Kehidupan yang puitis (6) : "urip normal anyar " itu bagaimana?
Alsayyid jumianto
Ketika musibah datang, bencana, wabah dan semua berucap dan berdoa semoga lekas berlalu semua tunduk padaNya. Tafakur dan berserah diri mohon maaf atas segala dosa. Itulah kita ketika aparat menyuruh kita taat aturan atas pandemi corona yang ada semua patuh tetapi sebagian juga tidak nurut itulah kita juga sehingga untuk memutus mata rantai ini sedemikian sulitnya atas wabah.Â
Urip normal anyar yang bagaimana itulah yang harus kita hadapi untuk kenyataan hidup kedepanya setelah wabah ini reda atau setelah puncak gunung es  wabah ini dengan protokol kesehatan yang ada atau seadanya. " bagaimana mau hidup normal kalau penghasilan turun dratis begini?" Kata pedagang kenalanku saat aku beli ditokinya, " mau hidup normal bagaimana kalau siswa kami kelak orang tuanya tidak mau anaknya ke sekolah karena dekat sekolahan dulu ada yang positif corona" keluh teman sesama guruku.
Motifasi diri  itulah yang harus kita lakukan untuk tumbuhkan semangat yang dalam diri kita sosong "urip normal anyar " menurut kita sendiri-sendiri. Ketskutan-ketakutan irasionallah yang sebenarnya dan tensi  tinggi kewaspadaan tinggi yang sebabkan perubahan dalam pola tindak dan pola pikir kita setelah " dikandangkan" karantina" penyekatan"PSBB itulah yang buat kita tidak merasa bebas walau realitas virus masih ancaman,juga belum ada obatnya serta juga belum ada vaksinnya. Pertanyaan urip normal anyar  bagaimana yang nanti kita terapkan ada ditangan kita sendiri