Mohon tunggu...
Allyssa Auralila
Allyssa Auralila Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Mercu Buana | Prodi Akuntansi S1 | NIM 43223010097

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

12 Oktober 2025   23:21 Diperbarui: 12 Oktober 2025   23:21 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PPT 'Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey' by Prof Apollo, FEB UMB 2025

Sebagai contoh, sistem akuntansi kolonial mencerminkan nilai kontrol dan kekuasaan, sementara sistem akuntansi koperasi di Indonesia mencerminkan nilai gotong royong dan solidaritas sosial. Setiap sistem akuntansi, dengan demikian, adalah cerminan dari "jiwa historis" masyarakat yang melahirkannya.

Dengan memahami akuntansi secara hermeneutik, kita dapat melihat bahwa angka-angka dalam laporan keuangan tidak bersifat netral. Ia adalah simbol kehidupan manusia yang sarat makna moral dan sosial. Maka, peneliti akuntansi tidak seharusnya hanya menjadi "pengamat netral," melainkan juga penafsir yang terlibat secara empatik dalam memahami dunia ekonomi manusia.

Dua Cara Mengetahui: Fisiologi dan Psikologi sebagai Metafora Epistemologis

Wilhelm Dilthey berpendapat bahwa dalam memahami realitas, manusia memiliki dua cara mengetahui yang dapat dijelaskan secara metaforis melalui fisiologi dan psikologi. Fisiologi menggambarkan cara mengetahui yang berorientasi pada objek luar dan fenomena empiris, sedangkan psikologi menggambarkan cara memahami kehidupan batin dan pengalaman subjektif manusia. Kedua cara ini tidak saling meniadakan, melainkan saling melengkapi dalam membentuk pengetahuan yang utuh tentang manusia dan dunia.

  • Fisiologi: Mengetahui Alam dari Luar (Naturwissenschaften)

Fisiologi, dalam pandangan Dilthey, menjadi representasi dari ilmu alam (Naturwissenschaften) yang berupaya menjelaskan fenomena eksternal melalui observasi, eksperimen, dan penalaran kausal. Cara mengetahui ini didasarkan pada keyakinan bahwa dunia luar bersifat objektif dan tunduk pada hukum alam yang dapat ditemukan melalui metode ilmiah.

Dalam pendekatan fisiologis, subjek dan objek pengetahuan dipisahkan secara tegas. Peneliti berperan sebagai pengamat netral yang berusaha menjelaskan hubungan sebab-akibat antara berbagai variabel yang dapat diukur. Tujuannya adalah memperoleh kepastian, prediktabilitas, dan hukum yang berlaku universal.

Pendekatan ini kemudian diadopsi oleh banyak ilmu sosial modern, termasuk akuntansi. Paradigma positivistik dalam akuntansi berakar kuat pada cara berpikir fisiologis, di mana setiap fenomena ekonomi dianggap dapat diukur, diuji, dan dijelaskan secara matematis. Laporan keuangan, misalnya, dilihat sebagai cerminan objektif dari realitas ekonomi perusahaan, bukan hasil konstruksi sosial atau interpretasi manusia.

  • Penelitian akuntansi berbasis positivisme biasanya berorientasi pada hubungan antarvariabel, seperti:
  • pengaruh leverage terhadap profitabilitas,
  • pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan,
  • atau hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan informasi keuangan.

Semua penelitian ini menggunakan metode statistik yang bertujuan untuk menjelaskan (erklren) realitas dengan cara yang terukur dan rasional. Namun, menurut Dilthey, pengetahuan seperti ini hanya menyentuh aspek luar dari kehidupan manusia. Ia tidak menjangkau dimensi makna, perasaan, dan nilai yang melekat pada tindakan manusia.

Dalam konteks akuntansi, cara mengetahui fisiologis memang penting untuk menciptakan keteraturan dan keandalan informasi, tetapi jika diterapkan secara mutlak, ia berisiko mereduksi manusia menjadi sekadar "angka" dalam sistem ekonomi. Akuntan hanya menjadi pelaksana teknis yang menghitung tanpa memahami makna sosial dari pekerjaannya.

Oleh karena itu, Dilthey menegaskan perlunya cara mengetahui kedua yaitu psikologi agar pengetahuan manusia tidak berhenti pada fenomena luar, tetapi juga menembus kehidupan batin yang menjadi sumber makna.

  • Psikologi: Memahami Manusia dari Dalam (Geisteswissenschaften) 

Psikologi dalam pemikiran Dilthey tidak merujuk pada ilmu kejiwaan eksperimental seperti yang berkembang pada masa sekarang, melainkan pada cara memahami manusia dari dalam dirinya sendiri melalui pengalaman, kesadaran, dan makna hidup. Cara mengetahui ini menjadi dasar dari ilmu roh atau ilmu kemanusiaan (Geisteswissenschaften), yang bertujuan bukan untuk menjelaskan secara kausal, tetapi untuk memahami (verstehen) secara hermeneutik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun