Mohon tunggu...
Aldy M. Aripin
Aldy M. Aripin Mohon Tunggu... Pengembara

Suami dari seorang istri, ayah dari dua orang anak dan eyang dari tiga orang putu. Blog Pribadi : www.personfield.web.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Aneka Atraksi/Permainan Ketika Orang Dayak Meninggal

16 Mei 2015   05:41 Diperbarui: 23 Januari 2016   22:58 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_416468" align="aligncenter" width="474" caption="Para remaja dan orang tua sedang bermain bola api ketika ada warga yang meninggal di Desa Laman Mumbung Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat | Dok. Pribadi"]

1431252686291648387
1431252686291648387
[/caption]

Permainan bola api yang saya saksikan ini terjadi di Desa Laman Mumbung Kecamatan Menukung, Kalimantan Barat.  Agak berbeda dengan daerah asal saya, ditempat saya, sebelum permainan dimulai, biasanya ada “pawang” yang menjampi-jampi pada bagian kaki agar bulu kaki tidak terbakar dan dimainkan dengan kaki telanjang.

Di Laman Mumbung, saya tidak melihat ada orang pintar yang campur tangan, sehingga ketika memainkan bola api mereka menggunakan boot agar tidak sakit saat menendang bola kelapa dan bulu-bulu halus dikaki tidak terbakar.

Dan sampai sejauh ini, saya belum pernah mendengar terjadinya kebakaran karena permainan bola api, entah karena kuasa yang tidak tampak selalu melindungi atau karena upaya peserta dan penonton selalu menjaga kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

 

4.  NGKILAU/NGENSILAU.

Agak sulit saya mendefinisikannya, ngkilau/ngensilau artinya bersinar atau bercahaya, mungkin dikarenakan seluruh badan pemain mainan ini ditempel atau direkatkan sejenis jamur atau daun kayu yang mengeluarkan cahaya dalam kegelapan, semakin gelap semakin bercahaya (mungkin mengandung fosfor).

Permainan ini banyak unsur berbau mistis, mulai dari pencarian jamur terang sampai pada akhir permainan.  Mengapa?

  1. Jamur atau semacam daun hutan, sebelum digunakan malam hari, siang harinya diperciki dengan darah hewan ternak yang dipotong.
  2. Peserta tidak boleh mengenakan pakaian alias telanjang (biasanya hanya laki-laki).
  3. Jumlah peserta tidak boleh ganjil.
  4. Tidak boleh memanggil nama, untuk berjalan dan saling memanggil dibuat alat bunyian dari bambu yang dibelah sedemikian rupa dan berbunyi jika ditiup.
  5. Lampu harus dimatikan tidak diperkenankan ada yang menyala, permainan ini tidak boleh dimainkan saat ada bulan terang (purnama maupun tidak).
  6. Orang-orang yang berada dirumah duka, wajib menjaga jenazah dan peti jenazah, karena mereka akan mendatangi rumah duka, mengelilingi peti mati dan berusaha untuk membawanya pergi.

Permainan ini tidak berlangsung lama, paling lama sekitar satu jam, jangan coba-coba mengambil gambar/foto, karena akan dimarahi orang satu kampung.  Selain itu cahaya kamera akan membuka identitas mereka, jika identitas mereka terbuka, mereka percaya akan membawa sial dan kematian.

Mereka sangat hati-hati memainkan permainan ini, itulah sebabnya perserta harus genap, karena mereka percaya terkadang ada mahluk halus yang menyerupai peserta dan jika salah akan membuat peserta kerasukan atau hilang/sesat dihutan.

Inilah beberapa permainan yang pernah saya jumpai pada saat penyemayaman jenazah dirumah duka maupun pada saat acara ngensudah dan tiwah, walapun saya tidak percaya tahayul, tetapi demi keberlangsungan acara dan menghormati mereka yang sudah bersusah payah membuat hiburan, saya memilih untuk diam dan tidak berkomentar.

Masih ada permainan-permainan lain yang biasanya mereka mainkan dalam suasana duka seperti ini, saya mencoba memilih empat  jenis permainan yang paling menghebohkan dan menguji kesabaran sebagai tamu yang hadir.  Bagi sebagian kalangan mungkin dianggap tidak etis, tapi inilah ragam budaya negeri ini.  Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.  Lain suami lain istri, tak cukup jangan ditambah lagi.  :D

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun