Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Bapak, 1965 (02) Flashback

30 Agustus 2021   18:31 Diperbarui: 30 Agustus 2021   18:47 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jejak Bapak, 1965 (02) flash back

Sayyid jumianto

Semua karena waktu, keluarga kami hidup sederhana, era 1960an adalah benar-benar era yang sungguh buat kami seakan uji nyali, semua harus bisa berusaha untuk penuhi hasrat hidup ditengah keterbatasan ekonomi.

Gerakan ganyang Malaysia menggema diseantero negeri. Walau keadaan ekonomi morat marit pemerintahan Soekarno sangat percaya diri untuk lunaskan hasrat ganyang neo kolonoalisme baru dan pembentukan negara boneka inggris  saat itu Singapura dan Malaysia.

Dukungan partai pemenang pemilu khususnya PKI sebagai pemenang pemilu ke empat semakin intens ketika dan  paling menggebu dan rakyat semakin terasa.

Isyu sakitnya presiden Soekarno membuat PKI semakin intens walau hanya partai pemenang pemilu ke empat tetapi simpatisannya berbagai macam dan totak pengukutnya hampir 20 jutaan.


Keadaan yang sulit sosial ekonomi, bapak tidak bisa berharap banyak atas keadaan ini tetapi keahliannya untuk melukis ternyata bisa buat kendil kami tetap mengepul. 

Keahlian yang didapatnya secara otodidak selepas sekolah menengah pertama kala itu.

"Bagaimanapun harus ku akui semua berkat bapak" kata kakak sambil menata kembali lukisan bapak yang sebagaian telah lapuk di gudang.

"Lukisan pribadi bapak, semangatnya, warnanya tidak pernah pudar" kataku pada kakak.  Sungguh bagaimanapun bapak adalah pahlawan bagi keluarga kecil kami saat itu di saat-saat sulit yang menghampiri kami bersama.

Bapak memang pelukis yang idealis di kota ini walau begitu bapak tetap orang sosialis yang selalu tidak mau sendirian berkarya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun