Mohon tunggu...
Alief Reza KC
Alief Reza KC Mohon Tunggu... Administrasi - Dulu pernah hobi nulis

alrezkc@gmail.com | IG & Twitter : @alrezkc

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apakah Dunia Akan Lebih Baik Tanpa Media Sosial?

10 Januari 2017   11:06 Diperbarui: 11 Januari 2017   10:02 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : expresswriters.com

Dulu tanpa media sosial, kita bangun tidur dengan lebih segar karena semalam saat merebahkan tubuh dengan ruangan yang gelap kita langsung tidur tanpa sibuk dengan akun media sosial kita.

Kita pun bangun dengan lebih tenang tanpa khawatir bagaimana kehidupan dunia maya selama kita tidur? Bagaimana balasan chat dari lawan chat kita? Terlebih itu orang yang spesial di hati. Sudah berapa orang yang menyukai dan mengomentari postingan kita semalam sebelum tidur? Apakah itu komentar yang  menyenangkan atau bukan? Atau bagaimana kelanjutan debat kita grup-grup Facebook? Apakah lawan debat kita  kalah? Atau mereka balik menyerang? Ah.. pokoknya kita khawatir ada hal penting di dunia maya yang terlewat selama kita tidur.

Dulu tanpa media sosial, anak-anak sebelum berangkat sekolah selalu hanya memastikan bahwa ia telah membawa buku tulis, buku PR, buku pelajaran, dan alat  tulis. Tak ada waktu untuk mengecek smartphone, charger, powerbank, headset, tongsis, dkk.

Di sekolahan, saat tiba di kelas dan guru belum datang, kita akan duduk berkumpul bercengkrama dengan kawan-kawan kita, ada yang membahas cerita sinetron semalam, ada yang membahas pertandingan sepakbola semalam, pokoknya tiap hari ada saja yang diobrolkan. Anak yang menyendiri dan sibuk sendiri biasanya hanya akan jadi ‘musuh’ disekolahan.

Dengan media sosial, begitu tiba di kelas, suasana terasa sunyi, padahal ruangan penuh dengan teman-teman, mereka duduk bersebelahan hanya berjarak beberapa sentimeter, tapi dunia mereka seakan berjarak jutaan kilometer, tak ada obrolan lisan, yang ada pandangan mereka terbang ke layar smartphone masing-masing dengan dunianya sendiri. Bahkan bisa jadi anak yang datang pertama saat ruangan sepi tak sadar karena sibuk dengan layarnya, tiba-tiba kelas telah penuh.

Saat guru menerangkan dengan penuh membosankan, kita mengalihkan dengan menggambar, Mencoret-coret, menulis puisi di  bagian belakang buku kita, unsur kekreatifan dan seni masih muncul di sini. Dengan media sosial, kita tak ada waktu untuk itu karena getaran notifikasi aplikasi chating terus berbunyi. Saat istirahat, tak lebih hanya waktu untuk lebih leluasa menggerakkan jempol kita.

Dulu tanpa media sosial, kita hanya punya sedikit teman, terlebih teman yang berbeda daerah. Walaupun sedikit, teman itu teman yang nyata. Bukan sekadar kontak BBM, WA, LINE, atau follower Twitter, Facebook, Instagram dkk. yang jumlahnya ratusan hingga ribuan namun itu hanyalah semu semata. 

Teman yang sedikit itu benar-benar peduli dengan kita, saat kita sakit, mereka datang kerumah dengan bantuan penuh keikhlasan, bahkan mungkin tanpa kita menyebarkan kabar kalau kita  sakit. Bukan teman yang hanya mengetik “GWS” di kolom obrolan atau komentar postingan kita. Teman yang sedikit itu mau menjelaskan apa yang tidak kita ketahui dengan penuh semangat. Bukan hanya menyuruh kita untuk “cari aja di google banyak..”

Dulu tanpa media sosial, kita hanya punya beberapa teman di luar daerah yang dikenal dengan sahabat pena, meskipun tidak pernah bertemu, kita tahu persis rupa teman kita karena telah dikirimi foto dengan wajah dan warna kulit  dan yang asli, saat bertemu tak ada yang merasa tertipu.

Dulu tanpa media sosial, saat bepergian dan tak tahu arah, kita  akan melakukan tindakan bersosialisasi dengan orang setempat untuk sekadar bertanya arah jalan, kita tak membayangkan ada penunjuk jalan cerdas bernama google maps.

Dulu tanpa media sosial, senakal-nakalnya orang yang berbuat maksiat, ia akan ketakutan jika ada satu saja orang yang memergoki. Senakal-nakalnya perempuan yang suka mengumbar hawa nafsu, hanya orang disekitarnya saja yang menjadi tergoda. Dengan media sosial, berbuat  maksiatpun seisi nusantara bisa tahu, satu perempuan mengumbar nafsu di dalam kamar, lelaki satu nusantara yang tergoda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun