Mohon tunggu...
Al Johan
Al Johan Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka jalan-jalan

Terus belajar mencatat apa yang bisa dilihat, didengar, dipikirkan dan dirasakan. Phone/WA/Telegram : 081281830467 Email : aljohan@mail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bebas Pegal Jelajah Sabang

2 Januari 2018   12:27 Diperbarui: 8 Januari 2018   22:23 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Kilometer Nol penanda Sabang sebagai wilayah di ujung barat Indonesia (Dokpri)

Awal Desember 2017, dari tanggal 3 sampai 6 Desember, saya mendapat undangan untuk mengunjungi Sabang, kota di Propinsi Aceh yang terletak di ujung paling barat wilayah Indonesia. Undangan tersebut merupakan hadiah kompetisi blog #Geospasial untuk Kita yang diadakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) pada bulan Oktober 2017 lalu. 

Tulisan saya di Kompasiana yang berjudul  Pos Lintas Batas Negara Skouw Jayapura dan Pentingnya Informasi Geospasial terpilih sebagai pemenang ketiga. Selain uang, hadiahnya adalah jalan-jalan ke Sabang yang waktunya dibarengkan dengan acara Sail Sabang 2017 yang diselenggarakan dari tanggal 28 Nopember hingga 5 Desember 2017.

Sebenarnya saya sangat berharap bisa datang pada acara pembukaan yang dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tanggal 2 Desember 2017, namun ternyata undangan untuk saya baru untuk tanggal 3 Desember. 

Saya memaklumi kenapa saya tidak diundang pada acara pembukaan. Sail Sabang 2017 adalah even berskala internasional yang menyedot banyak tamu baik dari dalam maupun luar negeri. Karena fasilitas dan akomodasi di Sabang sangat terbatas, maka penentuan undangan yang hadir pada acaranya tersebut juga harus dilakukan dengan skala prioritas.

Sabang Kota yang Indah dan Menawan

Meski demikian, saya tetap bisa menikmati perjalanan  selama 4 hari ke kota yang terletak di Pulau Weh ini. 


Sabang adalah nama yang sangat populer dan diingat oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Lagu "Dari Sabang Sampai Merauke" yang diciptakan oleh R. Suharjo atau sering ditulis juga dengan nama R. Soerarjo, termasuk lagu yang banyak dihapal oleh para siswa di Indonesia. Lagu ini sudah diajarkan kepada anak-anak sejak duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar.

Lagu berirama rancak ini bercerita tentang bagaimana seharusnya kita mencintai negeri kita yang wilayahnya membentang dari Sabang sampai Merauke dengan jajaran pulau-pulau yang sambung-menyambung menjadi satu.

Kota Sabang memiliki pesona dan potensi wisata yang beragam, mulai dari pantai, bukit, gunung, jalan yang berliku-liku, suasana yang masih hijau, wisata sejarah, religi, budaya kuliner dan lain-lain.

Untuk menuju ke Sabang, saya berangkat melalui Bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh. Dari bandara, setelah diajak berkeliling sekitar dua jam di Kota Banda Aceh, saya kemudian langsung menuju ke pelabuhan Ulee Lheue untuk menyebrang ke pelabuhan Balohan di Sabang. Biaya penyebrangan dengan kapal cepat sebesar 100 ribu untuk waktu perjalanan sekitar satu jam.

Selama di Sabang, saya sempat menjelajahi beberapa spot wisata yang ada di kota tersebut, di antaranya adalah Tugu Kilometer Nol. Tugu ini merupakan penanda bahwa Sabang adalah wilayah yang berada di ujung paling barat Indonesia. Tugu ini berlokasi berada di area Hutan Wisata Sabang, tepatnya di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya.

Tugu Kilometer Nol, pertama kali diresmikan pada tanggal 9 September 1997 oleh Wakil Presiden Try Sutrisno. Tugu ini telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga menjadi bentuk seperti yang sekarang ini.

Perjalanan berikutnya adalah ke Pantai Iboih. Pantai yang berjarak sekitar 50 km dari pelabuhan Balohan ini terkenal dengan birunya air  laut yang cukup dikenal banyak oleh para wisatawan lokal maupun mancanegara saat berkunjung ke Sabang. Di pantai ini kita bisa menikmati indahnya pesona pantai di bibir pantai atau di atas perahu mesin yang telah disediakan untuk disewa.

Pantai Iboih Sabang dengan air dan pasir yang indah (Dokrpi)
Pantai Iboih Sabang dengan air dan pasir yang indah (Dokrpi)
Dari pantai Iboih, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan berikutnya ke Pulau Rubiah. Pulau ini menyajikan pemandangan bawah laut dengan terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang sangat indah.

Di tempat ini saya melakukan Snorkeling, menyaksikan terumbu karang dan bercengkerama dengan ikan-ikan kecil yang sangat beragam jenisnya. 

Saya cukup berbahagia bisa bertemu dengan ikan nemo yang selama ini hanya bisa lihat gambarnya saja. Ikan tersebut ternyata sangat bersahabat dan bisa diajak bercanda.

Bercanda dengan ikan Nemo (Dokpri)
Bercanda dengan ikan Nemo (Dokpri)
Tempat lain yang kami jelajahi adalah Benteng Jepang Anoi Itam, tempat penyimpanan senjata pasukan Jepang pada Perang Dunia II. Dari tempat ini kita bisa melihat pemandangan pantai, bukit dengan anak tangga dan pepohonan yang rindang.

Kami juga mengunjungi tempat wisata kekinian, tugu "I Love Sabang" yang terletak tidak jauh dari pantai Balohan. Dari tempat ini kita bisa menyaksikan pemandangan gunung dan Danau Aneuk Laot yang eksotis.

Berpose bersama di tugu I Love Sabang
Berpose bersama di tugu I Love Sabang
Inilah salah satu pemandangan yang bisa dilihat dari sekitar tugu "I Love Sabang ".

Pemandangan laut, gunung dan jalan berliku di Sabang (Dokrpi)
Pemandangan laut, gunung dan jalan berliku di Sabang (Dokrpi)
Bebas Pegal dengan Geliga Krim

Bisa mengunjungi Sabang termasuk kesempatan yang langka bagi saya. Karena itu saya cukup serius mempersiapkanya, termasuk mencari berbagai informasi tentang kota Sabang, tentang tempat-tempat wisata yang wajib dikunjungi, kuliner yang harus dicicipi, seni budaya, adat istiadat dan oleh-oleh khas yang selalu ditunggu orang rumah.

Saya juga membawa obat-obatan seperti obat flu, obat masuk angin, minyak kayu putih sebagai antisipasi jika saya menderita sakit atau mengalami gangguan kesehatan selama perjalanan. Geliga Krim tentu saja tidak ketinggalan.

Wilayah Sabang termasuk cukup berat dan menantang. Kita harus siap mendaki bukit, menuruni gua dan pantai, menerobos hutan dan menyelam di laut. Apalagi saat itu bertepatan dengan musim hujan, jalanan di wilayah Sabang menjadi lebih licin dan rawan resiko jatuh.

Geliga Krim, tak boleh ketinggalan dalam setiap perjalanan (Dokrpi)
Geliga Krim, tak boleh ketinggalan dalam setiap perjalanan (Dokrpi)
Geliga Krim sangat cocok dibawa untuk mengatasi berbagai keluhan dan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan otot seperti kram, terkilir dan pegal-pegal.  

Dulu, setelah melakukan perjalanan panjang atau berolahraga, saya sering menderita kram saat tidur pada malam hari. Otot kaki tiba-tiba terasa tegang, mengeras dan menimbulkan rasa sakit selama beberapa menit. 

Alhamduillah, derita kram semacam itu sekarang jarang terjadi lagi. Solusinya adalah dengan melakukan pemanasan sebelum melakukan aktivitas fisik yang berat, termasuk dengan mengoleskan Geliga Krim untuk melemaskan otot kaki dan tangan.

Resiko lain yang rawan terjadi saat melakukan perjalanan adalah terkilir. Terkilir terjadi saat adanya peregangan yang berlebihan atau robekan ligamen karena stres berat yang mendadak pada sendi. Bisa terjadi karena jatuh, terpeleset, kurang pemanasan dan teknik latihan yang salah saat olah raga.

Pemanasan, lebih hati-hati dalam melakukan aktivitas dan olesan Geliga Krim cukup efektif untuk menghindari resiko terkilir.

Efek lain yang sulit dihindari saat kita melakukan perjalanan jauh adalah pegal-pegal karena kemana-mana kita harus membawa sendiri segala perbekalan kita.

Bagi seorang blogger dan traveller, kadang-kadang memang  harus membawa berbagai senjata dan perlengkapan yang cukup berat saat melakukan travelling. 

Dulu, saya sering membawa kamera besar Olympus E3 dengan beberapa lensa yang cukup berat. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, lama-lama saya merasakan beban yang terlalu berat dengan menggendong kamera itu. 

Sekarang, saya lebih banyak membawa kamera prosumer dan laptop yang ringan saja.

Meski demikian, jika durasi perjalanan cukup lama, saya masih sering merasakan pegal-pegal juga. Kalau sudah begitu, maka solusinya adalah kembali ke Geliga Krim. 

Dengan bekal Geliga Krim, perjalanan saya menjadi terasa lebih aman, nyaman, sehat dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun