Dampak buruk berikutnya yang bisa dihasilkan adalah kemungkinan angka pernikahan juga akan semakin menurun. Di mana angka pernikahan yang semakin menurun karena tidak ada orientasi untuk memiliki anak dalam hal ini kemudian menyebabkan banyak pola pikir yang awalnya ingin memiliki anak dengan menikah namun kemudian tidak ada orientasi memiliki anak maka tidak jadi menikah.Â
Bahkan tentunya ini juga berpotensi terhadap seks bebas yang kemudian menyebabkan hadirnya penyakit menular seksual yang kemudian pada akhirnya lebih parah dibanding dengan menikah dan berhubungan seks dengan satu pasangan. Tentunya di sini fenomena ini tidak hanya sebatas seperti apa hubungan dengan kesejahteraan anak-anak yang terlindungi.Â
Namun juga seperti apa melihat dari sisi masyarakat banyak yang kemudian akan menimbulkan masalah ketika ini terus dilakukan namun tanpa adanya edukasi yang tepat. Karena bagaimanapun dasar pemikiran dari setiap orang yang ingin menikah di Indonesia adalah untuk memiliki anak dan memperoleh keturunan.Â
Sehingga ketika hal ini masuk, maka menjadi sebuah poin yang mengatakan bahwa pernikahan tersebut tidak berguna dan dalam hal ini ketika berhubungan dengan sebuah ancaman hubungan seks bebas maka ini akan menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan.
Pandangan dari sisi Tuhan terkait dengan masalah ini tentunya pasti akan menimbulkan berbagai perdebatan. Di mana dasar pemikiran dari orang-orang yang ingin memiliki anak namun tidak memiliki kecukupan dari sisi finansial adalah rezeki diatur oleh Tuhan. Di mana dalam setiap agama apapun Tuhan juga memberikan sebuah pandangan dan perintah untuk melanjutkan keturunan dan memiliki anak. Namun tentunya fenomena ini kemudian membuat banyak sekali masyarakat di Indonesia saat ini mulai berpikiran untuk tidak memiliki anak yang ini banyak dianggap menyalahi aturan agama.Â
Namun tentunya ini kembali lagi dalam setiap agama dan perdebatan ada hal-hal yang difokuskan secara tersendiri untuk mengatur Seperti apa masalah terkait dengan hubungan dengan Tuhan serta tata cara untuk memiliki keturunan. Namun secara keseluruhan Tuhan memiliki sebuah intervensi melalui ayat-ayat yang disampaikan dalam setiap agama untuk menyuarakan kepemilikan dari keturunan ataupun anak. Sehingga fenomena ini tampaknya bertentangan dengan seperti apa stigma dari sisi agama.
Dalam pandangan berikutnya membahas tentang Seperti apa keberadaan dari sisi masyarakat yang melihat dari berbagai budaya seperti salah satunya budaya Jawa. Di mana kemudian di sini pemikiran terkait dengan orang-orang yang memiliki anak dengan adanya stigma bahwa banyak anak banyak rezeki pada masyarakat kemudian akan menimbulkan sebuah masalah.Â
Di mana budaya tersebut berkembang di wilayah Jawa dan bahkan di seluruh Indonesia untuk masalah tersebut. Namun tampaknya ketika dikaji secara keseluruhan stigma ini sudah tidak berlaku karena banyaknya anak yang dimiliki maka Orang tua harus memikirkan Seperti apa biaya yang harus diberikan kepada anak mereka dan memberikan fasilitas serta kehidupan yang layak untuk mereka.
Secara keseluruhan berdasarkan paparan yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan secara positif memang terdapat sangat banyak terhadap fenomena Child free di Indonesia. Khususnya ini berbicara tentang kesadaran di lingkungan manusia untuk Seperti apa menciptakan anak-anak yang memang sudah dapat dipastikan memiliki masa depan yang baik dan kehidupan yang terjamin. Namun di sisi lain ini juga bertentangan dengan aturan Tuhan untuk sebagian ketentuan Tuhan yang mengatakan terkait anjuran untuk memiliki anak dan memiliki keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, R. A., & Sadewo, F. S. (2022). Mengupas Diskursus Childfree Pada Kanal Analisa (Youtube). In Prosiding Seminar Nasional Ilmu Ilmu Sosial (SNIIS) (Vol. 1, pp. 318-328).
Siswanto, A. W., & Nurhasanah, N. (2022, August). Analisis fenomena childfree di Indonesia. In Bandung Conference Series: Islamic Family Law (Vol. 2, No. 2, pp. 64-70).