Mohon tunggu...
ALMUNAWAR MHS ULM
ALMUNAWAR MHS ULM Mohon Tunggu... mahasiswa

futsal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

kokoleh kekinian cita rasa tradisi banjar dalam sentuhan modern

15 Oktober 2025   17:41 Diperbarui: 15 Oktober 2025   17:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN

Wisata kuliner adalah pendukung yang ada di wilayah untuk melakukan kegiatan beriwsata, pengalaman yang di dapat seperti pengetahuan dari budaya yang ada di suatu daerah ( Ersis, W. A. Dkk 2021). Para wisatawan yang jauh tidak ketinggalan dalam memburuh mencari kuliner teradisional di kota Banjarmasin. Kuliner teradisional sangat penting dalam mencerminkan nilai-nilai yang ada seperti nilai budaya, Sejarah dan identitas suatu wilayah. Kota Banjarmasin memiliki berbagai macam makanan teradisional terutama kue atau sering disebut wadai. Salah satu kue khas yang ada di Banjarmasin Adalah wadai kue kokoleh.

Kue atau wadai kokoleh merupakan kue khas banjar yang terbuat dari  tepung beras, santan, gula merah, dan daun pandan. Keu ini memiliki rasa manis dari gula merah yang di gunakan sebagai kuah untuk dipadukan dengan kue. Kue kokoleh bisa di gunakan oleh orang banjar dalam acara-acara besar adat banjar dan sebagai makanan penutup untuk acara hajatan.  

Pedagang kue kokoleh saat ini  memiliki masalah yaitu:

  • Kurangnya inovasi produk: Kue kokoleh merupakan salah satu wadai (kue tradisional ) khas banjar yang terbuat dari tepung beras, santan, gula merah, dan daun pandan. Namun saat ini banyak produsen masih mempertahankan bentuk rasa dan rasa klasik tanpa inovasi. Akibatnya, kurang menarik minat generasi muda dan sulit bersaing dengan kue modern yang lebih bervariasi dari segi tampilan dan rasa.
  • Kemasan dan branding kurang menarik: Sebagian besar penjualan kokoleh masih menggunakan kemasan tradisional seperti daun pisang atau plastik sederhana. Akibatnya membuat nilai jual rendah dan tidak kompetitif di pasar oleh-oleh atau penjualan daring (online). Padahal, jika dikemas secara modern dan higienis, kue ini  berpotensi besar menjadi produk unggulan kuliner khas Banjarmasin.
  • Pemasaran terbatas: Kue kokoleh biasanya hanya di jual pasar tradisional  atau acara adat seperti selamatan, hajatan, atau hari besar keagamaan. Pemasaran belum masuk ke platfrom digital seperti marketplace, media sosial, atau toko oleh-oleh modern. Hal ini membuat jangakauan konsumen sangat terbatas, terutama wisatawan luar daerah.
  • Minimnya regenerasi pembuat kue: Banyak pembuatan kue kokoleh berasal dari generasi tua. Generasi muda kurang tertarik melanjutkan usaha ini karena dianggap tidak menguntungkan atau tidak modern. Akibatnya, potensi hilangnya resep dan Teknik tradisional semakin besar Jika tidak ada Upaya pelestarian.
  • Daya tahan produk pendek: Kue Kokoleh terbuat dari bahan alami tanpa pengawet, sehingga masa simpannya hanya 1--2 hari. ini menjadi kendala dalam distribusi dan penjualan jarak jauh, misalnya untuk dijadikan oleh-oleh khas.
  • Persaingan dengan Produk Modern: Konsumen, terutama kalangan muda, kini lebih memilih kue modern dan instan seperti brownies,bolu,atau roti kekinian. Kue Kokoleh sulit bersaing karena kurang promosi dan citra "jadul" (kuno), padahal cita rasanya khas dan punya nilai budaya tinggi.
  • Dukungan Pemerintah dan UMKM Masih Terbatas: Meskipun sudah ada beberapa program pembinaan UMKM, dukungan khusus terhadap kue tradisional Banjar seperti Kokoleh masih minim. Belum ada standarisasi, pelatihan pengemasan, atau promosi resmi dari pemerintah daerah untuk mendorong daya saingnya.

KESIMPULAN

Kue kokoleh memiliki nilai budaya  dan potensi ekonomi yang besar sebagai ikon kuliner banjar, namun menghadapi berbagai masalah seperti inovasi yang rendah, kemasan tidak menarik, pemasaran terbatas, dan kurangnya regenerasi pembuat kue. Untuk menjaga eksitensinya, perlu dilakukan inovasi produk, digitalisasi pemasaran, dukungan pemerintah, serta pelatihan UMKM kuliner tradisional.

Kue Kokoleh merupakan salah satu wadai khas Banjar yang memiliki cita rasa unik, tekstur lembut, serta nilai budaya yang tinggi. Namun, di tengah perkembangan zaman dan masuknya berbagai kuliner modern, eksistensi kue Kokoleh mulai mengalami tantangan. Permasalahan utama yang dihadapi antara lain kurangnya inovasi produk, kemasan yang masih sederhana, serta

pemasaran yang belum memanfaatkan teknologi digital. Selain itu, daya tahan produk yang tergolong singkat menjadi kendala dalam distribusi, sementara regenerasi pembuat kue di kalangan generasi muda juga semakin menurun. Kondisi ini diperparah oleh minimnya dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga terkait, sehingga daya saing kue Kokoleh di pasar kuliner semakin melemah. Meskipun demikian, kue Kokoleh tetap memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi ikon kuliner khas Banjarmasin yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga mampu menjaga warisan budaya lokal.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, diperlukan strategi pengembangan yang komprehensif. Inovasi produk menjadi langkah pertama yang penting dilakukan, misalnya dengan menciptakan varian rasa baru seperti pandan, cokelat, atau keju tanpa mengubah cita rasa aslinya. Dari sisi kemasan dan branding, penggunaan kemasan modern dan menarik dengan desain bernuansa Banjar dapat meningkatkan daya tarik konsumen. Pemasaran digital melalui media sosial dan platform daring seperti ShopeeFood atau GoFood juga sangat diperlukan agar jangkauan pasar semakin luas. Selain itu, inovasi dalam pengolahan dan pengemasan seperti metode vacuum pack dapat memperpanjang daya tahan produk, bahkan memungkinkan kue Kokoleh dijual dalam bentuk beku (frozen food).

Regenerasi pembuat kue juga perlu mendapat perhatian dengan melibatkan generasi muda melalui pelatihan kuliner tradisional yang diselenggarakan oleh sekolah kejuruan, komunitas kuliner, maupun perguruan tinggi. Pemerintah daerah pun diharapkan memberikan dukungan nyata melalui pelatihan UMKM, sertifikasi produk, bantuan modal, dan promosi pada event pariwisata daerah. Kolaborasi dengan hotel, restoran, serta pusat oleh-oleh juga penting untuk memperluas distribusi produk. Selain itu, penyelenggaraan festival kuliner khas Banjar secara rutin dapat menjadi wadah promosi dan pelestarian kue tradisional.

Melalui penerapan strategi tersebut, diharapkan kue Kokoleh dapat terus bertahan di tengah perkembangan kuliner modern, sekaligus menjadi simbol pelestarian budaya masyarakat Banjar. Upaya inovasi, dukungan pemerintah, dan peran aktif masyarakat menjadi kunci untuk menjadikan kue Kokoleh sebagai ikon kuliner khas Banjarmasin yang mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional, tanpa kehilangan identitas dan nilai tradisionalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun