovasi kurikulum ini tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.