Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Silahturahmi (8): Ikut Arus..

26 November 2016   17:45 Diperbarui: 26 November 2016   18:35 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kriwikan dadi grojokan, masalah kecil meluber jadi masalah besar dan membuat berbagai pihak "sibuk", mencari provokator, mencari kambing hitam dan semakin riuh.

Maaf saya tidak akan membahas semua yang terjadi di ibu kota, semua sudah terjadi, ibarat nasi sudah menjadi bubur benar adanya!.

Ibarat banjir yang melanda inilah banjir politik yang nyata  ada kawan yang jadi lawan, sekarang lawanpun tidak jelas menjadi kawan!

Kecerdikan sang pemimpin negeri ini semakin nyata, blusukan politik seakan berubah jadi silahturahmi politik dan politik silahtirahmi berubah menjadi safari politik ala OrBa benar adanya!

Bukti bahwa masalah ini membuat"kawatir"pemerintahan saat ini ibarat api kecil jadi kawan api besar jadi lawan, maka jangan tanya"musim hujan di ibukota seakan menciptakan banjir air bah bukan air sembarangan yang ternyata membawa dampak sampah politik yakni Sara!

Bukti nyata bahwa sekarang ada benturan kaum nasionalis dan kaum agama bertepatan dua tahun pemerintahan saat ini dan siklus 20 tahunan pergantian pemerintahan seakan menjadi" batu nyata".

"Kedodoran"nyata adanya, maka politik blusukkan beralih ke silahturahmi yang safari ke ormas politik dan keagamaan nampaknya mencari angin segar, ibarat sepak bola jeda maka "mengambil udara segar  inspirasi blusukan" membuat pemerintahan dapat angin segar lagi ini efektifnya metode ini.

Namun nampaknya ini membuat"luka lama"kubu waktu pemilu presiden terbuka lagi, tetapi inilah politik blusukkan tingkat tinggi yang dilakukan oleh pemimpin negeri ini bahkan ormas keagamaanpun akhirnya terseret ke politik dan keputusan pemerintah di amiini tanpa adanya pengkajian dampak baik buruknya, jadi sangat saya sesalkan "ormas besar mantan parpol diera dulu "akhirnya terseret kepentingan politik yang dampaknya sara dan benturan "kepentingan" kaum agama melawan kaum nasionalisme" mendukung pemerintahan yang cenderung anti kritik dan anti kemapanan, hanya do'a semoga tidak ada "cobaan "lebih berat dari isyu sara ini

Analisa dan saran

1. Jangan seret ormas non parpol ke politik

2. Jangan lebarkan ranah isyu ini keberbagai soal lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun