Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aneka Atraksi/Permainan Ketika Orang Dayak Meninggal

16 Mei 2015   05:41 Diperbarui: 23 Januari 2016   22:58 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kematian seringkali menjadi momok yang menakutkan, selain kedatanganya tidak pernah bisa diprediksi, kematian pun menjadi akhir kehidupan manusia, selanjutnya tinggal sejarah. Orang Dayak memiliki cara yang unik saat “merayakan” kematian.  Salah satunya dengan menggelar semacam atraksi/permainan yang bertujuan menghibur keluarga yang ditinggalkan dan sebagai pembunuh waktu sambil menunggu acara pemakaman dimulai.  Ada jenis permainan yang dilaksanakan pada siang hari dan malam hari tetapi ada juga permainan yang hanya bisa dilaksanakan pada malam hari dalam kondisi gelap gulita.  Mau mencoba?

1.  BERMAIN SIRAMAN LUMPUR DAN BARA API.

Biasanya siraman lumpur ini dimulai beberapa saat setelah memasuki acara ngensudah maupun tiwah, tetapi ada juga yang melakukannya saat pemakaman atau pada malam hari saat jenazah disemayamkan dirumah duka.  Jika pada malam hari, biasanya lumpur dilumurkan pada kain perca dan dilemparkan kearah kerumunan orang, tidak ada makian jorok karena memang dilarang, paling-paling hanya himbauan, tetapi kebanyakan tidak dihiraukan.   Cara terbaik yang bisa dilakukan, menjauh dari rumah duka, biasanya kita akan dikasih tahu terlebih dahulu, ada permainan seperti ini dan kita punya kesempatan untuk menghidar, jika tidak menghindar, dianggap siap dalam permainan.

[caption id="attachment_416460" align="aligncenter" width="379" caption="Beginilah kondisinya jika ikut dalam permainan siraman lumpur, permainan tidak bisa dihindari (pada siang hari) apalagi jika kita datang sebagai orang yang diundang pada acara Tiwah di Desa Riam Batang, Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah | Dok. Pribadi"][/caption]

Permainan lumpur pada acara tiwah maupun ngensudah, kadang sulit untuk dihindari, apalagi jika kita hadir sebagai undangan, saya pernah mengalami dan hanya bisa berlaku pasrah, memaki akan dikenai hukuman.  Jika tidak pasrah cara terbaik lainnya membalas dan asyiknya kita boleh membalas kepada siapa saja.  Kalau ada yang cakep justru tambah asyik....hahahahahaha...

Bukan ini saja, saat malam hari permainan biasanya meningkat cukup ekstrim, saya sendiri pernah disirami dengan lotup (padi dioseng sampai mateng pecah seperti popcorn), anehnya karena saya diam saja, tidak ada bagian tubuh yang melepuh padahal disiram dalam konsisi sangat panas karena baru diangkat dari kuali pengosengan.  Selain itu, jangan pernah tidur didekat rumah duka, karena mereka akan bermain bara api.  Biasanya disaat kita baring leyeh-leyeh atau sedang nyenyak, mereka tidak sungkan mengibaskan bara api dari tikar (alas tidur yang dibuat dari anyaman daun) yang sengaja dibakar.  Resikonya cukup tinggi, walau badan tidak melepuh umumnya pakaian yang akan bolong-bolong terkena bara api yang berhamburan.

TIPS: Hindari rumah duka saat permainan berlangsung, mendekat berarti secara tidak langsung menyatakan diri siap ikut bermain. Sampaikan kepada tuan rumah bahwa kita tidak ingin ikut dalam permainan, mereka akan menganjurkan kita untuk menjauh bahkan akan menunjukan satu buah rumah yang bisa kita tempati dengan aman. Seluruh rumah dalam desa boleh ditempati dan mereka akan dengan senang hati menerima kehadiran kita. Tetapi biasanya disarankan dirumah tetua adat atau rumah Kepal Desa

 

2. BEBUKONG (Hantu-hantuan)

Saya tidak tahu apakah ada nama lain dari jenis permainan ini, secara sepintas saya mendefinikannya bermain hantu-hantuan.  Permainan bisa dilakukan pada siang ataupun malam hari.  Tentulah permainan pada malam hari lebih “menakutkan”.   Setiap orang yang memainkan permainan ini harus membungkus dirinya sedemikian rupa, sehingga ujud aslinya tidak dikenali.  Membungkus diri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, menggunakan dedaunan, kain, kertas bahkan karung bekas, pada bagian wajah dikenakan topeng yang dibuat sejelek mungkin agar menimbulkan kesan seram. (Saya heran, kenapa hantu di Indonesia bentuknya jelek dan menyeramkan).

[caption id="attachment_416466" align="aligncenter" width="427" caption="Rombongan hantu-hantuan memasuki perkampungan pada siang hari pada sebuah ritual kematian di Desa Batas Nangka, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat | Dok. Pribadi"]

14312519431000808265
14312519431000808265
[/caption]

Yang menjadi sasaran mereka umumnya anak-anak, para wanita dan orang-orang yang baru mereka kenal, karena orang-orang inilah potensi takutnya cukup tinggi, apalagi jika dimainkan pada malam hari.

[caption id="attachment_416467" align="aligncenter" width="486" caption="Beberapa jenis hantu yang ikut dalam sebuah acara bebukong. Tidak dibatasi jumlah dan jenis kelamin yang ikut serta, tetapi umumnya kaum pria | Dok. Pribadi"]

143125218891083637
143125218891083637
[/caption]

Ada peraturan tidak tertulis yang harus ditaati, walaupun pada akhirnya kita mengenal sosok yang berada dibalik pakaian bukong, sangat dilarang memanggil namanya, semua peserta harus dipanggil bukong.  Memanggil nama akan membuat si bukong marah dan mereka percaya memanggil nama akan membuat si perserta mengalami kesialan.  Dan jangan pernah bertanya siapa sosok dibalik bukong, karena walaupun ada yang mengenali, mereka tidak akan memberitahu. Tapi tetap saja ada yang usil menggoda si bukong, dengan membisikan nama sosok yang berada dibalik kustom bukong.

TIPS : Jika hantu mendekat, usahakan diam saja, dia akan menggoda agar kita lari, lari berarti mengundang si bukong untuk mengejar, jika tertangkap atau kita terpojok, si hantu akan mendekatkan wajahnya ke wajah kita untuk menakuti.  Semakin kita takut, bukong akan semaking menggoda.

3. BERMAIN BOLA API (SEPAK SAWUT - KALTENG)

Permainan bola api, sejatinya sebuah permainan seperti bermain bola tanpa gawang, tanpa batas jumlah peserta, tanpa batas jenis kelamin.  Yang mereka mainkan bukanlah bola pengertian harfiah, tapi kelapa tua yang belum dibuang kulitnya, direndam dalam minyak seharian kemudian dibakar dan dimainkan (ditendang) kesegala arah.  Hati-hati saat kelapa menjelang pecah, karena minyak kelapa yang berhamburan akan membawa percikan api.

[caption id="attachment_416468" align="aligncenter" width="474" caption="Para remaja dan orang tua sedang bermain bola api ketika ada warga yang meninggal di Desa Laman Mumbung Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat | Dok. Pribadi"]

1431252686291648387
1431252686291648387
[/caption]

Permainan bola api yang saya saksikan ini terjadi di Desa Laman Mumbung Kecamatan Menukung, Kalimantan Barat.  Agak berbeda dengan daerah asal saya, ditempat saya, sebelum permainan dimulai, biasanya ada “pawang” yang menjampi-jampi pada bagian kaki agar bulu kaki tidak terbakar dan dimainkan dengan kaki telanjang.

Di Laman Mumbung, saya tidak melihat ada orang pintar yang campur tangan, sehingga ketika memainkan bola api mereka menggunakan boot agar tidak sakit saat menendang bola kelapa dan bulu-bulu halus dikaki tidak terbakar.

Dan sampai sejauh ini, saya belum pernah mendengar terjadinya kebakaran karena permainan bola api, entah karena kuasa yang tidak tampak selalu melindungi atau karena upaya peserta dan penonton selalu menjaga kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

 

4.  NGKILAU/NGENSILAU.

Agak sulit saya mendefinisikannya, ngkilau/ngensilau artinya bersinar atau bercahaya, mungkin dikarenakan seluruh badan pemain mainan ini ditempel atau direkatkan sejenis jamur atau daun kayu yang mengeluarkan cahaya dalam kegelapan, semakin gelap semakin bercahaya (mungkin mengandung fosfor).

Permainan ini banyak unsur berbau mistis, mulai dari pencarian jamur terang sampai pada akhir permainan.  Mengapa?

  1. Jamur atau semacam daun hutan, sebelum digunakan malam hari, siang harinya diperciki dengan darah hewan ternak yang dipotong.
  2. Peserta tidak boleh mengenakan pakaian alias telanjang (biasanya hanya laki-laki).
  3. Jumlah peserta tidak boleh ganjil.
  4. Tidak boleh memanggil nama, untuk berjalan dan saling memanggil dibuat alat bunyian dari bambu yang dibelah sedemikian rupa dan berbunyi jika ditiup.
  5. Lampu harus dimatikan tidak diperkenankan ada yang menyala, permainan ini tidak boleh dimainkan saat ada bulan terang (purnama maupun tidak).
  6. Orang-orang yang berada dirumah duka, wajib menjaga jenazah dan peti jenazah, karena mereka akan mendatangi rumah duka, mengelilingi peti mati dan berusaha untuk membawanya pergi.

Permainan ini tidak berlangsung lama, paling lama sekitar satu jam, jangan coba-coba mengambil gambar/foto, karena akan dimarahi orang satu kampung.  Selain itu cahaya kamera akan membuka identitas mereka, jika identitas mereka terbuka, mereka percaya akan membawa sial dan kematian.

Mereka sangat hati-hati memainkan permainan ini, itulah sebabnya perserta harus genap, karena mereka percaya terkadang ada mahluk halus yang menyerupai peserta dan jika salah akan membuat peserta kerasukan atau hilang/sesat dihutan.

Inilah beberapa permainan yang pernah saya jumpai pada saat penyemayaman jenazah dirumah duka maupun pada saat acara ngensudah dan tiwah, walapun saya tidak percaya tahayul, tetapi demi keberlangsungan acara dan menghormati mereka yang sudah bersusah payah membuat hiburan, saya memilih untuk diam dan tidak berkomentar.

Masih ada permainan-permainan lain yang biasanya mereka mainkan dalam suasana duka seperti ini, saya mencoba memilih empat  jenis permainan yang paling menghebohkan dan menguji kesabaran sebagai tamu yang hadir.  Bagi sebagian kalangan mungkin dianggap tidak etis, tapi inilah ragam budaya negeri ini.  Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.  Lain suami lain istri, tak cukup jangan ditambah lagi.  :D

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun