Mohon tunggu...
aliza sakinah
aliza sakinah Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswi

saya salah satu mahasiswi di universitas pelita harapan jurusan akuntansi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandangan Tuhan dan Manusia Atas Fenomena Childfree di Indonesia

5 Mei 2024   20:40 Diperbarui: 5 Mei 2024   20:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Realita saat ini menunjukkan bahwa banyak anak-anak terlantar di seluruh Indonesia yang tidak mendapatkan orang tua. Kemudian menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik di Indonesia menunjukkan bahwa angka kelahiran di Indonesia semakin lama terus menurun. 

Berdasarkan data yang ditemukan, angka kelahiran di Indonesia terus menurun selama satu dekade terakhir sebesar 0,39%.Dimana tentunya ini bisa dikatakan bahwa banyak pihak yang mulai menyadari bahwa banyak anak-anak terlantar dan kemudian menurunkan angka kelahiran di Indonesia. 

Di mana Konsep ini muncul sebagai implementasi dari hadirnya tren Child free yang muncul di kalangan anak muda masa kini. Bahkan saat ini banyak para influencer melalui media sosial mulai melakukan upaya promosi terkait dengan fenomena ini. Tulisan ini akan melakukan upaya kajian keseluruhan mengenai pandangan dalam sisi Tuhan dan manusia atas fenomena child free di Indonesia dan seperti apa dasar pemikirannya. Isu ini sendiri penting untuk dibahas karena masih menjadi sebuah perdebatan apakah boleh untuk dilakukan atau tidak dan seperti apa kelebihan dan kekurangannya.

Hadirnya fenomena child free di Indonesia tentunya merupakan suatu hal yang sangat baik ketika dihubungkan dengan kondisi saat ini. Dimana selama beberapa tahun belakangan bisa diketahui bahwa keberadaan dari angka kelahiran Indonesia terus menurun dan tentunya ini merupakan suatu hal yang baik pada beberapa kondisi. 

Hadirnya kondisi ini tentunya telah memberikan sebuah pandangan yang baru bahwa Banyak masyarakat Indonesia yang tentunya telah menyadari seperti apa pentingnya kesiapan secara mental dan finansial untuk memiliki anak sehingga mereka berpikir kembali untuk memiliki anak. Child free sendiri merupakan sebuah pilihan yang diputuskan oleh seseorang maupun pasangan untuk tidak memiliki anak (Budiman,201). 

Di mana artinya ini tidak menurunkan angka pernikahan namun hanya berpotensi untuk menurunkan angka kelahiran. Tentunya ini menjadi sebuah hal yang positif dalam sudut pandang melihat dari kesejahteraan anak yang menjadi permasalahan di Indonesia selama beberapa waktu ke belakang.


Melalui hadirnya fenomena dan tren child free ini kemudian membuat Banyak masyarakat berpikir untuk memiliki anak sehingga masa depan anak-anak yang lahir ke dunia lebih terjamin. Perlu disadari bahwa sampai saat ini edukasi mengenai jumlah anak yang cukup bagi orang tua di Indonesia masih menjadi sebuah polemik dan permasalahan. 

Karena bagaimanapun masih banyak pihak yang tidak ingin diatur kepemilikan dari anak padahal ini berpotensi untuk menciptakan kemudahan dalam mengurus serta menciptakan masa depan yang baik. Dengan adanya tren ini maka resiko atas anak-anak yang terlantar di kemudian hari maupun menjadi sandwich generation juga semakin berkurang. 

Karena bisa diketahui saat ini keberadaan dari masalah sandwich generation yang mana harus menanggung beban kehidupan orang tua secara terus-menerus dan sekaligus menabung beban hidup sendiri tentunya menjadi alasan dari fenomena child free. Perlu diketahui bahwa fenomena ini muncul sebagai sebuah pemikiran yang berdasar pada ketidaian memiliki anak karena harus menanggung beban yang sama serta untuk menghindari anak tersebut memiliki masa depan yang tidak baik karena orang tua yang tidak siap.
Dalam sudut pandang yang lain memahami realitas dari sisi yang berseberangan yakni seperti apa melihat dari sudut pandang negatif atas hadirnya kondisi atau fenomena tersebut. Di mana pandangan yang buruk ketika berbicara mengenai fenomena ini tentunya adalah populasi yang bisa semakin menurun dan bahkan punah. 

Di mana kita bisa melihat dari sisi negara lain seperti layaknya Jepang yang sudah menerapkan trend ini di masyarakatnya kemudian membuat angka pernikahan kemudian juga semakin menurun dan pada akhirnya hilang populasi anak muda. Pada kondisi saat ini kita bisa melihat seperti apa di Jepang banyak sekolah taman kanak-kanak yang tutup serta sekolah dasar yang juga hampir punah karena tidak adanya anak-anak yang dapat menjadi murid. 

Sehingga ketika ini terjadi secara terus-menerus maka kemudian menghilangkan populasi di Indonesia untuk keseluruhan. Untuk saat ini dampak yang bisa diberikan mungkin positif seperti pengurangan populasi yang berlebihan dan sebagainya. Namun ketika melihat proyeksi dari 10 ataupun 20 tahun ke depan Maka tentunya ini akan berpotensi menjadi satu hal yang buruk karena kehilangan generasi berikutnya.

Dampak buruk berikutnya yang bisa dihasilkan adalah kemungkinan angka pernikahan juga akan semakin menurun. Di mana angka pernikahan yang semakin menurun karena tidak ada orientasi untuk memiliki anak dalam hal ini kemudian menyebabkan banyak pola pikir yang awalnya ingin memiliki anak dengan menikah namun kemudian tidak ada orientasi memiliki anak maka tidak jadi menikah. 

Bahkan tentunya ini juga berpotensi terhadap seks bebas yang kemudian menyebabkan hadirnya penyakit menular seksual yang kemudian pada akhirnya lebih parah dibanding dengan menikah dan berhubungan seks dengan satu pasangan. Tentunya di sini fenomena ini tidak hanya sebatas seperti apa hubungan dengan kesejahteraan anak-anak yang terlindungi. 

Namun juga seperti apa melihat dari sisi masyarakat banyak yang kemudian akan menimbulkan masalah ketika ini terus dilakukan namun tanpa adanya edukasi yang tepat. Karena bagaimanapun dasar pemikiran dari setiap orang yang ingin menikah di Indonesia adalah untuk memiliki anak dan memperoleh keturunan. 

Sehingga ketika hal ini masuk, maka menjadi sebuah poin yang mengatakan bahwa pernikahan tersebut tidak berguna dan dalam hal ini ketika berhubungan dengan sebuah ancaman hubungan seks bebas maka ini akan menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.

Pandangan dari sisi Tuhan terkait dengan masalah ini tentunya pasti akan menimbulkan berbagai perdebatan. Di mana dasar pemikiran dari orang-orang yang ingin memiliki anak namun tidak memiliki kecukupan dari sisi finansial adalah rezeki diatur oleh Tuhan. Di mana dalam setiap agama apapun Tuhan juga memberikan sebuah pandangan dan perintah untuk melanjutkan keturunan dan memiliki anak. Namun tentunya fenomena ini kemudian membuat banyak sekali masyarakat di Indonesia saat ini mulai berpikiran untuk tidak memiliki anak yang ini banyak dianggap menyalahi aturan agama. 

Namun tentunya ini kembali lagi dalam setiap agama dan perdebatan ada hal-hal yang difokuskan secara tersendiri untuk mengatur Seperti apa masalah terkait dengan hubungan dengan Tuhan serta tata cara untuk memiliki keturunan. Namun secara keseluruhan Tuhan memiliki sebuah intervensi melalui ayat-ayat yang disampaikan dalam setiap agama untuk menyuarakan kepemilikan dari keturunan ataupun anak. Sehingga fenomena ini tampaknya bertentangan dengan seperti apa stigma dari sisi agama.

Dalam pandangan berikutnya membahas tentang Seperti apa keberadaan dari sisi masyarakat yang melihat dari berbagai budaya seperti salah satunya budaya Jawa. Di mana kemudian di sini pemikiran terkait dengan orang-orang yang memiliki anak dengan adanya stigma bahwa banyak anak banyak rezeki pada masyarakat kemudian akan menimbulkan sebuah masalah. 

Di mana budaya tersebut berkembang di wilayah Jawa dan bahkan di seluruh Indonesia untuk masalah tersebut. Namun tampaknya ketika dikaji secara keseluruhan stigma ini sudah tidak berlaku karena banyaknya anak yang dimiliki maka Orang tua harus memikirkan Seperti apa biaya yang harus diberikan kepada anak mereka dan memberikan fasilitas serta kehidupan yang layak untuk mereka.

Secara keseluruhan berdasarkan paparan yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan secara positif memang terdapat sangat banyak terhadap fenomena Child free di Indonesia. Khususnya ini berbicara tentang kesadaran di lingkungan manusia untuk Seperti apa menciptakan anak-anak yang memang sudah dapat dipastikan memiliki masa depan yang baik dan kehidupan yang terjamin. Namun di sisi lain ini juga bertentangan dengan aturan Tuhan untuk sebagian ketentuan Tuhan yang mengatakan terkait anjuran untuk memiliki anak dan memiliki keturunan.

DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, R. A., & Sadewo, F. S. (2022). Mengupas Diskursus Childfree Pada Kanal Analisa (Youtube). In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) (Vol. 1, pp. 318-328).
Siswanto, A. W., & Nurhasanah, N. (2022, August). Analisis fenomena childfree di Indonesia. In Bandung Conference Series: Islamic Family Law (Vol. 2, No. 2, pp. 64-70).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun