Mohon tunggu...
Ali Sodikin
Ali Sodikin Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Masalah Sosial Politik, Dosen Ilmu Komunikasi

Pemerhati Masalah Sosial Politik , mantan aktivis HMI, twitter: @alikikin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Loji Gandrung Ke Istana Negara (5)

5 September 2017   09:41 Diperbarui: 5 September 2017   10:01 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahap berikutnya media melakukan diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Dalam konteks kemacetan Jakarta, Kompas mendiagnosa  penyebab masalah adalah juga disebabkan masuknya jutaan kendaraan dari daerah-daerah penyangga Ibukota (Provinsi Jawa Barat dan Banten).

Tahap berikutnya adalah Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Dan Elemen framing model Etman yang terkahir adalah treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Dalam hal ini, Kompas membangun alur berpikir atau mengkonstruksi sebuah gagasan bahwa untuk  mengatasi masalah kemacetan di Jakarta dibutuhkan "pejabat" yang lebih tinggi dari Gubernur. Untuk itu keputusan Jokowi maju menjadi Calon Presiden adalah rasional dan sudah sesuai dengan kondisi yang ada. Rasionalisasi dari pemberitaan kompas sesungguhnya dalam rangka membangun dan menguatkan cara berfikir para pembacanya bahwa alasan Jokowi maju menjadi Capres tidak berarti Jokowi meninggalkan warga Jakarta yang telah memilihnya. Tetapi justru persoalan Jakarta akan lebih mudah diatasi ketika Jokowi menjadi Presiden.

detikNews

Jakarta - Presiden SBY sering mendapat keluhan dari masyarakat salah satunya soal kemacetan Jakarta. Presiden SBY mempersilakan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi atau keluhannya kepada para kepala daerah masing-masing.

"Kalau biang kemacetan di Jakarta datanglah ke Pak Jokowi. Kalau biang kemacetan di Bandung datang ke Pak Ahmad Heryawan atau walikota Bandung, Semarang, Medan, Makassar," ungkap SBY.

Hal itu dikatakan saat SBY menerima pengurus KADIN di Istana Bogor, Jabar, Senin (4/11/2013).

SBY mengatakan saat ini Indonesia menganut sistem desentralisasi otonomi daerah. Maka dari itu tanggungjawab masalah di daerah dipegang oleh masing-masing kepala daerah.

"Jangan unjuk rasanya bolak balik di depan Istana. Sudah terbagi habis, semua bertanggungjawab. Pasti kalau bapak datang baik-baik akan direspon. Itulah tugas gubernur, bupati, walikota," imbuhnya.

SBY juga pernah ditanya oleh pemimpin negara-negara sahabat soal kemacetan Jakarta. SBY juga ditanya soal bagaimana solusi mengatasi kemacetan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun